Saat ini dunia sedang menghadapi pandemi Covid-19. Hidup kita terasa serba sulit. Dampak pandemi menyapu segala lini. Hampir tak ada yang bisa mengelak dari terjangan badai Covid-19 itu. Baik negara maupun rumah tangga ikut terseret.
Ekses pandemi mengemuka dalam sejumlah kenyataan. Salah satunya sektor ekonomi. Pertama, melemahnya daya beli dan konsumsi rumah tangga. Penerapan protokol kesehatan sebagai syarat mutlak memutus mata rantai penyebaran Covid-19 membuat ruang gerak dan mobilitas sosial masyarakat benar-benar terbatas.
Pergerakan manusia yang dibatasi pun berpengaruh pada arus barang dan jasa. Selama pembatasan sosial maka tak terjadi peningkatan nilai tambah ekonomi karena sejumlah aktivitas terkait seperti belanja dan penerbangan, misalnya, dibatasi.
Kedua, seperti kemunculannya yang tak diduga-duga begitu juga kapan pandemi Covid-19 berakhir belum diketahui pasti. Yang bisa kita lakukan adalah menghentikan laju penyebaran sehingga diharapkan tidak semakin banyak orang yang terpapar.
Dalam situasi penuh ketidakpastian ini, bidang investasi pun ikut melemah. Implikasi lanjutan terlihat pada terganggu bahkan terhentinya kegiatan usaha mulai dari skala kecil seperti warteg, hingga lingkup yang lebih luas seperti bisnis transportasi dan akomodasi.
Terhentinya kegiatan usaha tentu memberikan dampak turunan. Salah satu yang paling kasat mata dan mengkhawatirkan adalah terjadinya pengurangan karyawan bahkan pemutusan hubungan kerja.
Ketiga, ekonomi yang melemah tentu berdampak pada penurunan harga komoditas. Menurunnya permintaan membuat harga komoditas mengalamai fluktuasi.
Sementara itu pada lingkup kehidupan sosial terkecil seperti rumah tangga, pandemi berpengaruh pada kehidupan sosial, ekonomi, dan kesehatan para anggota. Pada kelompok masyarakat pra sejahtera, misalnya, krisis tersebut begitu mengancam keselamatan mereka. Tekanan sosial akibat kehidupan yang serba sulit pun tak terhindarkan.
Dalam situasi seperti itu apa yang harus kita lakukan? Siapa yang harus turun tangan untuk membereskan setiap masalah dan membantu kita untuk tetap bertahan hingga melewati badai tantangan ini?
Pemerintah sudah menunjukkan tanggung jawabnya. Sejumlah inisiatif sudah dan terus dilakukan. Tidak hanya memastikan masyarakat taat pada protokol kesehatan, negara juga berupaya membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap orang untuk mendapat vaksinasi.
Selain itu, pemerintah meluncurkan berbagai program pemulihan ekonomi baik yang menyasar masyarakat luas  melalui Bantuan Langsung Tunai (BLT) hingga suntikan modal dan insentif bagi para pelaku UMKM.
Kisah Nabi Yunus
Tentu, pemerintah tidak bisa sendirian mengatasi krisis ini. Kerja sama dan niat baik dari setiap anggota masyarakat juga penting. Masyarakat bisa ikut mengambil bagian tidak hanya mengatasi kesulitan yang ada, tetapi juga ikut andil memutus mata rantai penyebaran. Harapannya, cepat atau lambat, pandemi ini bisa segera berlalu pergi.
Bila kita berkaca pada Kitab Suci, sebenarnya ada banyak kisah inspiratif. Alquran mengandung banyak pelajaran yang bisa dipetik untuk diaplikasi dalam hidup sehari-hari. Tidak terkecuali sebagai kekuatan dan suluh untuk melewati kegelapan pandemi ini.
Di dalam Kitab Suci itu terkandung narasi-narasi yang memberikan pelajaran dari kisah hidup para nabi. Para nabi sudah menunjukkan cara terbaik untuk menunjukkan diri sebagai abdi Allah yang diberkati sekaligus tidak melepaskan diri dari realitas seperti penderitaan dan kesulitan.
Dalam situasi penuh tantangan itu para nabi menunjukkan keteguhan iman dan kepercayaan mereka. Kesabaran dan ketekunan yang tinggi membuat mereka berhasil menghadapi dan melalui aneka ujian.
Salah satu kisah yang sekiranya menarik dan relevan terkait perjuangan menghadapi kesulitan ditunjukkan oleh Nabi Yunus.
Nabi Yunus diutus untuk berdakwah kepada orang-orang Niniwe, sebuah kota besar tetapi telah menjadi tempat yang jahat yang dipenuhi dengan penyembahan berhala dan dosa. Tetapi orang-orang di kotanya menolaknya.
Ketika dia menyadari dia tidak berhasil mencapai apa yang dia harapkan dan gagal dalam misi ini, dia pergi dengan putus asa. Setelah meninggalkan kota itu, dia naik kapal untuk berlayar jauh. Sementara itu pada waktu yang sama Allah mendatangkan azab atas kota itu.
