Selanjutnya mereka akan menghadapi Brasil di final. Pertandingan ini dipastikan akan memberikan tekanan tersendiri bagi AS.
Di satu sisi, sepak terjang Brasil yang tak kalah ciamik sejak penyisihan grup. Hingga di babak semi final, Brasil nyaris tanpa hambatan melewati hadangan Korea Selatan. Kemenangan 25-16, 25-16, dan 25-16 menjadi bukti.
Di sisi lain, AS pun tidak ingin kegagalan di tiga edisi sebalumnya kembali berlanjut. Apalagi bagi Akinradewo dan Larson yang tidak ingin kembali menelan pil pahit.
Larson, menukil situs resmi Olimpiade Tokyo, menyadari hal itu. Ia seperti membaca apa yang juga dipikirkan banyak orang. Namun Larson justru merasa sebaliknya. Karena mereka tidak pernah merasakan manisnya medali emas membuat mereka bisa tampil lebih lepas.
Larson seakan menempatkan mereka dalam posisi bebas tekanan. Dan mengarahkan anggapan tersebut ke kubu Brasil, tim yang dua kali mengalahkan mereka di final, masing-masing di Beijing dan London.
"Orang-orang mengatakan kami akan berada di bawah begitu banyak tekanan karena kami tidak pernah memenangkan medali emas. Tapi kami tidak berada di bawah tekanan karena kami belum pernah melakukannya."
Modal AS
Oh ya, Larson berstatus kapten AS saat ini. Ia sudah menyandang status tersebut sejak 2017, setelah menjadi bagian dari tim bola voli nasional pada 2009.
Sepanjang itu, seperti rekannya, Akinradewo yang setahun lebih muda, mereka seakan tak pernah lelah memburu emas.
Apakah penantian panjang itu akan berakhir di Tokyo? Apakah Olimpiade kali ini menjadi momen perpisahan manis bagi keduanya, terlebih bagi Larson sebagai pemimpin tim?