Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Vita Brevis, Dignitas Longa (Mengenang Daniel Dhakidae dan Umbu Landu Paranggi)

6 April 2021   17:42 Diperbarui: 7 April 2021   08:19 1409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi meninggal dunia. (Image by Rob van der Meijden/Pixabay)

Sepanjang jalan kenangan hidup mereka, ada banyak peninggalan. Sejumlah jejak langkah prestasi dan pencapaian mereka bisa dikemukakan, walau tak utuh. 

Daniel yang meraih gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara dari Fakultas Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada (1975), kemudian meraih Master of Arts bidang Ilmu Politik dari Cornell University (1987) dan PhD di bidang pemerintahan dari Department of Government, dari universitas yang sama (1991).

Disertasinya berjudul "The State, the Rise of Capital, and the Fall of Political Journalism, Political Economy of Indonesian News Industry" menjadi salah satu sumbangan penting bagi bangsa ini.

Apresiasi penghargaan the Lauriston Sharp Prize dari Southeast Asian Program Cornell Univeresity menjadi bukti. Banyak jurnalis senior hari ini masih menjadikan karya akademik itu sebagai pegangan dan referensi. Tidak sedikit yang mendapuknya sebagai salah satu rujukan terbaik tentang sejarah jurnalisme di tanah air.

Menariknya, disertasi itu berisi kritik tajam pada Kompas. Namun, Kompas dengan segala kebesaran hatinya justru melihat Daniel sebagai aset penting untuk ikut membantu mengembangkan kerja jurnalistik sehingga kepadanya kemudian diberikan kepercayaan sebagai kepala Penelitian dan Pengembangan (Litbang).

Jabatan itu diemban sejak 1994 hingga pensiun, 2005. Setelah itu, ia masih tetap mengabdi di Palmerah sebagai Kepala Ombudsman.

Di samping itu, ia pernah menjadi redaktur majalah Prisma, salah satu majalah terkemuka dan bereputasi baik, Ketua Dewan Redaksi Prisma (1979-1984), hingga menjadi Wakil Direktur Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) pada 1982-1984.

Daniel menulis dan menyunting sejumlah buku. Cendekiawan dan Kekuasaan dalam Negara Orde Baru (2003) adalah salah satu master piece-pemikirannya yang "memeriksa kaum cendekiawan dalam pergulatannya dengan kekuasaan, modal, dan kebudayaan...."

Salah satu buku Daniel Dhakidae: foto Agustinus Tetiro
Salah satu buku Daniel Dhakidae: foto Agustinus Tetiro

Buku Merjang Badai Kekuasaan cukup menyita perhatian sejak diterbitkan tahun 2015. Buku berisi 15 tokoh yang melakukan perlawanan terhadap kekuasaan dengan cara masing-masing.

Dibagi dalam tiga bagian utama. Bagian pertama bertajuk "Kekuasaan Kaum Tak Berkuasa," (powerfulness of the powerless) menampilkan sosok-sosok seperti Soe Hok Gie, Poncke Princen, Toety Azis, Pramoedya Ananta Toer, dan Rusli. Mereka ini tidak memegang kekuasaan dalam arti politik-kenegaraan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun