Pertandingan terakhir penyisihan Grup C Piala Sudirman antara Denmark kontra Indonesia di Energia Areena, Vantaa, Finlandia, Rabu (29/9/2021) petang WIB berlangsung menarik. Persaingan berlangsung ketat sejak partai pertama, sebelum Indonesia akhirnya mengunci kemenangan dengan skor tipis, 3-2.
Kemenangan dalam duel "El Clasico" ini bukan segalanya. Status juara Grup C bukan jaminan. Perjalanan di depan makin menanjak. Ada sejumlah pekerjaan rumah yang harus dikerjakan bila Garuda ingin terbang tinggi dan mengakhiri puasa panjang 32 tahun.
Indonesia belum mengetahui siapa lawan dalam perebutan tiket semi final. Undian baru akan dibuat pada Kamis, (30/9/2021) setelah memainkan semua pertandingan babak grup.
Seperti yang dikehendaki Denmark, Indonesia berpeluang menghindari pertemuan dengan para unggulan seperti China atau Jepang. Namun, setip tim yang lolos dari fase grup sudah menunjukkan diri sebagai lawan yang patut diperhitungkan.
Tiga pertandingan di fase grup menjadi kaca pengilon. Tempat Indonesia berkaca. Terutama dari pertemuan dengan Denmark yang membuat adrenalin fan di Tanah Air ikut diaduk-aduk.
Kejutan
Kedua tim yang memburu status juara grup ternyata menghadirkan kejutan sejak awal.
Mula-mula dalam daftar "line-up." Indonesia memilih menurunkan Putri Kusuma Wardani, tunggal putri lapis kedua ketimbang Gregoria Mariska Tunjung. Dari sisi pengalaman, Putri KW tertinggal dari Jorji.
Begitu juga Tim Dinamit. Harapan menyaksikan duel antarperaih medali tunggal putra Olimpiade Tokyo tak terwujud. Viktor Axelsen, sang juara Olimpiade, diistirahatkan. Denmark memasukan nama Anders Antonsen untuk menghadapi Anthony Sinisuka Ginting, peraih medali perunggu.
Tidak hanya itu. Denmark tidak memberi tempat kepada ganda putra senior, Kim Astruup/Anders Skaarup Rasmussen, melainkan Mads Pieler Kolding/Frederik Soogaard. Pasangan ranking 166 ini dipaksa membendung pasangan nomor satu dunia, Marcus Ferlandi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo.
Begitu juga di ganda campuran. Ketimbang Mathias Christiansen/Alexandra Boje, Denmark menyodorkan Mathias Thyrri/Amalie Magelund untuk menantang juara All England 2020, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti.
Minions sempat kewalahan
Minions, julukan Marcus Gideon/Kevin Sanjaya mulai membuka pertandingan menghadapi Mads Pieler Kolding/Frederik Soogaard. Seperti sudah disinggung, ranking kedua pasangan bak langit dan bumi.
Walau begitu, status pasangan nomor satu dunia tak otomatis memberi Minions kemenangan. Keduanya harus berjuang menghadapi pasangan non unggulan itu.
Persaingan ketat menghiasi kedua gim. Kejar-mengejar poin terjadi. Minions bahkan lebih dulu tertinggal dalam kedudukan 1-6 dan 18-19. Namun, Minions berhasil menunjukkan kelasnya dengan mengunci poin pasangan Denmark di angka 19 untuk merebut gim pertama.
Situasi serupa terjadi di babak kedua. Bedanya, Minions langsung merapatkan perolehan poin sejak awal. Mula-mula 3-3, lalu 6-6, sebelum tertinggal 10-11 di interval pertama.
Usai jeda, Minions sudah bisa mendapatkan ritme permainan yang diinginkan. Hal ini terlihat dari permainan atraktif, cekatan, dan pertahanan yang rapat. Mereka pun bisa merebut poin dan berbalik unggul 14-12.
Minions terus melaju hingga 17-14. Sempat kehilangan satu angka, Minions pun berhasil menutup set kedua dengan skor, 21-15. Pertandingan berdurasi 36 menit memberi Indonesia poin pertama.
Debut Beregu Putri KW
Putri KW mendapat kepercayaan menghadapi tunggal putri nomor satu Denmark, Mia Blichfeldt. Sebah kepercayaan yang menuntut tanggung jawab besar. Selain itu dibutuhkan mental yang kuat menghadapi pemain dengan jam terbang lebih tinggi.
Putri KW memang pernah memiliki pengalaman bermain di nomor beregu. Namun, baru pertama kali ia tampil di pentas Piala Sudirman. Menghadapi tunggal putri nomor 12 BWF, Putri KW harus bekerja keras.
Putri tertinggal lima poin pertama. Smes keras menyilang yang diperagakan Nia kerap membuat Putri KW kewalahan.
