Tentu, sebutan perpustakaan itu bisa jadi terlampau bombastis. Namun setidaknya penamaan itu sekadar untuk mengatakan bahwa saya menyediakan tempat khusus dengan sejumlah rak untuk ratusan koleksi buku dan ke tempat itu saya hampir tak pernah alpa bertandang, baik untuk melanjutkan bacaan untuk ditandaskan atau mendapatkan sejumlah referensi untuk kepentingan penulisan.
Bisa jadi juga sengaja berkunjung untuk membuka kembali buku-buku yang pernah dibaca karena tiba-tiba muncul letupan ingatan yang dipantik oleh bacaan tertentu. Seperti berlaku pada perpustakaan umumnya, saya memiliki kewajiban untuk merawat setiap buku itu.
Kerusakaan tertentu akan menggoreskan sedih, atau memantik kejengkelan. Kepada orang tua dan saudara, saya selalu berpesan untuk menjaga buku-buku itu. Terkadang seperti sebuah ultimatum saya meminta sejauh dapat tidak untuk dipinjam.
Dari secuil informasi di atas, saya kemudian sampai pada konklusi atas pertanyaan seberapa penting mengoleksi buku?
Pertama, buku sebagai sumber ilmu dan pengetahuan. Memiliki buku tak ubahnya menggenggam ilmu dan pengetahuan itu. Walau terkadang sukar memahami suatu buku secara utuh atau bagian tertentu dalam sebuah buku, saya bisa mengulang secara perlahan kapan saja. Saya tak perlu takut buku itu akan berpindah tangan segera sehingga perlu menandaskannya dalam sekali kesempatan.
Kedua, sebagai sumber informasi berharga, buku membuka banyak peluang dan kesempatan. Tidak hanya untuk kepentingan pengetahuan seperti dalam slogan "buku adalah jendela dunia" tetapi juga untuk kepentingan praktis.
Salah satunya adalah berkomunikasi baik lisan maupun tertulis. Kita tentu tak bisa berbicara atau menulis dari suatu kekosongan. Agar terkesan berisi maka kepala kita perlu diisi dengan sari-sari dari bacaan-bacaan. Begitu juga untuk menghasilkan tulisan yang kaya dan mendalam, maka kita perlu membekali diri dengan referensi memadai.
Apa yang kita bicarakan dan apa yang kita tulis kemudian menggambarkan siapa diri kita. Kualitas diri yang tergambar dalam setiap ekspresi yang ditunjukkan adalah pancaran dari setiap bacaan kita. Seperti salah satu ungkapan bijak, "you are what you read."
Selain itu buku juga bisa mendukung profesi dan pekerjaan. Mengakrabi buku tidak hanya menjadi urusan dosen, akademisi, pemikir, peneliti, dan berbagai profesi terkait. Seorang ibu rumah tangga sekalipun bisa mendapatkan manfaat dari buku untuk kepentingan urusan rumah tangga. Mendapat resep baru, mendapat masukan bagaiaman mengatur keungan rumah tangga, hingga "insight" untuk mendidik dan membesarkan anak.
Ketiga, sebagai "mood booster" buku mampu mengatasi rasa suntuk, bosan, bahkan menjadi pelarian dari sejumlah persoalan. Saat pandemi Covid-19 mengharuskan kita untuk lebih banyak berdiam di rumah dan ruang gerak fisik dibatasi maka rasa bosan hingga stres mudah meletup. Dalam situasi seperti itu, buku bisa menjadi sahabat penenang.