Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Heru Nerly, Persipura Jayapura, dan Impian Sepak Bola NTT yang Belum Terwujud

1 September 2021   17:41 Diperbarui: 1 September 2021   17:51 754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yabes Roni saat berseragam tim nasional U-19 Indonesia: VIVAbola/Anhar Rizki Affandi

Nusa Tenggara Timur (NTT) umumnya sudah menjadikan sepak bola sebagai cabang olahraga favorit.  Tidak hanya untuk ditonton tetapi juga dinikmati secara langsung.

Patut diakui kegemaran orang-orang NTT pada si kulit bundar bukan sesuatu yang istimewa. Pasalnya, hal tersebut sudah menjadi kenyataan umum di tanah air ini. Dari Sabang sampau Merauke, sepak bola sudah sangat dikenal.

Bedanya, industri sepak bola di NTT, apalagi di Flores, masih jauh tertinggal dari daerah-daerah lain di Pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, atau bahkan tetangganya Bali.

Di sana sepak bola seperti hidup enggan mati tak mau. Kompetisi masih bersifat musiman, pembinaan berjenjang masih jauh panggang dari api, berikut sarana dan fasilitas begitu terbatas. Menjadi pesepakbola profesional adalah kosa kata yang masih asing dari kepala orang-orang NTT.

Bila kita melihat lebih dekat, NTT sebenarnya daerah yang sangat fanatik dengan sepak bola. Di sana pula kita bisa mendapatkan bibit-bibit pemain potensial. Sejumlah pemain berbakat yang lahir dari rahim NTT pernah menghiasi blantika sepak bola nasional.

NTT pernah memiliki Sinyo Aliandoe. Mantan pemain dan pelatih berkaliber nasional. Aliandoe hampir membawa Indonesia ke Piala Dunia 1986 bila tidak sisingkirkan Korea Selatan di babak play-off.

Yabes Roni saat berseragam tim nasional U-19 Indonesia: VIVAbola/Anhar Rizki Affandi
Yabes Roni saat berseragam tim nasional U-19 Indonesia: VIVAbola/Anhar Rizki Affandi

Setelah era putra asli Larantuka, Flores Timur itu, NTT masih menyumbang para pemain terbaiknya. Belakangan ini ada Yabes Roni Malaifani, Alfonsius Kelvan, Jackson Tiwu, Yunias Bate, di Bali United. Alsan Sanda yang pernah bermain untuk Bhayangkara FC, berikut Ricky Nelson Ndun di Pusamania FC. Dalam sejumlah kesempatan seleksi pemain junior, NTT masih mengirim sejumlah nama.

Tahun 2019, PSN Ngada menjadi satu-satunya klub dari NTT yang bertarung di Liga 3. PSN adalah salah satu tim yang cukup disegani di NTT dan rutin melahirkan bibit-bibit bagus.

Sayangnya, nasib sepak bola NTT tidak lebih baik dari tetangganya, Bali. Apalagi bila dibandingkan dengan tetangga jauh, Papua. Bila Papua sudah memiliki Persipura Jayapura dan mengirimkan sejumlah klub ke pentas elite nasional, NTT masih sekadar berharap.

Heru Nerly

Berbicara tentang talenta sepak bola NTT, kita tak bisa lepas dari nama Heru Nerly. Pria kelahiran 24 September 1980 ini pernah melanglang buana di sejumlah klub top Indonesia. Sebut saja, Persisam Putra Samarinda, Gresik United, hingga Persipura Jayapura.  

Bersama klub yang disebutkan terakhir itu, Heru merasakan manisnya gelar Liga Super Indonesia pada 2008/2009.

Tidak sampai di situ. Ia juga tercatat pernah menjadi bagian dari Persija Jakarta, PSM Makassar, Semen Padang, hingga pensiun di Mitra Kukar pada 2014 lalu.

Selain bermain di sejumlah klub elite, ia juga pernah mendapat kesempatan mengenakan seragam tim nasional. Ia tiga kali memperkuat timnas pada era pelatih Benny Dollo, sekitar tahun 2008.

"Saya kaget dan bangga ngeri (baca: sangat). Hampir tidak percaya. Ini impian semua pemain profesional di Indonesia. Ini kesempatan baik bagi saya untuk membawa nama Ngada-Flores dan NTT ke kancah sepak bola nasional. Semoga setelah saya yang lain menyusul." Demikian ungkapan Heru terkait perasaannya memperkuat tim nasional seperti dilansir floresku.com (1/9/2021).

Heru tampaknya tidak sekadar berharap kosong. Ia tahu tempat dari mana ia berasal memiliki potensi melahirkan para penerusnya. Yabes Roni misalnya adalah salah satu representasi paling mutakhir.

Sayangnya, Heru tak bisa melihat semakin banyak penerusnya lahir dan berprestasi. Sakit yang dideritanya membuat pengembaraan hidupnya di dunia fana ini berakhir. Ia baru saja meninggal di usia 40 tahun.

"Turut berduka cita atas kembalinya Heru Nerly ke pangkuan Bapa di surga. Kiranya Tuhan Yesus Kristus memberikan kekuatan dan penghiburan kepada keluarga yang ditinggalkan. Terima kasih atas dedikasimu. Selamat jalan Kakak. Istirahatlah dalam damai," ungkap Persipura di akun instagram resmi @persipurapapua1963, Selasa (31/8/2021) malam WIB.

Pada waktu yang sama, PSSI pun ikut menyampaikan belasungkwa di media sosial Instagram. "Turut berduka cita atas meninggalnya Heru Nerly, mantan pemain Timnas Indonesia yang pernah memperkuat pasukan penggawa Garuda pada tahun 2008 di bawah naungan pelatih Benny Dollo. Beristirahatlah dengan tenang. Semoga segala amal dan perbuatan baiknya diterima di sisi Tuhan YME."

Belum terwujud

Heru, begitu juga para pemerhati sepak bola NTT, memiliki keprihatinan yang sama. Menjadi gudang bibit muda, namun lebih banyak bersandar pada bakat natural untuk berkembang. Berpotensi untuk mengirim lebih banyak talenta, tetapi kerap tersandung pada serba keterbatasan.

Dalam benak Heru, agar sepak bola NTT bisa berkembang, ada sejumlah faktor yang patut menjadi pertimbangan dan perhatian serius. Sponsor untuk pendanaan. Manajemen dengan sumber daya manusia yang mumpuni dan memiliki jejaring luas. Pembinaan berjenjang yang teratur.

"Kita butuh fasilitas penunjang yang memadai. Selain lapangan bola, kita butuh bola dalam jumlah yang cukup, jangan sampai satu tim hanya punya satu bola."

Hal lain yang tak kalah penting adalah nutrisi. "Sebab mengkonsumsi makanan yang bergizi setelah latihan sangat penting agar bisa membangun kembali energi yang dikuras saat latihan."

Idealisme Heru itu masih menjadi impian bersama hingga hari ini. Heru yang bercita-cita mendirikan sekolah sepak bola di tanah kelahirannya, adalah satu dari sekian banyak orang yang ingin melihat sepak bola NTT bertumbuh dan berkembang.

Entah kapan harapan itu akan terpenuhi. Selamat jalan legenda! Cita-citamu abadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun