Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Balada Pekan Suci di NTT, Setelah Yesus Bangkit, Pohon Tumbang, dan Banjir Bandang

4 April 2021   14:41 Diperbarui: 5 April 2021   08:29 1603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi sebagian masyarakat NTT, Pekan Suci kali ini sungguh tidak biasa. Bukan semata-mata tersebab terjangan pandemi Covid-19 yang tak mengenal kata ampun. Tetapi juga fenomena alam yang mengagetkan. Datangnya tidak terduga dan disangka-sangka.

Bila kebangkitan Yesus, inti perayaan Paskah, yang dirayakan secara terbatas, menghadirkan kegemparan, ketakutan, kecemasan, ketidakpercayaan, hingga rasa kehilangan yang sudah bisa diantisipasi, tidak demikian dengan intensitas hujan yang sedemikian tinggi dan disertai angin kencang.

Memang alam sudah memberi tanda di awal tahun. Sinyal yang cukup jelas tentang situasi yang sudah, sedang, dan bakal terjadi. Hujan deras di sejumlah wilayah NTT pada pertengahan Januari 2021 menyebabkan banjir dan longsor.

Saat itu, banjir bandang di antaranya menerjang tiga kecamatan di Kabupaten Sikka, Flores. Sejumlah dampak terjadi di Kecamatan Waigete, Mego, dan Magepanda. Mulai dari rusak dan ambruknya sejumlah jembatan, area sawah dan pertanian yang porak-poranda, hingga berbagai kerugian fisik dan material lainnya.

Sementara itu, di Kota Kupang, hujan deras Senin (25/1/2021) mengakibatkan longsor di Kelurahan Tuak Daun Merah (TDM), Kecamatan Oebobo. Dua orang meninggal dan lebih dari 100 orang diungsikan.

Situasi ini coba dipetakan secara ilmiah. BMKG meramalkan, curah hujan di Kota Kupang akan meningkat sejak Februari hingga Maret. Analisis curah hujan dasariah II Januari 2021 mencatat secara umum wilayah NTT mengalami cudah hujan berkategori menengah (51-150 mm).

Namun, ada sebagian kecil wilayah, seperti Kabupaten Sikka, berkategori tinggi (151-300 mm). Dan curah hujan akan sangat tinggi, lebih dari 300 mm, di Kabupaten Manggarai Timur, Ngada, dan Timor Tengah Selatan (TTS).

Fenomena rob pun diprediksi terjadi di beberapa wilayah di antaranya pesisir utara Pulau Flores dan Pulau Alor, pesisir utara maupun selatan Pulau Timor dan Pulau Rote. Pesisir Pulau Sumba, pesisir Pulau Sabu dan Pulau Raijua pun demikian.

Ramalan yang sudah diisyaratkan ini, tentu disertai seruan, baik langsung maupun tidak langsung, agar awas. Pembacaan terhadap fenomena yang terjadi bermaksud agar kita waspada dan siaga. Warga yang berada di lokasi rawan diharapkan segera hijrah.

Penduduk di daerah lainnya pun tidak bisa tinggal diam. Mulai bersiap untuk segala kemungkinan, melakukan sejumlah upaya demi mengurangi dan menghindari dampak buruk yang bakal terjadi. Minggat dari lokasi rawan, membereskan saluran air, hingga memikirkan cara antisipatif bila sampai mengganggu roda ekonomi, ancaman puso misalnya.

Balada Pekan Suci

Setelah sejumlah peristiwa itu, alam sempat memberi jeda. Hujan memang datang seperti biasa, walau tak tentu jadwalnya. Panas terik membuat gerah. Lantas cepat berganti hujan deras. Pun datangnya panas, atau hujan terjadi berentetan.

Aihh hari ini panas e. 

Hujan dari tadi belum tahu reda-reda ni.

Demikian beberapa informasi yang sempat saya tangkap dari berbagai percakapan dengan sanak keluarga di NTT. Sampai kemudian saat Pekan Suci menjelang dan berpuncak pada Hari Paskah, Minggu, 1 April 2021.

Hujan berintensitas sangat tinggi. Datangnya sejak sore, berlangsung hingga dini hari. Curahannya kemudian seakan tak mau berhenti. Orang berpikir segala sesuatu akan baik-baik saja. Tumpahan air dari langit yang seakan tak berjeda itu tidak akan berdampak buruk.

Di banyak tempat, aktivitas kegerejaan sempat berlangsung seperti biasa. Perayaan ekaristi Sabtu Suci tetap sesuai jadwal. Tidak sedikit orang yang datang beribadah.

Susana misa Malam Paskah di Gereja Naikoten, Kupang, di tengah guyuran hujan: POS-KUPANG.COM/IRFAN HOI
Susana misa Malam Paskah di Gereja Naikoten, Kupang, di tengah guyuran hujan: POS-KUPANG.COM/IRFAN HOI

Namun, situasi ternyata tidak sebaik yang diharapkan. Dari percakapan langsung maupun informasi yang tertangkap dari sejumlah linimasa, kondisi sejumlah wilayah di NTT sungguh memprihatinkan. 

Situasi ibu kota NTT, hingga sejumlah wilayah lain di provinsi yang berbetasan dengan Timor Leste itu, mengundang kekhawatiran.

Dengan tanpa melupakan yang lain, berikut beberapa potret menyayat hati yang bisa diangkat dari beberapa wilayah.

Pertama, banjir bandang melanda Kabupaten Flores Timur, khususnya sejumlah wilayah di Pulau Adonara seperti Kecamatan Ile Boleng dan Kecamatan Adonara Timur.

Banjir besar di Waiwerang, Kecamatan Adonara Timur, disebabkan luapan sungai dari wilayah perbukitan di sekitar Desa Horowura dan Hoko Worowura, Kecamatan Adonara Tengah.

Hujan lebat itu kemudian merusak sejumlah fasilitas umum seperti jembatan. Selain akses di sejumlah wilayah terganggu, bahkan terputus, rumah-rumah hingga kendaraan warga juga tak luput dari kerusakan.  Puluhan rumah tertimbun lumpur seperti di Desa Lamanele, Kecamatan Ile Boleng.

Potret dampak banjir di Kabupaten Flores Timur, NTT, Minggu (4/4/2021).(Dokumen warga/istimewa)
Potret dampak banjir di Kabupaten Flores Timur, NTT, Minggu (4/4/2021).(Dokumen warga/istimewa)
Sejumlah warga harus diungsikan. Tidak sedikit harus mendapat pertolongan. Bahkan beberapa keluarga harus kehilangan sanak keluarga.

Kedua, banjir bandang juga menerjang Kabupaten Malaka. Sebanyak 23 desa di wilayah hasil pemekaran dari Kabupaten Belu pada 2012 silam, terendam banjir.


Meluapnya Sungai Benenai karena curah hujan yang tinggi, serta gelombang pasang yang menerjang, membuat rumah-rumah warga diterjang banjir setinggi lebih dari satu meter. Belum dihitung berapa banyak kerugian yang terjadi dari bencana tersebut.

Ketiga, selain hujan lebat, angin kencang juga melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Ngada. Saya mendapat informasi dari seorang teman di Kecamatan Golewa, angina kencang melanda daerah itu sejak beberapa waktu lalu.

Pagi ini di grup WhatsApp kami, ia mengirim sejumlah gambar. Beberapa pohon cemara tumbang. Pohon yang tinggi menjulang nan ramping itu dikenal memiliki akar yang kuat. Bila sampai rubuh, bisa dibayangkan seberapa kencang terpaan angina itu.

Pohon cemara tinggi di Seminari Mataloko, Ngada, pun tak kuat menahan terjangan angin kencang. Foto: RD Dino
Pohon cemara tinggi di Seminari Mataloko, Ngada, pun tak kuat menahan terjangan angin kencang. Foto: RD Dino

Keempat, cuaca ekstrem juga menerjang Kota Kupang dan Kabupaten Kupang. Curah hujan tinggi disertai angin kencang melanda wilayah itu menyebabkan banjir bandang dan banjir rob.

Dalam kiriman gambar dan penuturan beberapa anggota keluarga, kawasan Sikumana, Oebobo, hingga Gua Lordes yang berada di jantung ibu kota Provinsi itu tergenang banjir. Drainase yang ada tak cukup menampung debit air yang melimpah. Akses jalan terhambat. Beberapa pengendara motor yang mencoba menerobos banjir akhirnya harus terseret arus.

Kali Gua Lordes meluap. Banjir menggenangi Jl. Cak Doko, Kelurahan Oebobo, Kota Kupang, Sabtu (3/4). (FOTO: ISTIMEWA)
Kali Gua Lordes meluap. Banjir menggenangi Jl. Cak Doko, Kelurahan Oebobo, Kota Kupang, Sabtu (3/4). (FOTO: ISTIMEWA)

Sementara itu, ratusan keluarga di Kelurahan Sulamu, Kabupaten Kupang, terdampak banjir rob. Sejumlah besar pemukiman terendam air laut setinggi 30 hingga 40 sentimeter.

Masih berlanjut

Balada Pekan Suci sejumlah masyarakat NTT itu tentu mengkhawatirkan. Menakutkan. Pun mengundang haru dan tangis.

