Axelsen mafhum medali emas yang tersimpan di rumah juga menjadi beban yang harus dipikul di berbagai turnamen. Hanya saja, ia berdalih, tekanan sudah menjadi makanan sehari-hari. Ia sudah terbiasa menghadapi tekanan selama bertahun-tahun.
"Yah, aku masih Viktor... Ada tekanan, tapi itu sudah ada selama bertahun-tahun. Jadi saya hanya mencoba untuk menavigasi dengan cara terbaik dengan kedua kaki di tanah dan itu bekerja dengan baik sejauh ini."
Apakah dengan demikian kans tim Indonesia memenangi pertandingan ini menjadi semakin kecil? Tentu tidak. Walau Denmark memiliki jawara Olimpiade, Indonesia pun tak gentar.
Justru ekspektasi pada Axelsen menjadi lebih tinggi. Ia diharapkan bisa memberikan suntikan energi bagi para pemain lain. Sementara ini bukan turnamen perorangan yang bertumpu semata-mata pada individu tertentu.
"Jelas Piala Sudirman sulit untuk dimenangkan karena kami tahu segalanya harus sesuai, semua orang harus menampilkan yang terbaik," Axelsen mengakui.
Menguntungkan
Faktor Axelsen membuat Denmark bisa lebih yakin menghadapi Indonesia. Tiket ke babak delapan besar yang sudah diraih membuat para pemain Tim Dinamit bisa lebih lepas bermain.
Walau demikian, Denmark tidak ingin membuang kesempatan untuk menjadi juara grup agar jalan mengakhiri penantian panjang merasakan manisnya gelar Piala Sudirman lebih terbuka lebar.
Indonesia pasti tidak akan tinggal diam. Target tinggi mengakhiri penantian 32 tahun menjadi juara harus dimulai secara meyakinkan sejak babak grup. Skuad Garud memiliki modal yang lebih dari cukup untuk mewujudkannya, termasuk melewati hadangan Denmark.
Pertama, bila Denmark memiliki bekal medali emas Olimpiade dari Axelsen, Indonesia pun memilikinya. Pasangan ganda putri, Greysia Polii dan Apriyani Rahayu.
Pasangan ranking enam BWF ini memiliki pengalaman dan prestasi yang lebih mumpuni ketimbang ganda putri terbaik Denmark yang kini berada di posisi 16 dunia, Maiken Fruergaard/Sara Thygesen.