Hanya saja ada bagian yang terselamatkan. Allah melihat ada kejujuran dan pertobatan dari kaum wanita, laki-laki, dan anak-anak yang tak hentinya berdoa sambil menyebut nama Allah.
"Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Ketika mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu." (QS. Yunus: 98)
Begitu sampai di laut, badai besar menerjang. Situasi buruk pun terjadi. Kapal itu pun tenggelam. Yunus tak terkecuali. Tidak ada pilihan lain bagi Yunus selain mengalami nasib nahas.
Di dalam air, sesuatu yang luar biasa terjadi. Seperti yang diperintahkan Allah, seekor ikan paus dikirim untuk menelan Yunus. Ikan paus itu sama sekali tidak mencederai apalagi mencelakai Yunus. Ia justru diselematkan dalam perut ikan itu.
Berada dalam perut ikan itu, Yunus mengalami pergulatan yang hebat. Ia hanya bisa mendapatkan kegelapan dan kelaparan di sana. Saat itulah ia menyadari siapa diri dan manusia itu. Lantas, ia menunjukkan diri sebagai seorang beriman yang sepenuhnya bergantung pada Allah.
"Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap, "Bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim."--Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman." (QS. Al Anbiyaa': 87-88)
Paus itu kemudian berenang ke permukaan dan mengeluarkan Yunus ke pantai. Kemudian Allah menumbuhkan sebatang pohon dari jenis labu untuk beliau konsumsi. Sebagaimana dalam salah satu surah Alquran, Allah SWT berfirman:
"Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit.-- Dan Kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu." (QS. Ash-Shaaffaat: 145-146).
Setelah itu Allah memerintahkan Nabi Yunus untuk kembali menemui kaumnya. Hal ini dilakukan untuk memberitahu bahwa Allah SWT telah menerima taubat para penduduk. Di samping itu, Allah juga akan memberikan mereka kenikmatan hidup hingga waktu tertentu. Sebagaimana dalam salah satu surah Alquran berikut ini.
"Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih.--Lalu mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu." (QS. Ash-Shaaffaat: 147-148).
Releksi di Tengah Pandemi
Apakah kita pernah menghadapi situasi pelik sampa-sampai hilang harapan? Apakah pada saat yang sama timbul pertanyaan dan kesadaran akan solusi yang harus diambil?
Tentu, pandemi saat ini menjadi salah satu situasi sulit itu. Banyak orang benar-benar merasakan pandemi ini sebagai sebuah situasi sulit dan penuh kegelapan. Banyak orang patah arang, kehilangan semangat, dan gairah hidup karena merasa tak ada jalan keluar yang bisa diambil
Nabi Yunus sudah memberi contoh. Pengalaman yang dialaminya itu sebenarnya memberi kita banyak pelajaran. Beberapa di antaranya bisa dikemukakan di sini. Pertama, Nabi Yunus menunjukkan bahwa selalu ada jalan keluar di setiap kesulitan.
Untuk bisa lepas dari tantangan itu kita perlu kembali dan bergantung sepenuhnya pada Allah. Hanya kepada Dia kita menggantungkan harapan. Kita bisa membayangkan nasib Nabi Yunus bila ia tak meminta pertolongan Allah. Maka akhir hidupnya tidak akan seperti yang tertulis.
Patut diakui, terkadang kita kembali pada Allah saat kesulitan mendera. Kita baru mengingat nama-Nya saat tertimpa petaka. Sementara itu di kala hidup penuh sukacita dan kegembiraan, terkadang kita melupakan Allah.
Kedua, tidak semua masalah bisa diselesaikan secara cepat. Tidak setiap badai bisa berlalu segera. Terkadang kesulitan itu seakan tak pernah berakhir. Hidup seperti tak putus dirundung malang.
Seperti pandemi saat ini, hidup kita pun menjadi tak menentu. Kita tak tahu kapan situasi akan kembali membaik. Begitu juga kita tak bisa memprediksi sampai sejauh mana kita mampu bertahan.
Meneladani Nabi Yunus, kesabaran dalam kesulitan adalah penting. Nabi Yunus pernah mengalami tantangan dari luar dan pergolakan di dalam dirinya. Dalam situasi seperti ini, sekiranya salah satu nas dalam surat al-Qalaam ayat 48 -- 50, bisa memberikan kekuatan.
"Maka, bersabarlah kamu terhadap ketetapan Tuhanmu dan janganlah kamu seperti orang yang berada dalam (perut) ikan ketika ia berdosa dan sedang dalam keadaan marah (kepada kaumnya). Kalau sekiranya ia tidak segera mendapat nikmat dari Tuhannya, benar-benar ia dicampakkan ke tanah tandus dalam keadaan tercela. Lalu, Tuhannya memilihnya dan menjadikannya termasuk orang-orang yang saleh."
Akhirnya, seperti Nabi Yunus, terkadang ada kesulitan yang tidak bisa diselesaikan dengan hanya mengandalkan kekuatan manusia. Melibatkan Allah dalam segala situasi adalah mutlak. Sekiranya berkat upaya keras manusia dan kemurahan Allah, kita bisa menemukan titik cerah di balik lorong gelap pandemi ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H