Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

5 Fakta Menarik Voli Indoor Olimpiade Tokyo, Prancis dan AS Ukir Sejarah

9 Agustus 2021   04:48 Diperbarui: 9 Agustus 2021   04:46 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
TIm voli putri indoor AS usai memastikan meraih emas Olimpiade Tokyo: https://www.npr.org/

Voli indoor menjadi salah satu cabang olahraga yang ikut meramaikan saat-saat akhir menjelang berakhirnya Olimpiade Tokyo 2020.

Di tengah persiapan menutup pesta akbar empat tahunan  yang bergulir sejak 23 Juli lalu, cabang olahraga ini masih menarik perhatian para penggemarnya di seantero jagad. Ada sejarah yang tengah dinanti tercipta di Ariake Arena.

1. Prancis Juara Sektor Putra

Sehari sebelum penutupan, Sabtu (7/8/2021), sektor putra memainkan babak final. Terjadi pertemuan antara sesama negara Eropa. Prancis versus ROC.

Pertandingan ini berlangsung alot. Prancis yang dimotori Benjamin Toniutti mampu mengambil dua set pertama. Namun RC sempat bangkit untuk menyamakan kedudukan hingga memaksa pertandingan berlangsung hingga set kelima.

Smes Maxim Mikhaylo melebar. Para pemain Prancis pun berhamburan ke lapangan. Namun poin kemenangan itu sempat tertunda. Tim ROC meminta “challenge.” Dari hasil konfirmasi tayangan ulang, keputusan wasit terbukti benar.

Medali emas yang menjadi milik Prancis usai mencatatkan kemenangan 3-2 (25-23, 25-17, 21-25, 21-25, 15-12) tentu membuat mereka larut dalam kegembiraan. Walaupun suasana sekeliling hampir kosong, mereka seakan tak peduli.

Tim voli putra Prancis berkalungkang medali emas Olimpiade Tokyo: https://www.reuters.com/
Tim voli putra Prancis berkalungkang medali emas Olimpiade Tokyo: https://www.reuters.com/

Melampaui arena yang sejatinya berdayatampung 3 ribu orang itu, ada sejarah yang diukir. Ini menjadi medali emas pertama Prancis di cabang olahraga tersebut.

Prancis adalah negara yang tidak memiliki tradisi sukses di voli putra.  Mereka hanya lolos empat kali ke Olimpiade. Sepanjang itu langkah Prancis pun tak lebih dari perempat final. Pencapaian terbaik Prancis sebelumnya adalah menempati posisi kedelapan di Olimpiade Seoul 1988.

Walau begitu, di pentas dunia, Prancis sudah mulai menunjukkan perkembangan dalam satu dekade terakhir. Mereka pernah menjadi juara Eropa pada 2015. Selain itu mereka memanangi Kejuaraan Dunia dua kali, masing-masing di tahun 2015 dan 2017.

Langkah Prancis untuk menciptakan“All-European Final” di Tokyo sebenarnya tidak mudah. Final pertama kali dalam 21 tahun terakhir yang mempertemukan dua tim Eropa itu harus melewati jalan terjal.

Prancis hanya menang dua dari lima pertandingan di babak penyisihan. Dua kemenangan masing-masing atas Polandia dan Argentina mengantar mereka ke final.

2. Juara Bertahan Apes, Argentina Raih Perunggu

ROC memang harus mengakui keunggulan Prancis. Tidak hanya di babak final. Tanda-tanda itu sudah terlihat sejak penyisihan grup. Bila di final ROC memberi perlawanan lebih ketat, di penyisihan grup, ROC justru menyerah 1-3.

ROC sebenarnya bermain baik di final. Mereka bisa memberikan perlawanan. Spike-spike keras yang dilancarkan kerap menyulitkan Prancis. Ketangguhan ROC terbukti saat mereka menyingkirkan Brasil di semi final dengan skor 3-1 (18-25 25-21, 26-24, 25-23).

Dalam perebutan medali perunggu,  baik putra maupun putri dilaksanakan sehari sebelum partai final, dua negara Amerika Latin harus berhadapan. Brasil yang berstatus juara bertahan akhirnya harus menyerahkan keping perunggu itu kepada Argentina.

Lagi-lagi, medali perunggu ini diraih melalui pertarungan ketat lima set. Brasil yang tiga kali menjadi juara Olimpiade menyerah 25-23, 20-25, 20-25, 17-25, 15-13. Brasil pun pulang dengan tangan kosong.

Bagi Argentina ini merupakan medali perunggu kedua sepanjang keikutsertaan mereka di pentas Olimpiade. Medali pertama mereka raih di Olimpiade Seoul 1988. Itu pun medali perunggu. Menariknya, lawan yang dihadapi saat itu juga Brasil.

3. Akhir Penantian Tim Putri AS

Tim putri Amerika Serikat (AS) berhasil menjadi yang terbaik. Dalam perebutan medali emas, Minggu (8/8/2021), Jordan Larson dan kawan-kawan mengalahkan Brasil tiga set langsung 25-21, 25-20, dan 25-14.

