Begitu juga setiap orang yang datang ke Papua mendapatkan rasa aman. Hal yang satu ini tentu tak perlu diragukan lagi. Keramahtamahan orang Papua belum menjadi barang langka.
Kita ingin PON Papua benar-benar menjadi panggung pertunjukan yang adil, indah, aman, dan nyaman bagi siapa saja.
Kelima, bila semua syarat itu bisa terpenuhi maka PON Papua akan menjadi kompetisi yang benar-benar memberi ruang kepada para atlet untuk menunjukkan kualitas terbaik untuk melewati setiap tantangan, di samping emosi, beban, juga semangat dan ambisi yang menyertainya.
PON Papua tentu tidak semata-mata menjadi panggung permainan untuk mengadu ketangkasan, kecepatan, kekuatan, kecerdikan, hingga skill lainnya. Ada banyak pesan yang muncul dari timur Indonesia. Salah satunya termaktub dalam tagline "Torang Bisa."
Bisa apa kalau begitu? Pertama, bisa menyelenggarakan dan menyukseskan PON dengan segala tantangannya. Salah saut tantangan terbesar saat ini adalah bagaimana memastikannya terlaksana di tengah pandemi Covid-19 yang belum mereda.
Kurang dari tiga bulan menuju hari H, Indonesia masih berada dalam masa darurat virus berbahaya itu. Jumlah kasus baru harian belum melandai. Ditambah lagi kekhwatiran bahwa daerah-daerah di luar Jawa bergantian menjadi episentrum penyebaran.
Pada titik ini, perhelatan PON Papua tidak hanya menjadi kesempatan untuk merealisasikan panggilan manusia sebagai "makhluk bermain" tetapi juga sebagai "makhluk berpikir" dan "bekerja."
Konsep "Homo Ludens" Huizinga tidak bisa berjalan sendirian. Agar bisa "bermain" dan bertanding dengan baik, maka akal, otot, dan segala sumber daya lain harus diikutsertakan. Begitu juga dibutuhkan kolaborasi dengan komponen lain untuk memastikan permainan itu terlaksana sesuai rencana.
Hingga hari ini, belum ada tanda-tanda jadwal PON XX akan berubah. Pihak penyelenggara sudah mempersiapkan sejumlah skenario mulai dari vaksinasi bagi semua atlet dan kontingen yang terlibat, hingga sistem "bubble" untuk membatasi ruang gerak pemain dan pelatih. Penyelenggaraan Olimpiade Tokyo bisa jadi cermin untuk menyelenggarakan turnamen di masa pageblug ini.
Namun skenario itu perlu dilengkapi dengan sosialisasi yang baik dan pengawasan yang ketat. Ditambah lagi regulasi dan pengaturan yang jelas bagi para penonton, serta percepatan vaksinasi bagi masyarakat Papua.