Putri sempat mendapat dua angka dalam kedudukan 2-8. Namun, Mia tampaknya semakin percaya diri setelah memimpin dengan selisih poin jauh. Memimpin 4-11 di interval pertama, laju perolehan poin Mia pun tak terbendung.
Setelah unggul 11-21 di gim pertama, Mia tentu tidak menyangka akan mengulanginya di set kedua. Pasalnya, Putri KW mampu meladeninya. Angka kedua pemain tak lagi berjarak. Sempat tertinggal 1-2, Putri bisa memaksa skor imbang 4-4, lantas berbalik memimpin dua angka.
Putri terlihat semakin percaya diri. Sementara, Mia mulai tak nyaman apalagi setelah melakukan beberapa kesalahan sendiri. Bola tanggung yang tak mampu dikonversi menjadi poin, serta drop shot menyilang yang tak menyebrang net.
Putri yang sempat memimpin 9-7, sempat kehilangan tiga poin, sebelum merebut interval pertama, 11-10. Putri yang memiliki postur tubuh tinggi sungguh memanfaatkannya untuk mengimbangi Mia yang juga berpostur jangkung, untuk mendulang poin melalui smes-smes menyilang.
Mia yang mengandalkan permainan cepat dan smes-smes keras bisa diladeni Putri. Pengembalian bola yang melebar dari sasaran memberi Putri poin gratis. Putri pun memimpin lima angka, 19-14.
Mia masih bisa mendapat poin dari smes Putri yang membentur net. Namun, Putri tak ingin momen baik yang ada di pihaknya lenyap. Sempat kehilangan satu angka, Putri pun mengunci gim kedua, 21-16.
Putri langsung kehilangan enam angka beruntun di awal gim penentuan. Buntut dari kesalahan demi kesalahan yang dilakukan.
Situasi ini memuat Mia semakin gencar menekan. Putri harus jatuh bangun membendung smes-smes keras Mia ke pojok lapangan. Putri tertinggal 2-8, lalu 3-11.
Putri terus tertinggal. Jarak terlampau jauh. Putri sempat berusaha memperkecil selisih menjadi 14-19. Namun, dua smes keras terakhir Mia berbuah poin sekaligus menutup pertandingan, 14-21.
Walau kalah dan membuat Indonesia tertinggal, Putri sudah mendapat pengalaman berharga. Debut di usia 19 tahun, mampu memberikan perlawanan kepada pemain yang secara peringkat dan jam terbang lebih tinggi dalam pertarungan tiga gim.
Ginting Antiklimaks
Denmark cukup berani menurunkan Antonsen menghadapi Ginting. Rekor pertemuan menempatkan Ginting di posisi superior. Empat pertemuan berakhir dengan kemenangan Ginting. Pertemuan terakhir terjadi di Olimpiade Tokyo 2020. Saat itu, Ginting menang rubber game, 21-18 15-21 21-18.
Statistik yang tak menguntungkan itu ternyata bukan halangan bagi Antonsen. Pemain berperingkat tiga ini langsung menekan Ginting dengan merebut lima poin pertama. Overhead menyilang dan pertahanan yang rapat merupakan kunci utama Antosen.
Ginting baru bisa mengejar setelah Antosen merebut angka keenam. Perlahan-lahan Ginting mengejar untuk memangkas jarak menjadi 3-6. Namun, Antonsen tidak ingin membuang peluang. Ia pun bisa menutup gim pertama, 21-9.
Ginting berusaha belajar dari set pertama. Ia tak mau membiarkan Antonsen langsung mengendalikan permainan di awal set kedua. Keduanya terlibat persaingan ketat. Namun, Antonsen berhasil memanfaatkan kesalahan demi kesalahan yang dilakukan Ginting untuk memimpin 6-2.
Ginting kemudian perlahan-lahan mengejar. Setelah mendapat dua angka, Antonsen sempat menjaga keunggulan tiga poin, sebelum dipersempit menjadi 5-7. Smes keras Ginting tak mampu dikembalikan Antosen. Skor kian rapat, 6-7.
Dari luar lapangan, Hendry Saputra terus memberikan arahan pada Ginting. Rupanya pelatih utama tunggal putra PBSI itu meminta Ginting untuk bermain lebih tenang. Ginting pun sukses menyamakan kedudukan, 8-8.
Ginting kembali tertinggal 9-11, sebelum ketertinggalan semakin melebar menjadi 10-16. Kesalahan sendiri ditambah pengembalian kok yang "tanggung" membuat Antosen bisa dengan mudah menambah koleksi poin menjadi 18-12.
Hendry terus memotivasi Ginting. Dipertegas dengan kepalan kedua tangan dalam gerakan memberikan semangat. Satu demi satu angka diraih Ginting. Jarak kembali dekat, 15-18.