Pertandingan final kali ini diluar ekpektasi penggemar. Para fan yang ingin melihat kedua tim bertarung ketat tak terwujud.

Penonton kecewa. Bagaimana dua tim yang sama-sama cemerlang sejak penyisihan grup menampilkan permainan berat sebelah. Bagaimana bisa permainan dua tim teratas dari daftar peringkat FIVB tak berimbang.

Brasil tampil aktiklimaks. Walau sempat memimpin mereka kemudian kehilangan kesempatan. Hal ini tidak lepas dari penampilan apik AS. Mereka tidak hanya banyak memetik poin dari spike-spike keras, tetapi juga blocking yang rapat dan sulit ditembus.  AS bermain bagus, baik dalam bertahan maupun menyerang.

Sementara itu para pemain Brasil, yang sebenarnya memiliki beberapa pemain bagus seperti Gabi Guimaraes (Outsite Hitter) dan Rosamaria Montibeller (OppositeSspeaker) seperti tak berkutik.

Sejumlah momen tim putri AS merayakan kemenangan atas Brasil: https://twitter.com/TeamUSA
Sejumlah momen tim putri AS merayakan kemenangan atas Brasil: https://twitter.com/TeamUSA

Selain itu seperti tim AS, Brasil juga memiliki beberapa pemain berpengalaman. Fernanda Garay (Outside Hitter), Natalia Pereira (Outside Hitter), dan Tandara Caixeta (Opposite Speaker) adalah bagian dari skuad Brasil yang meraih emas di London 2012.

Kemenangan AS atas tim besutan Zé Roberto itu memberi mereka emas pertama di Olimpiade. Sebelumnya tim putri Paman Sam ini meraih tiga perak dan dua perunggu. Perak terakhir diraih di Olimpiade London.

Lima tahun lalu di Rio, AS kebagian perunggu. Langkah mereka ke final dihentikan Serbia. Kekalahan telak saat itu berhasil mereka balas tuntas kali ini. Itu pun terjadi di semi final dengan skor 25-19, 25-15, 25-23.

Sementara itu bagi Brasil kekalahan ini tentu mengecewakan. Edisi sebelumnya di kandang sendiri mereka harus menyerah di tangan Tiongkok. Asa hattrick emas, setelah sebelumnya menjadi juara di Beijing 2008 dan 2012, dihentikan tim putri Tirai Bambu. Kini, harapan untuk menebus kekecewaan itu kembali bertepuk sebelah tangan.

"Sayangnya, hari ini adalah saat kami merasakan kekalahan dan itu sangat menyakitkan, tetapi saya sangat bangga dengan semua yang telah kami lakukan," Fernanda Rodrigues seperti dilansir dari situs resmi Olimpiade Tokyo.

Fernanda Rodrigues (nomor 16) gagal mempersembahkan emas bagi Brasil: https://olympics.com/
Fernanda Rodrigues (nomor 16) gagal mempersembahkan emas bagi Brasil: https://olympics.com/

Ini menjadi Olimpiade terakhir bagi Fernanda dan beberapa pemain senior Brasil. Berbeda nasib mereka dengan Jordan Larson dan middle blocker Foluke Akinradewo Gunderson yang sukses menutup perjuangan mereka bersama timnas di Olimpiade dengan medali emas, setelah gagal beberapa kali menjadi yang terbaik.

Larson dan Gunderson kini sudah memiliki koleksi medali lengkap. Mereka bisa pensiun dengan hati gembira.

4. Sejarah Karch Kiraly

Medali emas tim putri AS tidak lepas dari campur tangan Karch Kiraly. Ya, ia adalah sosok di balik taktik, strategi, dan motivasi prestasi tim AS.

Kiprah Kiraly sebagai pelatih AS akhirnya berbuah emas Olimpiade. Pencapaian ini menempatkannya sejajar dengan Lang Ping dari Tiongkok. Keduanya sudah merasakan manisnya emas baik sebagai pemain voli mapun sebagai pelatih.

Kiraly membantu tim AS meraih medali emas voli indoor pada tahun 1984 dan 1988. Tidak sampai di situ. Kiraly juga meraih emas voli pantai pada 1996.

Karch Kiraly di antara para pemain putri AS: https://www.ocregister.com/
Karch Kiraly di antara para pemain putri AS: https://www.ocregister.com/

5. Serbia Perunggu, Korea Selatan Gagal Ulangi Kenangan 1976

Medali perunggu voli putri menjadi milik Serbia. Seperti sudah diprediksi, Serbia masih terlalu tangguh bagi Korea Selatan. Namun demikian Korea tetap memberi perlawanan selama 1 jam dan 30 menit.

Kemenangan tiga set 21-18, 21-15, dan 21-18 menjadi catatan tersendiri bagi Serbia. Ini medali kedua yang diraih secara beruntun. Bedanya, di Rio den Janeiro saat itu Serbia membawa pulang perak setelah ditaklukkan Tiongkok, 1-3 di final.

Korea Selatan yang menjadi satu-satunya wakil Asia di semi final kali ini, harus kehilangan kesempatan mengulangi catatan manis pada edisi 1976. Saat itu mereka mampu meraih medali perunggu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun