Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Ramadan dalam Sepiring Jagung Titi

26 April 2021   22:47 Diperbarui: 26 April 2021   23:25 2360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan Desa Lamahala Jaya: https://www.facebook.com/Wathan-Lamahala-part2-198835467420872/

Jagung yang dipilih biasanya berjenis pulut atau kerap disebut jagung ketan. Jenis ini cukup populer dan menjadi andalan dalam sejumlah industri makanan berbasis jagung. Citarasa enak, lebih gurih, lebih pulen dan lembut, membuatnya menjadi primadona. Pamornya nyaris tak pernah ditelan zaman. Berbagai kreasi dan olahan dari jagung pulut itu bermunculan di pasaran.

Jagung titi memang hanya berjodoh dengan jenis ini. Ia tak cocok diambil dari jenis jagung hibdrida yang cenderung keras sehingga gampang hancur saat dipipih.

Jagung titi tidak dengan sendirinya menjadi seperti itu dengan hanya bermodalkan jagung pulut. Selanjutnya harus melewati sejumlah proses produksi. Seperti disebut sebelumnya, alat yang dipakai masih begitu sederhana. Proses pembuatan dan perkakas yang dipakai itu biasanya bagian dari warisan yang diturun-temurunkan dari generasi ke generasi.

Seorang ibu dari Lamahala sedang membuat jagung titi: Antara/Andi Firdaus
Seorang ibu dari Lamahala sedang membuat jagung titi: Antara/Andi Firdaus

Mula-mula biji-biji jagung pulut direndam semalam. Lantas dipanaskan dalam periuk menggunakan kayu bakar hingga setengah matang. Biasanya untuk menyangrai dipakai jenis periuk tanah liat atau tembikar yang ditatahkan di atas tungku batu.

Api pembakaran dari kayu bakar, atau kompor untuk alat yang sedikit lebih modern, perlu diatur sedemikian rupa agar menghasilkan tingkat kematangan yang diinginkan. Jagung itu diaduk sampai rata. Menariknya, terkadang tidak membutuhkan alat tambahan untuk mengaduk atau mengambil biji-biji jagung, tetapi hanya mengandalkan jari-jari tangan yang sudah terbiasa beradu dengan panas.

Selanjutnya, dengan perkiraan sudah setengah matang, dengan batu sebesar kepalan tangan manusia, biji-biji jagung itu digeprek hingga pipih. Untuk menghasilkan bentuk yang diinginkan batu yang dipakai memiliki permukaan datar.

Di atas permukaan yang rata itu biji-biji jagung dipipihkan dengan batu bulat. Bisa diganti juga dengan wadah ulekan. Urusan menggeprek jagung bukan perkara sederhana. Kekuatan tangan harus diatur agar biji-biji jagung tidak hancur.

Pengganti Nasi, Mengapa Tidak?

Kita pun bisa bertanya. Apakah cukup dengan hanya menikmati jagung titi saat berbuka? Apa yang bisa diandalkan dari camilan itu untuk menopang tubuh selama bulan Ramadan?

Patut diakui, kudapan ini lebih sering dikonsumsi sebagaimana kita memperlakukan kudapan pada umumnya. Tidak sebagai hidangan utama, tetapi sebagai teman untuk menemani segelas kopi atau teh. Namun, kita tidak bisa meremehkan daya jagung titi tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun