Tidak hanya berhenti dengan seruan. Terlihat berbagai aksi penggalangan bantuan dengan menyambangi sejumlah titik keramaian di berbagai tempat di Indonesia. Di Papua misalnya, orang-orang muda NTT perantauan, mengajak masyarakat setempat untuk berbagi. Bersenjatakan kotak amal, mereka merentang tangan.
Tentu, ada banyak bentuk dan cara berbuat untuk NTT. Kita bisa mengurutnya panjang-lebar. Sukar untuk memastikan seberapa besar dan banyak bantuan yang sudah didapatkan dari gerakan swadaya dan spontan seperti ini. Soal ini biarlah berlaku prinsip, "apa yang diperbuat tangan kiri hendaknya tak perlu diketahui tangan kanan." Walau untuk urusan tertentu, soal transparansi dan akuntabilitas tetap patut dijaga.
Hanya saja, yang menjadi harapan bersama adalah bantuan tersebut bisa tersalurkan dengan baik. Tidak hanya pada orang yang tepat, tetapi juga tepat sesuai kebutuhan. Tentu, masih banyak masyarakat di beberapa titik yang tetap menantikan uluran tangan. Untuk bisa menjangkau semua masih butuh waktu karena keterbatasan akses dan informasi. Selain itu, sumbangan sukarela apa pun itu tetap punya keterbatasan.
Kedua, untuk melengkapi keterbatasan dan kekurangan itu, kita meminta pada negara. Bersyukur, pemerintah cukup sigap. Presiden Joko Widodo sudah memerintah kementerian terkait untuk bergerak. Ia menyerukan sejumlah tindakan yang patut ditempuh, baik segera-jangka pendek, maupun kepentingan jangka panjang.
Ia meminta penanganan dan pemenuhan kebutuhan pengungsi dilakukan secara baik. Ia memerintahkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mendata titik-titik pengungsian dan memastikan logstik mereka terpenuhi. Makanan, tenda, dapur lapangan, hingga kebutuhan dasar bagi pengungsi umumnya, terutama kelompok prioritas seperti bayi dan anak-anak, perlu disiapkan.
Selain itu, Jokowi juga menyerukan kepada Kepala BNPB, Kepala Basarnas, Panglima TNI, dan Kapolri mengerahkan segenap kemampuan untuk mempercepat proses evakuasi, pencarian, hingga penyelamatan korban.
Di samping itu, Jokowi juga meminta Basuki Hadimuljono, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), untuk ikut membantu, termasuk menjalankan pekerjaan yang tak kalah penting: perbaikan infrastruktur yang rusak, seperti jalan, jembatan, di samping jaringan listrik, jaringan telekomunikasi, jaringan internet, jaringan air bersih, hingga distribusi BBM.
Sebelum Jokowi bersuara, Doni Monardo lebih dulu terlihat di Maumere, lalu menyusul Menteri Sosial (Mensos), Tri Rismaharini . Seakan tidak hanya berseru dari balik mimbar, Jokowi pun ingin melihat dari dekat. Ia dikabarkan mengagendakan kunjungan ke lokasi bencana.
Memang, pelaksanaan di lapangan tidak mudah. Cuaca yang kurang bersahabat, lokasi yang sulit dijangkau, hingga keterbatasan akses, membuat kerja tersebut menuntut kesabaran. Kita berharap kerja sama dan kerja bersama ini bisa lebih sinergis agar mempercepat proses pemulihan walau tidak bisa segera tuntas.