Pedoman umum ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan:
...
Itu Tubuh
mengucur darah
mengucur darah
(Aku Ini Binatang Jalang, Gramedia Pustaka Utama -- 1996)
Kita bisa mengurut dan mendaftar puisi bertema religius. Namun pada bagian ini, baiklah kita membatasi diri pada Jokpin dan Celana Ibu.
Jokpin sudah berterus terang mengungkap maksud dan tujuan penulisan "Celana Ibu". Kita bisa memutarnya kembali di kanal Youtube Yayat MF ini. Beberapa pokok pikiran dan refleksi iman sang penulis bisa kita garisbawahi lagi.
Pertama, penyair kelahiran Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat, 11 Mei 1962 itu menegaskan, puisi itu ditulis dengan penuh kesungguhan. Tidak ada maksud bercanda, apalagi melecehkan.
Hal ini memang penting ditegaskan karena penerimaan publik pembaca atas puisi itu beragam. Ada yang menanggapinya dengan tenang dan jernih. Juga sebaliknya. Reaktif dan bergelora. Menganggap karya tersebut sekadar sebagai humor yang merendahkan dan melecehkan.
Kedua, Jokpin mengakui puisi itu adalah bentuk refleksi jujurnya atas peristiwa iman itu. Ia menggambarkan dengan jelas bagaimana Maria sangat sedih/menyaksikan anaknya/mati di kayu salib tanpa celana/.
Kesedihan itu seakan bertambah karena putra-Nya itu meregang nyawa di palang penghinaan dalam kondisi sangat mengenaskan. Selain "tanpa celana", juga hanya berbalutkan sobekan jubah/ yang berlumuran darah.
Selanjutnya, sebagai ibu yang baik, Maria tidak tinggal diam. Maria tahu apa yang akan terjadi dengan anaknya itu. Sebelum itu terjadi, ia ingin berbuat sesuatu.