Tidak banyak pemain muda yang bisa didorong untuk menjadi pelapis para pemain utama seperti Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti.Â
Selain Praveen/Melati, Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjadja pun masih kerepotan untuk bisa tampil konsisten. Sejumlah turnamen sejak awal tahun menjadi bukti.
Orleans Masters yang selesai digelar belum lama ini sebenarnya menjadi panggung bagi para pemain muda. Zachariah Josiahno Sumanti/Hediana Julimarbela berhasil melangkah hingga semi final.Â
Sayangnya, di turnamen Super 100 itu, ayunan raket mereka dihempaskan pasangan unggulan asal Denmark, Mathias Christiansen/Alexandra Bje yang kemudian menjadi juara.
Apakah beberapa hal di atas menjadi indikator evaluasi bagi Vita? Semoga tidak. Mengapa? Kembali pada pembahasan di awal, sebagai olahraga prestasi, cabang bulutangkis tidak bisa sepenuhnya menjadi beban segelintir orang.
Kualitas, semangat, komitmen, dan kerja keras pemain jelas penting. Di sisi lain, campur tangan pelatih tak bisa dinafikan. Sinergi antarberbagai komponen ini menjadi formula penting untuk melahirkan prestasi.
Dave Chambers, pelatih hoki kawakan asal Kanada membagikan sejumlah kompetensi yang patut dimiliki seorang pelatih.Â
Berdasarkan pengalamannya melatih hoki selama lebih dari 40 tahun membuatnya begitu memahami olahraga tersebut.Â
Selain itu, ia juga bergaul dengan begitu banyak pemain dengan bakat dan karakteristik beragam. Juga membantu mereka untuk bisa berprestasi.
Ia kemudian mengkristalkan sejumlah poin kualitatif yang sejatinya diperlukan seorang pelatih agar bisa mendampingi, melatih, dan membantu seorang pemain menjadi jawara. Ia "membedah" setiap aspek dari seorang pelatih yang patut dilengkapi berbagai kecakapan. Ia menyebutnya "an anatomy of a good coach."