Pengembalian Ginting yang terlalu lemah memberi Antosen "match point." Drop shot menyilang akurat Antonsen ke sisi kanan bidang permainan Ginting, kemudian mengakhiri pertandingan straight set, 21-15.
Antosen membawa Denmark berbalik memimpin. Selain itu, permainan Ginting yang antiklmaks tak seperti pertemuan-pertemuan sebelumnya membuat Antonsen mampu memperkecil ketertinggalan dalam rekor "head to head" menjadi 1-4.
Aura Emas Olimpiade
Dalam situasi tertinggal, Greysia Polii/Apriyani Rahayu adalah kunci. Pasangan peraih medali emas ganda putri Olimpiade Tokyo itu harus bisa memutus laju kemenangan Denmark. Hanya dengan memetik kemenangan atas Maiken Fruergaard/Sara Thygesen, Greys/Apri tetap menyalakan api harapan bagi Merah-Putih.
Bila tidak maka status juara grup lepas dari tangan Indonesia. Greys/Apri yang menempati ranking enam BWF mampu menjaga motivasi prestasi di Tokyo ke panggung beregu ini.
Menghadapi rival yang berposisi 10 tangga di belakang mereka, Greys/Apri tampil penuh percaya diri. Aura Olimpiade sungguh terasa. Pasangan Denmark sempat memberi perlawanan di gim pertama. Beberapa kesalahan komunikasi memberi pasangan Denmark poin pro deo.
Walau begitu, Greys/Apri tetap bisa mengendalikan keadaan. Sisi-sisi terbaik mereka, mulai dari daya juang, determinasi, hingga agresivitas sulit diimbangi lawannya.
Keduanya pun mampu menyudahi perlawanan ganda putri nomor satu Denmark itu dalam dua gim langsung, 21-17 dan 21-9.
Kemenangan ini membuat Greys/Apri sukses menjaga rekor positif dalam enam pertemuan sebelumnya. Pertemuan sebelumnya terjadi di Indonesia Masters 2020. Saat itu, keduanya terlibat pertarungan ketat rubber game yang dimenangi Greys/Apri, 18-21 21-11 23-21.
Praveen/Melati Atasi Tekanan
Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti menjadi penentu. Skor imbang 2-2, membuat partai ganda campuran menentukan tim mana yang akan menyandang predikat juara Grup C.
Mathias Thyrri/Amalie Magelund adalah pasangan dadakan yang sengaja dibentuk untuk kepentingan pertandingan ini. Keduanya memang pemain ganda campuran tetapi dengan pasangan berbeda.
Amalie berpasangan dengan Niclas Nohr dan berada di ranking 32 BWF. Sementara tandem Mathias adalah pemain muda Mai Surrow yang bersama meniti dari posisi 62 dunia.
Mathias/Amalie mengambil tempat pasangan utama, Mathias Christiansen/Alexandra Boje. Mathias dan Alexandra adalah pasangan ganda campuran Denmark dengan posisi dunia tertinggi.
Entah apa maksud di balik keputusan Denmark itu. Bisa jadi keputusan berani ini bertujuan untuk mengaburkan persiapan Praveen/Melati. Pasalnya, di antara mereka tak pernah bertemu. Praveen/Melati pun tak bisa memperkirakan pola permainan pasangan itu.
Namun, keputusan itu bukan tanpa risiko. Konsentrasi pasangan empat BWF tidak terpengaruh dengan pasangan hasil kombinasi baru itu.
Praveen/Melati bisa mengendalikan pertandingan sejak awal. Keduanya selalu memimpin mulai dari 3-0, 7-4, hingga 11-6 di interval pertama.
Keunggulan yang lebar ini berhasil dijaga Praveen/Melati. Laju perolehan poin keduanya tak terbendung. Kombinasi smes keras Ucok, sapaan Praveen, dan keberanian Meli memainkan kok di depan net membuat kedudukan menjadi 15-6.
Sejumlah kesalahan yang dilakukan pasangan Denmark semakin memberikan keuntungan bagi pasangan Garuda. Alhasil, gim pertama menjadi milik pasangan Indonesia, 21-8.
Pasangan Denmark coba mengubah keadaan di set kedua. Keduanya sempat mengambil dua poin awal, namun situasi itu cepat diputuskan pasangan Indonesia. Pasangan Denmark sempat membuat skor imbang 12-12.
Namun, Ucok dan Meli kemudian kembali memimpin dan mengubah keunggulan menjadi 17-12. Selisih poin sempat menjadi 18-16 tersebab kesalahan beruntun dari Ucok.
Ucok menebus kesalahannya dengan return service mematikan. Ketenangan Ucok memberi "match point" bagi pasangan Indonesia.
Sempat tertunda setelah Denmark mengambil satu angka, pasangan Indonesia akhirnya mengunci kemenangan straight set, 21-18 dan 21-17. Dengan demikian Indonesia ke babak delapan besar sebagai jawara Grup C.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H