Saat ini posisi Ronald Koeman sedang menjadi sorotan. Performa Barcelona dalam dua laga terakhir dianggap tidak memuaskan.Â
Kekalahan tiga gol tanpa balas atas Bayern Muenchen di pekan pertama penyisihan grup Liga Champions Eropa, berikut hasil imbang susah payah kontra Granada di pekan kelima LaLiga beberapa waktu lalu.
Koeman sempat pasrah akan keadaan Barca yang dianggap tak bisa dipaksa untuk menjadi lebih baik. Level Barca memang sudah tertinggal di belakang Muenchen.
Pasca-kepergian Messi dan beberapa pemain senior, Barca akan lebih banyak bergantung pada pemain muda didampingi beberapa pemain senior yang juga tidak lepas dari kritik. Kedalaman skuad asal Catalan itu tak bisa dibentuk dengan sumber daya pemain yang ada, apalagi dalam waktu singkat.
Badai cedera yang menimpa sejumlah pemain utama semakin memperparah keadaan. Ansu Fati baru akan kembali pada akhir bulan ini bersama Pedri dan Jordi Alba. Sementara Ousmane Dembele dan Sergio Aguero baru kembali bugar di awal November mendatang.
Dengan dalih itu, Koeman kemudian menjadi cukup yakin akan masa depannya di Camp Nou. Bahwa penampilan tim yang goyah bukan karena kinerjanya, membuatnya yakin masih bisa bertahan lebih lama.
Selain itu, secara finansial, Barca tentu tidak bisa mendepak pelatih asal Belanda itu begitu saja. Barcelona harus menyertakan sekitar 10 juta poundsterling sebagai kompensasi. Angka tersebut bukan untuk Koeman saja.
Selain bayaran untuk sisa kontrak, Koeman harus menyerahkan sejumlah uang kepada Federasi Sepak Bola Belanda sebagai ganjaran atas keputusannya yang tiba-tiba meninggalkan tugas nasional untuk menerima pinangan Barca pada awal musim lalu.
Dalam keadaan krisis seperti ini, manajemen tentu berpikir panjang. Uang itu tidak sedikit di tengah keterpurukan keuangan klub dengan utang menggunung.
Pertimbangan Koeman
Beberapa alasan di atas bisa jadi tidak menjadi berarti bila dalam beberapa laga ke depan Barca terus dibayangi hasil buruk. Masa depan Koeman setidaknya akan ditentukan kurang dalam satu bulan ke depan.
Mula-mula menghadapi tuan rumah Cadiz pada Kamis, (24/9/2021), lantas menjamu Levante pada Minggu. Kemudian Barca akan menghadapi laga tandang di pentas Liga Champions ke markas Benfica di pekan berikutnya, lalu menghadapi juara bertahan LaLiga, Atletico Madrid.
Empat laga krusial yang menentukan masa depan pria 58 tahun itu. Bila Koeman bisa menavigasi Sergio Busquets dan kawan-kawan kembali ke kalur positif, maka kita mungkin akan melihatnya lebih lama. Bila tidak, tekanan kepada manajemen klub akan membesar hingga memaksa membuka pintu keluar bagi Koeman.
Seandainya Koeman bernasib apes, salah satu nama sudah mengemuka sebagai suksesor. Dia adalah mantan pelatih Everton, Roberto Martinez.
Melansir Dailymail.co.uk, pelatih asal Spanyol itu disebut-sebut menjadi salah satu kandidat yang diincar manajemen Blaugrana.
Saat ini Martinez sedang mengemban tugas di tim nasional Belgia. Dengan demikian, mendapatkan tanda tangan Martinez, Barca tentu harus melewati serangkaian proses yang tidak mudah, juga tak murah.
Mengingat Martinez masih terikat kontrak menangani Eden Hazard dan kolega, maka Barca harus membayar biaya kompensasi. Kontraknya baru akan berakhir setelah Piala Dunia di Qatar tahun depan.
Kiprah Martinez bersama The Red Devils bisa dibilang cukup memuaskan. Sejak menangani tim tersebut pada 2016, Belgia bisa merangsek hingga ke posisi pertama di tabel ranking FIFA pada September 2018. Hari ini pun, Belgia masih menjadi tim dengan posisi terbaik di dunia.
Beberapa pencapaian sepanjang itu di antaranya mengalahkan Brasil di perempat final Piala Dunia 2018, walau kemudian kandas di tangan sang juara, Prancis di empat besar. Belgia kemudian mengalahkan Inggris dalam perebutan tempat ketiga.
Memiliki skuad bertabur bintang, Martinez masih belum mampu mempersembahkan gelar. Kesempatan terakhir terjadi di Piala Eropa 2020. Sayangnya, langkah Belgia terhenti di delapan besar, takluk dari Italia yang kemudian keluar sebagai jawara.
Kini, Martinez masih memiliki sejumlah agenda. Menghadapi Prancis di semifinal UEFA Nations League pada Oktober nanti, lalu berpeluang jumpa Spanyol atau Italia beberapa hari kemudian.
Selain itu, Martinez terus memimpin Belgia di Kualifikasi Piala Dunia 2022 yang sudah berlangsung enam pekan. Belgia tergabung di Grup E, mengemas 16 poin dari enam laga, unggul sembilan angka dari Ceko yang baru memainkan lima pertandingan.
Selain belum meraih gelar bersama Belgia, pengalaman Martinez di level klub pun tak terlalu mentereng. Selain Everton, pria yang kini berusia 48 tahun itu kebanyakan menangani tim medioker seperti Swansea City dan Wigan Athletic.
Hanya saja pengalaman terakhir menangani Belgia, ditambah faktor asal Martinez sebagai orang asli Catalan, bisa memuluskan langkahnya kembali ke kampung halaman.
Tekanan Laporta
Situasi Barcelona sebenarnya tidak semata-mata menjadi tanggung jawab Koeman. Memang, selama ini posisi pelatih paling sering menjadi kambing hitam di balik setiap hasil minor. Namun, kondisi Barca tidak lepas dari faktor lain yang ikut menyeret tanggung jawab manajemen, terutama sang presiden klub, Joan Laporta.
Saat ini Laporta juga sedang pening memikirkan cara untuk menyelesaikan sejumlah beban, terutama soal keuangan. Krisis finansial kemudian memengaruhi berbagai kebijakan strategis. Kepergian Messi adalah bukti berapa peliknya masalah keuangan tim.
Laporta mau tidak mau harus mencari suntikan dana. Ada kesempatan pada tanggal 16 dan 17 Oktober nanti saat pertemuan tahunan. Itulah kesempatan Koeman meminta dukungan anggota untuk menyetujui proposal yang diajukan.
Kesempatan itu pun dimanfaatkan untuk menarik simpati anggota. Statuta klub menggariskan demikian. Kekalahan dua tahun beruntun di mancanegara menuntut presiden harus mengundurkan diri.
Laporta masih memiliki celah untuk berkelit dari bencana itu. Seperti digariskan tahun lalu, Laporta mewarisi beban kerugian besar dari pendahulunya Josep Maria Bartomeu. Kemudian ia berhasil perlahan-lahan mengubah neraca keuangan klub dalam satu tahun terakhir.
Bila Laporta berhasil meyakinkan anggota dan mendapat dukungan atas rencananya, maka peluangnya untuk membuat perubahan lebih lanjut bisa terjadi. Terutama, memastikan posisi juru taktik klub.
Bila bisa memilih dan memungkinkan, Laporta tentu tidak mau ambil risiko terlalu lama mempertahankan Koeman. Penampilan klub sudah mendapat sorotan luas. Usai laga kontra Granada, permainan Barca dikecam.
Hilangnya semangat tiki-taka dan penguasaan bola dan berganti pola permainan "dari abad terakhir". Ada komentator yang mengatakan, sekarang "sakit mata" menyaksikan permainan Barca.
Begitu juga, bila kembali mendapat peluang membuat pilihan, maka Laporta sepertinya akan condong kepada Martinez. Bagaimana Xavi Hernandez?
Laporta pernah menolak Xavi untuk pekerjaan itu. Legenda hidup Barca yang sedang meniti karier kepelatihan di Timur Tengah itu memang menjadi daya tarik bagi Victor Font. Font adalah salah satu pesaing Laporta dalam pemilihan presiden klub pada awal tahun ini.
Ketika kewenangan ada di tangan Laporta, maka bisa dipastikan keputusannya pada Xavi tak juga berubah. Xavi belum berpengalaman menangani klub besar. Martinez dianggap lebih mumpuni menghadapi tekanan di kursi panas Barca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H