Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Koleksi Buku Boleh, tapi Jangan Lupa Dibaca

5 Mei 2021   23:01 Diperbarui: 5 Mei 2021   23:09 2525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa koleksi buku pribadi: dokpri

Begitu juga penting mengetahui minat bacaan agar tidak sampai membeli buku yang kemudian tidak menarik untuk dibaca. Kalaupun ingin bereksplorasi dengan genre "baru" maka perlu komit dengan keputusan.

Kedua, terkadang kita perlu menyadari situasi ini.  Kadang kala kita membeli buku bukan semata-mata untuk kepentingan bacaan. Kita membeli buku bukan untuk dibaca. Tetapi membeli hanya untuk sekadar membeli dan memiliki. Bila jatuh pada kecenderungan kedua maka buku itu hanya akan berakhir di rak buku. Kalau kita bukan pedagang buku, kalau begitu apa gunanya buku-buku itu ?

Ada kalanya pertanyaan itu tidak selalu harus dijawab. Apalagi bila berhadapan dengan bibliomania dan bibliophilia. Kedua kelompok ini, menukil Listverst, Selasa (18/6/2019), sama-sama jatuh cinta pada buku. Hanya saja berakhir dengan actus mengoleksi semata.

Bibliomania memiliki kecendrungan, yang kadang tidak terlihat, untuk mengoleksi buku tanpa pernah dibaca. Lebih parah lagi, mengoleksi buku yang sama berulang kali. Bibliophilia, seperti kata Dr. Martin Sander, "adalah seseorang yang menguasai buku mereka, sedangkan Bibliomania adalah budak dari buku."

Apakah bibliomania dan bibliophilia sebuah penyakit? Belum ada kesimpulan, masih menjadi polemik, sejak mulai dibahas dua abad silam. Secara psikologi, bibliomania digolongkan sebagai gangguan obsesif kompulsif. Pada buku Diagnosis Statistik Gagguan Mental yang dterbitkan Asosiasi Psikiater Amerika, Bibliomania tidak diakui sebagai gangguan mental. Bahkan Press Universitas Oxford menyatakan bibliomania hanyalah sekedar antusiasme pribadi.

Masyarakat Jepang menyebut bibliomania dengan Tsundoku. Oleh mereka fenomena itu dianggap wajar. Mereka dinilai memiliki niat untuk membaca setiap buku yang diburu dan dikumpulkan, namun belum terpenuhi. Niat membaca yang tertunda.

Seperti saya, apakah Anda yang suka membaca dan mengoleksi buku sudah jatuh pada kecenderungan di atas? Apapun itu, yang patut dihindari, seperti pada beberapa kasus para penderita bibliomania dan bibliophilia terkadang memiliki keberanian untuk mendapatkan buku yang diincar dengan cara-cara tak terpuji.

Selain menghindari mencuri dari perpustakaan atau museum, sekiranya perlu juga mengendalikan kecendrungan membeli secara impulsif. Membeli buku tentu boleh. Tetapi jangan sampai diperbudak oleh keinginan membeli buku belaka. Mengoleksi buku jelas bukan perbuatan terlarang. Namun alangkah baik dan lebih berfaedah bila tak lupa dibaca.

Ray Bradbury, sastrawan Amerika Serikat yang terkenal akan karya-karya fiksinya seperti The Martian Chronicles (1950) dan Fahrenheit 451 (1953) pernah berujar, "ada kejahatan yang lebih buruk dari membakar buku, salah satunya adalah tidak membacanya."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun