Aneka tantangan
Sudah disebut sebelumnya tidak banyak pemain yang bisa bertanding di lebih dari satu nomor dan meraih lebih dari satu medali emas. Biasanya distribusi medali, apalagi medali emas, dibagi ke sejumlah pemain.
Leani Ratri adalah pengecualian dari kumpulan kecil yang bisa mendobrak kelaziman itu. Untuk bisa sampai ke tahap itu, Leani jelas harus menginvestasikan banyak hal. Tenaga, fokus dan konsentrasi, serta berbagai hal lainnya.
Leani Ratri tidak hanya memperagakan kecakapan mengolah raket dan mengakrabi kekurangan fisiknya, tetapi juga mengatasi tekanan mental yang luar biasa besar. Di tengah jadwal pertandingan yang padat, ia harus memainkan lebih dari satu pertandingan dalam sehari.
Usai meraih medali emas kedua, menukil bwfbadminton.com, Leani mengatakan dirinya harus bisa bangkit setelah kalah di final tunggal putri. Sebagai tunggal putri peringkat satu dunia, kekalahan itu jelas sebuah kehilangan.
"Saya memang harus memaksakan diri lagi setelah kalah di final tunggal putri, tapi saya sudah terbiasa bertanding di tiga nomor, jadi saya hanya berusaha memberikan yang terbaik."
Pertama kali debut di Paralimpiade langsung tampil di tiga nomor berbeda dan hampir meraih tiga emas adalah prestasi besar.
"Saya sudah mempersiapkan dengan sangat baik untuk ini, dan saya sudah selesai dengan dua emas dan satu perak, jadi itu sangat berarti."
Berawal dari kecelakaan
Kita tentu bertanya bagaimaan Leani Ratri akhirnya sampai ke Paralimpiade Tokyo. Melansir Badminton Asia ia mengalami kecelakaan saat berusia 20 tahun.