Sebagian besar pengguna dengan lebih dari satu perangkat elektronik berusia 16 hingga 64 tahun. Durasi mengakses internet per hari rata-rata 8 jam dan 52 menit.
Dengan demikian bisa dikatakan, mayoritas penduduk Indonesia sudah tak lagi awam dengan internet dan telepon pintar. Akses internet dan ketersediaan perangkat elektronik untuk berkomunikasi ini membuat berbagai aktivitas komunikasi bisa dilakukan dengan mudah.
Sama seperti kehidupan normal baru yang sudah akrab dengan pembelajaran jarak jauh, meeting online, berbelanja atau berjualan melalui platform e-Commerce, maka mestinya juga tak lagi asing bila atas cara yang sama kita bersilaturahmi. Â Saat ini tidak hanya tersedia satu pilihan perangkat. Hadir aneka platform sosial media dan perangkat komunikasi video mulai dari zoom, Webex, Gooogle Meet dan sebagainya.
Memang patut diakui komunikasi virtual tidak menyelesaikan segalanya. Tidak semua orang, apalagi sanak saudara di kampung, sudah sedemikian akrab dengan perangkat elektronik. Belum semua daerah mendapatkan akses internet yang lancar.
Selain itu, komunikasi virtual tetap tidak sepenuhnya bisa menggantikan interaksi fisik. Perjumpaan secara langsung memiliki sisi kehangatan yang tidak bisa digantikan oleh teknologi.
Sungkem langsung di kaki orang tua saat Lebaran terasa berbeda bila harus digantikan oleh adegan serupa jarak jauh. Mencium tangan orang tua atau yang dituakan memiliki sentuhan afeksi tersendiri yang tak bisa didapat secara virtual.
Namun kita semua berada dalam kecemasan yang sama akan musuh bersama: Covid-19. Kita tengah diintai marabahaya bila sampai nekat mudik apalagi melakukan kontak fisik.
Untuk itu dalam situasi khusus seperti ini sekiranya silaturahmi virtual dimaklumi. Perjumpaan online, konferensi video, hingga berkirim pesan singkat, tetap bisa menjadi pilihan bertukar kabar dan bersilaturahmi dengan tanpa harus kehilangan kehangatan dan ketulusan. Â
Teknologi hanyalah alat. Â Demikian juga berjabat tangan, sujud, hingga berpelukan hanyalah tanda. Alat dan tanda itu menuntut pemaknaan agar menjadi berarti. Semuanya akan kehilangan makna bila dibalut basa-basi, apalagi hipokrisi. Dengan demikian, jangan terlalu bergantung pada perjumpaan fisik bila perjumpaan yang terjadi hanya sekadar formalitas.