Tak seperti gim pertama, Minions tak memberi ruang bagi Chia/Soh di awal set kedua. Skor sempat ketat, 3-3, lantas merenggang menjadi 3-6 setelah serangan lawan tak bisa dibendung Minions.
Persaingan semakin ketat setelah jeda interval kedua. Minions mendapat momentum baik setelah menyamakan kedudukan 16-16.
Sayangnya, pendulum baik kemudian berbalik arah ke pihak Malaysia yang benar-benar mengerahkan segenap tenaga untuk merobohkan pertahanan Minions. Chia/Soh meraih match point dan sempat kehilangan satu angka sebelum mengunci kemenangan, 21-17.
Chia/Soh tidak punya pilihan lain selain bermain lepas. Keduanya tahu, posisi mereka kurang diunggulkan di hadapan Minions.
Catatan tujuh kekalahan beruntun cukup menjadi acuan. Ditambah lagi, keduanya tak bisa berkutik menghadapi ganda nomor dua Indonesia, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan di laga penutup penyisihan grup.
Namun tekad mereka kuat. Seperti dikatakan sebelum laga ini, mereka sama sekali tidak ingin terpenjara pada rekor head to head. Mereka akan siap menghadapi siapapun lawan, tidak terkecuali yang berstatus unggulan pertama.
"Saya pikir kami akan memasuki pertandingan dengan kondisi yang sama. Bagaimanapun ini adalah Olimpiade, semua hal bisa terjadi," tutur Aaron Chia kepada salah satu media setempat.
Kekalahan Kento Momota, tunggal nomor satu dunia beberapa jam sebelumnya memberi mereka tambahan semangat. Status unggulan tak menjadi jaminan. Segala sesuatu bisa terjadi di panggung besar Olimpiade.
Itulah yang kemudian terjadi. Kedigdayaan Minions pun rontok. Pertahanan rapat yang biasanya sulit ditembus justru terlihat rapuh sehingga bisa dibobol Chia/Soh berkali-kali.
"Saya benar-benar tidak percaya kami menang, terutama di Olimpiade. Kami tidak pernah mengalahkan mereka. Ini adalah pertandingan terbaik dalam karir saya," ungkap Soh kepada BWF usai laga.
Kemenangan itu mereka raih dengan keyakinan untuk mengubah ketidakmungkinan. Kepercayaan diri yang mampu mengatasi status mereka sebagai underdog.Â