Di final tunggal putri SL4, Ratri sudah berjuang maksimal. Ia sempat memberikan perlawanan ketat di gim pertama yang berakhir dengan skor tipis, 19-21. Di gim kedua, Ratri yang mulai bangkit mengejar ketertinggalan bisa tampil lebih tenang. Kemenangan 21-17 memaksa pertandingan berlanjut ke set ketiga.
Sayangnya, di gim penentuan, Ratri sempat kedodoran. Peluang emas pun lepas dari tangannya setelah musuh bebuyutannya itu mampu mengunci kemenangan dengan skor 21-16.
Kekalahan di tunggal putri kemudian Ratri tebus bersama Hary Susanto di ganda campuran. Ratri bermain luar biasa sepanjang paralimpiade ini. Ia mampu mengatasi kelelahan fisik dan menjaga konsistensi dalam tiga nomor berbeda. Hasilnya, ia mempersembahkan dua keping emas dan satu keping perak. Luar biasa!
Sengit
Ratri harus memainkan lebih dari dua pertandingan dalam sehari. Situasi ini sempat memunculkan kekhwatiran terkait fokus dan ketahanannya. Apalagi usianya sudah kepala tiga.
Namun, hambatan fisik tersebut bisa ia atasi. Setelah meraih emas bersama Khalimatus, Ratri terbukti bisa bermain sama baiknya saat menghadapi laga pamungkas ganda campuran. Bersama Hary, keduanya bisa meredam agresivitas pasangan Prancis yang terlihat begitu menggebu-gebu sejak awal set pertama.
Skor dia antara kedua pasangan pun ketat, 5-5. Situasi kemudian dikendalikan Mazur/Noel di pertengahan laga. Permainan apik Faustine Noel di depan net kerap berbuah poin. Sementara itu Lucaz memberikan kontribusi penting melalui smes-smes keras, menuntaskan pancingan Faustine.
Hary/Leani sempat tertinggal 11-5 di interval gim pertama. Setelah jeda singkat itu, pasangan Indonesia mengubah strategi. Mereka lebih banyak memancing lawan adu drive.
Strategi ini ampuh. Wakil Indonesia itu mampu mengejar ketertinggalan yang cukup jauh dan berbalik unggul, 16-15.
Laga ini sungguh menjadi penutup yang apik di sektor para badminton. Kedua pasangan terlibat kejar mengejar angka. Skor sempat imbang, 20-20 sebelum pasangan Indonesia mengambil dua poin berikutnya untuk menutup set pertama.