Agenda tersembunyi
Mengubah sesuatu yang sudah menjadi tradisi, tentu sulit. Upaya tersebut akan menemui hambatan, bahkan penolakan.
Demikian juga wacana Piala Dunia dua tahunan langsung menjadi kontroversi tak lama setelah didengungkan. Apalagi kini FIFA mulai mengambil langkah tertentu, suara-suara miring semakin terdengar nyaring.
Awal bulan ini, sebanyak 58 kelompok penggemar di seluruh dunia menyatakan keberatan terhadap gagasan tersebut. Mereka menggelorakan penolakan itu dalam sebuah kampanye terorganisir di bawah komando kelompok suporter Eropa.
Keberatan tidak hanya datang dari kalangan akar rumput. Penolakan juga muncul dari lembaga atau badan orgnasisasi yang berada di bawah naungan FIFA. Salah satunya adalah Federasi Sepakbola Eropa atau UEFA.
Wenger mengatakan bahwa ada banyak manfaat di balik penyelenggaraan Piala Dunia saban dua tahun. Pria asal Prancis itu coba merangkumnya seperti ini.
"Misi kami adalah merencanakan dan membentuk sepak bola masa depan dan meningkatkan kompetisi sepak bola global. Tujuannya adalah pertama-tama mengurangi perjalanan bagi pemain, tidak ada peningkatan jumlah pertandingan, jaminan istirahat bagi pemain dan permainan yang lebih bermakna, itulah yang diminta para penggemar, dan lebih banyak peluang untuk bersinar, dan untuk menutup celah. Semua konfederasi harus memiliki akses ke pertandingan-pertandingan top, bukan hanya Eropa dan Amerika Selatan."
Bila disingkat, sekaligus menggarisbawahi, ada beberapa kata kunci di balik wacana tersebut. Keberpihakan pada pemain, kualitas pertandingan, kualitas tontonan, terbukanya akses bagi semakin banyak negara menuju pertandingan bergengsi dan menjadi tuan rumah.
Sekilas motivasi tersebut begitu mulia. Bila demikian, mestinya tidak sulit mendapatkan dukungan. Namun, mengubah sesuatu yang sudah mapan tidaklah mudah. Bak membongkar status quo yang mensyaratkan perubahan di setiap level, baik pertandingan internasiol maupun domestik.
Ada pula pihak yang menduga bahwa perubahan tersebut tidak tanpa tujuan lain. Ada sasaran tersembunyi yang ingin diincar FIFA di balik dukungan pada ide tersebut.
Jonathan Wilson dalam publikasinya di www.si.com (10/9/2021) coba menguak sejumlah kejanggalan sekaligus motivasi lain di balik gagasan besar itu. Ada beberapa poin yang bisa disarikan dari tulisan berjudul "The Many Flaws With FIFA's Biennial World Cup Plan."