Walau begitu, di pentas dunia, Prancis sudah mulai menunjukkan perkembangan dalam satu dekade terakhir. Mereka pernah menjadi juara Eropa pada 2015. Selain itu mereka memanangi Kejuaraan Dunia dua kali, masing-masing di tahun 2015 dan 2017.
Langkah Prancis untuk menciptakan“All-European Final” di Tokyo sebenarnya tidak mudah. Final pertama kali dalam 21 tahun terakhir yang mempertemukan dua tim Eropa itu harus melewati jalan terjal.
Prancis hanya menang dua dari lima pertandingan di babak penyisihan. Dua kemenangan masing-masing atas Polandia dan Argentina mengantar mereka ke final.
2. Juara Bertahan Apes, Argentina Raih Perunggu
ROC memang harus mengakui keunggulan Prancis. Tidak hanya di babak final. Tanda-tanda itu sudah terlihat sejak penyisihan grup. Bila di final ROC memberi perlawanan lebih ketat, di penyisihan grup, ROC justru menyerah 1-3.
ROC sebenarnya bermain baik di final. Mereka bisa memberikan perlawanan. Spike-spike keras yang dilancarkan kerap menyulitkan Prancis. Ketangguhan ROC terbukti saat mereka menyingkirkan Brasil di semi final dengan skor 3-1 (18-25 25-21, 26-24, 25-23).
Dalam perebutan medali perunggu, baik putra maupun putri dilaksanakan sehari sebelum partai final, dua negara Amerika Latin harus berhadapan. Brasil yang berstatus juara bertahan akhirnya harus menyerahkan keping perunggu itu kepada Argentina.
Lagi-lagi, medali perunggu ini diraih melalui pertarungan ketat lima set. Brasil yang tiga kali menjadi juara Olimpiade menyerah 25-23, 20-25, 20-25, 17-25, 15-13. Brasil pun pulang dengan tangan kosong.
Bagi Argentina ini merupakan medali perunggu kedua sepanjang keikutsertaan mereka di pentas Olimpiade. Medali pertama mereka raih di Olimpiade Seoul 1988. Itu pun medali perunggu. Menariknya, lawan yang dihadapi saat itu juga Brasil.
3. Akhir Penantian Tim Putri AS
Tim putri Amerika Serikat (AS) berhasil menjadi yang terbaik. Dalam perebutan medali emas, Minggu (8/8/2021), Jordan Larson dan kawan-kawan mengalahkan Brasil tiga set langsung 25-21, 25-20, dan 25-14.