Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin memberi salah satu contoh bagaimana menjaga tali silaturahmi di tengah pandemi. Saat hari Lebaran, kedua pemimpin itu memilih tidak bersilaturahmi secara fisik.
Sebenarnya, bisa saja mereka membuat janji bertemu, misalnya di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, tempat Jokowi menghabiskan waktunya saat ini.
Namun mereka memilih untuk tetap berada di kediaman masing-masing. Sebagai gantinya, mereka memilih melakukannya secara virtual.
Jokowi dan Ibu Iriana bergantian mengucapkan selamat hari raya dan meminta maaf pada Ma'ruf Amin dan Iby Wury, begitu juga sebaliknya, melalui panggilan video.
Wajah dan ekpresi setiap pasangan tetap terlihat jelas melalui telepon pintar. Maksud hati pun bisa tertunaikan melalui teknologi.Â
Tidak hanya saling memberi salam dan mengucap maaf, mereka pun bisa berkomunikasi secara hangat untuk bertanya kabar. Jokowi malah masih sempat curhat bahwa Idul Fitri kali ini, ia dan Iriana tidak ditemani putra dan putrinya. Â
Apakah kadar silaturahmi akan berkurang saat melakukannya dalam jaringan (daring)? Apakah kurang afdol bila tidak dilakukan di luar jaringan (luring)?
Saat pandemi masih menjadi ancaman bersama, pilihan silaturahmi virtual tentu paling realistis. Virus Covid-19 yang masih bergentayangan mencari mangsa hanya bisa diatasi di antaranya dengan membatasi mobilitas fisik, satu dari sejumlah protokol kesehatan yang penting.
Pergerakan fisik dan kontak langsung harus ditekan seminimal mungkin. Tujuannya, agar transmisi virus pun ikut terhambat. Bila tidak maka situasi akan terjadi sebaliknya. Jangankan mengharapkan pandemi berakhir, lonjakan kasus malah semakin menjadi-jadi.