Kemenangan tipis di gim pertama mempertebal kepercayaan diri wakil Merah-Putih. Hary/Ratri memimpin 4-2 di awal set kedua, berlanjut hingga interval dengan skor 11-8.
Selisih tiga angka ini mereka jaga sungguh-sungguh. Keduanya rupanya belajar dari gim pertama. Pengalaman pahit pasangan Prancis tak ingin menimpa mereka. Karena itu, keduanya mampu bermain tenang dan taktis sehingga bisa mengendalikan permainan hingga memastikan medali emas menjadi milik mereka setelah memenangi gim kedua dengan skor 21-17.
Lampaui Target
Seperti kita tahu, Indonesia mengirim 23 wakil ke Paralimpiade kali ini. Mereka terlibat di tujuh cabang olahraga (cabor) dari total 18 cabor yang dipertandingkan di pesta olahraga terakbar bagi kaum difabel itu.
Indonesia menempatkan wakil-wakilnya di cabor atletik, badminton, tenis meja, renang, menembak, balap sepeda, dan powerlifting.
Para badminton dan para atletik menjadi andalan Indonesia kali ini. Selain mengirim wakil lebih banyak, di dua sektor itu Indonesia memiliki sejumlah atlet berpengalaman yang sudah meraih prestasi kelas dunia.
Tambahan satu medali emas, satu medali perak, dan satu medali perunggu di hari terakhir melengkapi pundi-pundi medali Indonesia menjadi sembilan. Dengan perincian, dua medali emas, tiga perak, dan empat perunggu.
Perunggu terakhir dipersembahkan oleh Fredy Setiawan di nomor tunggal putra SL4. Usai gagal ke final kemarin, Fredy berhasil menebusnya dengan meraih medali perunggu. Tak tanggung-tanggung, Fredy menumbangkan unggulan pertama dari India, Tarun.
Fredy bermain penuh percaya diri dan terlihat tak menyimpan kekecewaan dari hasil negatif sehari sebelumnya. Fredy bisa mengendalikan pertandingan dan memenanginya dengan skor 21-17 dan 21-11.
Apakah pencapaian para atlet paralimpiade kali ini sudah sesuai harapan? Dengan kata lain, bagaimana hasil di arena pertandingan dibandingkan dengan target yang dipatok sebelum terbang ke negara Asia Timur itu? Bagaimana bila dibandingkan dengan edisi sebelumnya, lima tahun silam?