Belum diketahui pasti apa saja dan berapa kerugian yang diderita. Sekilas bisa kita lihat ratusan rumah tergenang banjir dan air laut, pemukiman longsor dan tertimbun lumpur, akses jalan terputus, rusaknya sejumlah fasilitas.

Kita bisa membayangkan duka dan kesedihan setiap orang yang terkena musibah itu. Aku hampir selalu siaga menanti perkembangan informasi dari sana. Sambil berdoa dan berharap tidak terjadi sesuatu yang jauh lebih buruk.

Hanya saja, mengharapkan semua ini cepat berakhir dan terselesaikan, tidaklah mudah. Kepala Stasiun Meteorologi El Tari, Agung Sudiono, kepada Tempo.co (4/4/2021), sudah memberi tahu. Keberadaan bibit siklon 99 S berkontribusi signifikan terhadap peningkatan labilitas atmosfer dan pertumbuhan awan hujan di wilayah NTT.

Lebih lanjut, ia mengatakan bibit siklon tropis 99S diperkirakan menguat dalam 24 jam ke depan dengan pergerakkan menjauhi wilayah Indonesia.

Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, disertai petir, masih akan terjadi, setidaknya dalam tiga hari ke depan, di beberapa wilayah di NTT. Kota Kupang, Kabupaten Kupang, dan Timor Tengah Selatan adalah beberapa wilayah yang masih harus siaga.

NTT masih berstatus siaga hujan lebat dalam satu-dua hari ke depan: www.bmkg.go.id
NTT masih berstatus siaga hujan lebat dalam satu-dua hari ke depan: www.bmkg.go.id

Selain itu, Agung mengingatkan untuk mewaspadai potensi angin kencang. Hampir seluruh wilayah NTT berpotensi mengalaminya. Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Rote Ndao, Sabu Raijua, hingga sebagian Pulau Sumba yang berada di sekitra pusat tekanan rendah, harus sangat waspada.

Selama hari-hari ini, NTT harus bersiaga. Masyarakat, hingga pemerintah melalui instansi dan perangkat terkait mesti bersinergi. Tidak hanya melakukan langkah antisipatif dari dampak yang lebih buruk, tetapi juga ikut membantu masyarakat yang terdampak.

Beberapa wilayah di NTT harus melewati jalur laut. Sementara saat ini, situasi perjalanan lewat laut tentu tidak sedang kondusif. Angin kencang dan gelombang laut membuat setiap jadwal perjalanan harus dihentikan. Pemerintah harus memikirkan bagaimana cara untuk menjangkau wilayah seperti di Kecamatan Adonara agar bisa memberikan bantuan dan menghindari jatuh korban lebih banyak.

Tidak hanya itu. Kerusakan akses mobilitas vital seperti jalan dan jembatan harus dicarikan alternatif. Begitu juga setiap keluarga yang terdampak banjir dan rob mesti diungsikan ke tempat yang aman. 

Pasokan makanan dan kebutuhan lainnya harus diperhatikan. Keselamatan kelompok rentan seperti wanita, ibu hamil, bayi, anak-anak, dan lansia patut diprioritaskan.

Dalam situasi pandemi seperti saat ini, pekerjaan itu terasa semakin berat. Upaya SARS menjadi berlipat sukarnya. Menyelamatkan nyawa dengan tanpa harus kehilangan nyawa. Memberikan pertolongan dengan tidak harus mengabaikan protokol kesehatan.

Prakiraan cuaca perlu mewaspadai gelombang laut tinggi:BMKG
Prakiraan cuaca perlu mewaspadai gelombang laut tinggi:BMKG

Lalu apa?

Itu pekerjaan rumah jangka pendek. Setelah urusan ini selesai, NTT masih memiliki tugas lanjutan. Bencana yang terjadi belakangan ini harus ditimba sebagai pelajaran penting agar tidak sampai terulang di masa depan.

Anomali cuaca kadang tak terprediksi, kemudian menjadi tak terhindarkan. Alam yang bergerak dengan hukumnya sendiri kadang tidak selaras dengan dugaan dan keinginan manusia.

Kita tentu tidak ingin beberapa dampak kerusakan yang seharusnya bisa diantisipasi tidak sampai disiasati lebih dini. Di antaranya adalah menata kembali relasi manusia dengan alam, lingkungan, dan fasilitas publik.

Kita tentu bertanya, mengapa sampai terjadi banjir bandang dan rob yang hebat? Mengapa sampai rumah-rumah warga harus terendam? Mengapa sungai meluap, saluran dan drainase tak kuat menampung? Apakah semata-mata karena curah hujan tak terkontrol? Apakah alam yang patut disalahkan?

