Bisa mengambil pintu gerbang di Larantuka, ibu kota Flores Timur, lantas menikmati biru laut dan debur ombak selama dua jam menuju pelabuhan Waiwerang di Pulau Adonara. Pengalaman hampir sama bisa dinikmati dengan titik berangkat dari Lembata dengan waktu tempuh separuh lebih cepat.
Di Lamahala kita tidak hanya menjadi begitu akrab dengan suara adzan yang berkumandang dari 14 surau dan satu masjid besar bernama Jami Al Maruf. Di tempat dengan jejak sejarah kerajaan Islam di NTT yang masih terpelihara itu, panggilan dari seorang muazin bisa terdengar bergantian dengan suara tumbukan batu bertalu-talu.
Suara tersebut terdengar begitu jelas menjelang adzan shalat subuh, beberapa hari sebelum Ramadan bertandang.  Suara serupa  masih bisa tetap terdengar setelah itu. Dari sejumlah rumah, bunyi sejumlah lempeng batu saling beradu. Menghasilkan bunyi yang tak begitu merdu. Tetapi bagi masyarakat setempat, suara tersebut seperti irama wajib yang memang harus dibunyikan sebagai bentuk kerinduan dan bukti semangat yang tengah bergelora demi nasib banyak orang.
Aktivitas di pagi hari itu akan menghasilkan jagung titi yang akan menemani ratusan penduduk saat berbuka puasa. Tidak semua masyarakat rela mengambil bagian dalam produksi jagung titi. Kerja tradisional yang menuntut kesabaran dan ketekunan segelintir orang.
Bila tidak sedang berpuasa, makanan kecil itu adalah teman setia dalam banyak kesempatan. Mulai dari sarapan pagi, sajian menyambut tamu, hingga bekal perjalanan.
Hal terakhir itu terkadang membuat jagung titi begitu mudah diingat sebagai buah tangan sebab bisa bertahan hingga berbulan-bulan disimpan di wadah yang kering. Disuguhkan kepada para tamun yang bertandang, juga menjadi oleh-oleh yang ringan dibawa ke mana saja.
Bagi masyarakat NTT diaspora dengan cerita tumbuh kembangnya bersama jagung titi, terkadang begitu rindu bisa kembali merasakan sensasi menikmati makanan tersebut.
Cara tradisional
Bagi yang belum pernah melihat wujudnya dari dekat, jagung titi pasti dianggap asing. Namun, secara sederhana, bisa membayangkan emping jagung untuk mengenalinya. Ya, jagung titi atau patei silaita berstektur seperti emping tetapi berbahan baku jagung.
Bila emping yang terbuat dari melinjo akan meninggalkan rasa pahit, tidak demikian dengan jagung titi, meski tidak diakali dengan berbagai bumbu tambahan yang mencolok. Dengan cukup menambahkan sedikit garam membuat rasa gurihnya semakin terasa, berpadu apik dengan rasa manis jagung.