Sebagai informasi, di Paralimpiade Rio de Janeiro, Indonesia hanya mampu membawa pulang satu medali perunggu. Atlet powerlifting Ni Nengah Widiasih menjadi satu-satunya peraih medali bagi tim Indonesia.
Menukil Antara, NPC Indonesia mematok empat target besar di edisi kali ini. Pertama, dari sisi jumlah atlet yang dikirim. NPC berharap bisa mengirim 15 atlet. Realisasinya, 23 atlet.
Kedua, jumlah cabor yang diikuti. NPC mematok target bisa ambil bagian di enam cabor. Ternyata, ada tujuh cabor yang diikuti, mulai dari para-atletik, para-powerlifting, para-menembak, para-renang, para-tenis meja, para-badminton, hingga para-balap sepeda.
Ketiga, target medali. NPC menaruh harapan agar kontingen Indonesia bisa membawa pulang lima medali, masing-masing satu emas, satu perak, dan tiga perunggu.
Ternyata, perjuangan gigih para duta Indonesia berbuah sembilan medali. Dari satu emas yang ditargetkan ternyata bisa dicapai dua emas, target satu perak dibayar dengan dua keping lebih banyak, dan mendapat satu perunggu lebih banyak dari yang ditargetkan.
Keempat, dari target medali sebanyak di atas, Indonesia ditargetkan bisa masuk di posisi 60 besar klasemen akhir. Seperti kita ketahui, menjelang penutupan nama Indonesia mampu bercokol di posisi ke-43.
Dengan demikian, semua target terpenuhi, bahkan bisa dilampaui atas cara yang spektakuler. Tidak ada alasan yang membuat kita tidak merasa bangga.
Terlepas dari itu, bila dibanding dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, posisi Indonesia berada di belakang Malaysia (3 emas dan 2 perak) dan Thailand (5 emas, 5 perak, dan delapan perunggu). Thailand finis di posisi ke-25, persis di belakang negara Asia lainnya yakni India (5 emas, 8 perak, dan 6 perunggu).
Menuju Paris 2024