Herry sudah tahu kabar pensiunnya Endo saat Olimpiade Tokyo. Ia mendengarnya dari Rionny Mainaky yang pernah menangani bulutangkis Jepang.
"Saya lihat Endo menghampiri Rionny dan ngobrol agak lama. Pas sudah selesai, saya lalu tanya ke Rionny, 'ada apa?'. Kemudian Rionny menjawab kalau Endo mau mundur dari timnas Jepang," ungkap Herry IP sebagaimana dilansir dari BolaSport.com.
Sosok pelatih yang dijuliki Naga Api itu mengatakan Endo ingin agar partnernya itu fokus di ganda putra. Sementara itu Yuta yang masih berusia 24 tahun sepertinya bergeming.
Yuta menjadi salah satu pemain dengan kemampuan luar biasa. Ia bisa bermain di dua nomor berbeda dengan sama bagusnya. Selain berprestasi di ganda putra, ia pun mengukirnya di ganda campuran. Bersama Arisa keduanya meraih medali perunggu Olimpiade Tokyo dan kini berada di posisi lima besar dunia.
"Endo maunya Yuta fokus main ganda putra saja sama dia, sementara Yuta, karena kemarin dapat medali perunggu Olimpiade Tokyo 2020 di ganda campuran, masih mau main rangkap. Akhirnya, Endo milih mundur."
Kita tentu bisa mempertanyakan alasan tersebut. Kalau memang benar demikian, mengapa Endo meminta Yuta untuk fokus bermain bersamanya sementara pemain muda itu sudah menunjukkan hasil maksimal di dua nomor?
Dengan kata lain, bila ia bisa bermain rangkap dengan sama baiknya, mengapa harus dibatasi? Bukannya, dalam hal-hal tertentu adalah sebuah keuntungan baik bagi Jepang maupun pemain bersangkutan?
Jepang belum mempunya pemain dengan kemampuan dan prestasi bermain rangkap sebagus Yuta saat ini. Yuta pun sudah menunjukkan bahwa ia bisa menjadi pemain Jepang dengan rangking dunia terbaik di dua nomor berbeda saat ini. Apakah dengan fokus di satu nomor, prestasinya akan otomatis melejit lebih tinggi?
Sementara itu, mundurnya Kamura dan Sonoda dari timnas bisa jadi dipengaruhi oleh perubahan dalam kehidupan pribadi mereka. Salah satunya adalah Kamura yang baru saja menikah.
Entah apa alasan sesungguhnya, keputusan sudah diambil. Babak baru menanti mereka.