Kita tentu tidak sedang menggugat Tuhan atas semua bencana yang terjadi. Yang patut kita buat adalah bertanya dan memperbaiki diri. Apa yang salah dengan relasi saya selama ini? Apa yang seharusnya saya perbaiki? Langkah adaptasi dan mitigasi seperti apa yang patut ditempuh?

Pertama, patut diakui sejumlah wilayah hutan mengalami kerusakan parah. Penebangan pohon secara liar dan penggundulan hutan yang ekploitatif masih merajalela. Hal ini mengakibatkan areal hutan sebagai tangkapan air berkurang drastis. Fenomena itu di antaranya terjadi di Kabupaten Sikka seperti penuturan penuturan Sekretaris Forum Peduli Penanggulangan Bencana (FPPB) Kabupaten Sikka, Yuven Wangge kepada Mongabay Indonesia (28/1/2021).

Kedua, sistem ladang berpindah dan lahan pertanian yang tidak lagi menggunakan sistem terasering bisa memperparah situasi. Air hujan tak lagi ditahan sehingga lansung meresap ke tanah.

UPT KPH Kab. Sikka, NTT  melakukan pengecekan lokasi kebakaran di Dusun Kolibuluk, Desa Hoder, Kec. Waigete, Kab. Sikka, NTT: Ebed de Rosary/Mongabay 
UPT KPH Kab. Sikka, NTT  melakukan pengecekan lokasi kebakaran di Dusun Kolibuluk, Desa Hoder, Kec. Waigete, Kab. Sikka, NTT: Ebed de Rosary/Mongabay 

Ketiga, pembangunan yang tidak memperhatikan kearifan dan daya dukung lingkungan. Ekploitasi hutan dan kawasan sumber daya air. Pembangunan pemukiman di daerah rawan longsor. Tidak memperhatikan pentingnya ruang terbuka hijau.

Keempat, saluran yang tak dijaga dengan baik dan kebiasaan tidak membuang sampah pada tempatnya. Saat curah hujan tinggi menerjang, terlihat saluran seperti kewalahan menangkupnya. Parahnya lagi, bukan karena ukurannya yang kurang memadai, tetapi kehadiran sampah-sampah yang menyempitkan saluran. Apakah sampah-sampah itu terhanyut karena arus air yang deras? Atau memang selama ini sampah-sampah itu dibuang tidak pada tempatnya?

Untuk itu, perlu diperhatikan rehabilitasi daerah tangkapan air seperti di kawasan hutan dengan melakukan penghijauan. Menggalakkan kembali sistem terasering. Menghentikan penebangan liar. Meningkatkan upaya konservasi kawasan pesisir. Hingga memasifkan kembali kampanye pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.

NTT itu luas. Topografi menantang. Soalnya pun kompleks. Kondisi sosial-ekonomi utamanya, hampir tak jauh berbeda antara satu wilayah dan wilayah lainnya. Jelas, ini menjadi urusan yang tak kalah penting, bahkan sudah menjadi keprihatinan turun temurun. 

Bangkit bersama Kristus

Yesus bangkit sebagai puncak Pekan Suci, jelas. Setelah disalibkan, wafat, lantas bangkit pada hari ketiga. Kebangkitan yang menjadi tanda keilahianNya yang melampaui kemanusiaan-Nya.

Demikian dasar biblis teologis Kristen yang terus dipertahankan dan diyakini hingga saat ini. Kebangkitan Yesus sebenarnya bukan sebuah peristiwa biasa. Karena itu reaksi atas momen itu pun beragam.

Kitab Suci mengisahkan aneka reaksi manusiawai yang muncul, mulai dari para murid Yesus, orang-orang Yahudi, serdadu Romawi, hingga para pemuka agama setempat. Ada yang merasa gentar seperti para prajurit Romawi penjaga kubur Yesus.

Imam-imam kepala dan tua-tua Yahudi begitu gempar dan tercengang. Kubur kosong yang ditemui membuat orang-orang dekat Yesus mulai berspekulasi dan bertanya-tanya. Ada yang menduga jenazah Yesus telah diambil orang. Ada juga salah satu dari antara murid Yesus yang kemudian tidak percaya.

Sampai pada akhirnya Yesus menunjukkan diri sepenuhnya. Tanda kemenangannya atas maut dan dosa. Kebangkitan yang sejatinya mengokohkan iman. Momen fundamental setiap orang Kristen menaruh iman, harap, dan keyakinannya.

 "...jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu. Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus." (1 Korintus 15:17-18).

Semoga balada Pekan Suci kali ini semakin meneguhkan iman dan mengukuhkan relasi dan solidaritas, baik di antara sesama manusia, maupun dengan alam-lingkungan. Semoga NTT bisa melewati badai berat ini!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun