Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Toma Junior Popov dan Ancaman Baru Dinasti Bulutangkis Prancis

28 Maret 2021   07:55 Diperbarui: 28 Maret 2021   16:21 1867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Popov bersaudara, Toma (kanan) dan Christo: bwfbadminton.com

Walau cuma turnamen level Super 100, Orleans Masters 2021 tetap menarik bagi saya. Tidak pertama-tama karena ada sejumlah wakil Indonesia yang ambil bagian, kemudian tak bisa berbicara banyak (dua harapan terakhir, di sektor ganda putra dan ganda campuran, gagal mencapai final). Tetapi potensi para pemain muda negara lain yang cukup mencengangkan, sekaligus patut diawasi.

Salah satunya adalah Toma Junior Popov. Pemain kelahiran Bulgaria 22 tahun silam, cukup mencuri perhatian. Toma menjadi satu-satunya harapan tuan rumah Prancis di kompetisi ini. Sebagai pemain tunggal putra, ia berhasil mencapai final.

Perjalanan pemain jangkung bertinggi 1,79 meter itu tidaklah mudah. Karena sukses melewati sejumlah rintangan, ia pantas mendapat kredit tersendiri. Salah satu tantangan pelik yang berhasil ia lewati adalah saat mengalahkan unggulan pertama asal India, Kidambi Srikanth.

Kidambi adalah pemain berpengalaman. Tidak hanya usia, tetapi juga jam terbang. Dibanding para kontestan lain, ia pantas dijagokan. Namun, status unggulan pertama sama sekali tak membuat Kidambi bisa dengan mudah mencapai klimaks.

Langkah Kidambi kemudian dihentikan Popov di perempat final. Pemain yang pernah bertengger di peringkat satu dunia selama beberapa pekan pada akhir Desember 2020, tak mampu meladeni semangat dan determinasi Popov. Pertandingan pun hanya berlangsung 41 menit dengan skor akhir 21-19 21-17.

Sebelum Kidambi, Popov lebih dahulu menghentikan wakil India lainnya di pertandingan kedua. 

Kashyap Parupalli, pemain India paling senior saat ini tak berkutik. Kashyap yang kini berusia 34 tahun takluk straight set 21-7 dan 21-17.

Pesona Popov di Palais des Sports semakin terlihat. Setelah membungkam unggulan pertama, Toma membuat pemain 19 tahun asal Thailand, Kunlavut Vitidsarn harus menyerahkan tiket final kepadanya. Sebelum itu, kedua pemain muda tersebut memberikan tontonan menarik dalam duel berdurasi lebih dari satu jam. 

Kemenangan rubber set 21-17,9-21, 21-11 kemudian mendekatkan Toma dengan gelar juara. Ia akan berduel dengan Mads Christophersen, pemain muda Denmark yang pernah dikalahkannya pada 2018 silam, di partai puncak, Minggu (28/3/2021).

Popov bersaudara, Toma (kanan) dan Christo: bwfbadminton.com
Popov bersaudara, Toma (kanan) dan Christo: bwfbadminton.com
Keluarga Pebulutangkis

Popov bukan nama asing bagi publik badminton Eropa, bahkan dunia. Ayah Toma Junior Popov, dari mana nama itu berasal, adalah mantan pemain dan pelatih badminton Bulgaria. Sekitar hampir dua dekade lalu, Toma Popov membawa keluarganya hijrah ke Prancis.

Hingga saat ini Toma Popov senior menempa dan mengarahkan ketiga putranya untuk mengikuti jejaknya. Walau berbendera Prancis, Toma lebih banyak menangani anak-anaknya secara independen. Tidak hanya bertindak sebagai pelatih, ia juga melengkapi mereka dengan tim pelatih dan fasilitas latihan memadai.

Ia berharap Toma Junior Popov, Christo Popov, hingga anak bungsu Boris, bisa berprestasi. Harapan dan kerja keras itu tidak sia-sia. Selain mewarisi bakat dari sang ayah, Toma Junior dan Christo juga terlihat begitu bergairah untuk "menggauli" dunia tepok bulu.

Sejak remaja, Toma dan Christo yang berbeda usia tiga tahun sudah mulai mengayunkan raket mereka di berbagai kompetisi. Menariknya, keduanya tidak hanya memilih jalan sebagai pemain tunggal, tetapi berduet sebagai pasangan di ganda putra.

Lebih menariknya lagi, langkah mereka seiring sejalan di arena juga mewujud prestasi. Ada beberapa prestasi patut diangkat, sekaligus menjadi catatan penting dalam perjalanan karier mereka. 

Pertama, sebagai pasangan ganda putra, mereka memenangkan Bulgarian Open Championship 2018 dan medali perak Italian International 2019.

Toma Popov senior bertindak sebagai pelatih bagi kedua anaknya: bwfbadminton.com
Toma Popov senior bertindak sebagai pelatih bagi kedua anaknya: bwfbadminton.com
Kedua, setahun sebelum itu, keduanya mengukir hasil impresif di Kejuaraan Junior Eropa. Mereka menyabet tiga medali emas. Masing-masing di tunggal putra yang dimenangkan Toma, ganda putra Toma-Christo, dan beregu putra.

Tidak hanya di level Eropa. Keduanya sudah mulai melebarkan sayap ke kancah dunia. Salah satu pencapaian terbaik terjadi di Kejuaraan Dunia Junior 2019. Christo menjadi satu-satunya pemain Eropa yang bisa bersaing dengan para pemain muda Asia.

Christo mengguncang dunia dengan lolos ke final tunggal putra. Sayangnya, di partai final di Gymnastic Centre, Kazan, Rusia, Christo menyerah dua game langsung dari Kunlavut Vitidsarn, 21-8, 21-11. 

Patut diakui, pemain Thailand itu memang paling menonjol dengan dua gelar serupa yang diraih beruntun untuk melengkapi "hat-trick" juara dunia.

Anomali

Berasal dari keluarga bulutangkis di negara yang tidak memiliki akar tradisi dan prestasi olahraga tersebut. Bertekun dengan segala tekad dan mencurahkan segenap sumber daya untuk tetap mendekatkan diri dengan bulutangkis dari generasi ke generasi. Lantas, bersikukuh menjaga semangat kompetitif dan menceburkan diri dari kompetisi ke kompetisi, tak peduli siapa lawan mereka.

Itulah realitas keluarga Popov. Sesuatu yang sempat terlihat aneh. Namun hal yang tampak anomali itu semakin ke sini semakin terlihat normal. 

Bulutangkis Eropa semakin menggeliat, dengan nama Popov bersaudara yang semakin dikenal. Bila sebelumnya Eropa dikenal karena Denmark, kini Prancis, Rusia, hingga Bulgaria sudah menarik perhatian dan patut diperhitungkan.

Selain itu, dinasti bulutangkis bukan fenomena asing. Bila Popov adalah pengecualian dalam konteks Eropa, tidak demikian Asia umumnya dan Indonesia khususnya. 

Indonesia merupakan salah satu negara yang tak pernah habis melahirkan para pemain bulutangkis kaliber dunia.

Beberapa keluarga pebulutangkis bisa disebut. Rudy Hartono, pemilik gelar juara tunggal putra All England terbanyak, berayahkan pemain bulutangkis yakni Zulkarnain Kurniawan alias Nio Siek In dan seluruh adiknya pun mengikuti jejaknya. Mereka adalah Utami Dewi, Eliza Laksmi Dewi, Freddy Harsono, Diana Veronica, dan Tjosi Hartanto. Begitu juga kakak Rudy, Megah Inawati dan Megah Idawati yang merupakan mantan pemain nasional.

Generasi lebih kemudian ada Mainaky bersaudara. Keluarga asal Ternate, Maluku Utara ini dikenal luas sebagai pemain jempolan pada masanya. Kini mereka dikenal sebagai pelatih bertangan dingin yang sudah mencetak deretan pemain kelas dunia.

Richard Leonard Mainaky, Rionny Frederik Lambertus Mainaky, Rexy Ronald Mainaky, Marleve Mario Mainaky, dan Karel Leopold Mainaky yang mewarisi darah bulutangkis dari Jantje Rudolf Mainaky.

Salah satu keluarga pebulutangkis di Indonesia, Mainaky bersaudara: djarumbadminton.com
Salah satu keluarga pebulutangkis di Indonesia, Mainaky bersaudara: djarumbadminton.com
Beberapa nama di atas bisa digarisbawahi. Rionny Mainaky, mantan pelatih timnas Jepang yang kini menangani tunggal putri Indonesia, merangkap Kabid Binpres PBSI. 

Lalu Richard Mainaky, walau tak terlalu gemilang sebagai pemain, tetapi mampu "melahiran" pasangan juara Olimpiade seperti Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.

Sementara itu, Rexy, hampir seimbang prestasinya sebagai pemain dan pelatih. Berjaya sebagai pemain tunggal putra dan kini menjadi sosok penting di barisan pelatih timnas Thailand.

Selain dua dinasti di atas, masih ada keluarga Sugiarto. Mulai dari Harjo Sudarmo dan Ciptaningsih yang melahirkan Icuk Sugiarto.

 Selanjutnya, Icuk menurunkan bakat tersebut kepada ketiga anaknya yakni Natassia Octaviani Sugiarto, Tommy Sugiarto, dan Jauza Fadhilla Sugiarto. Pemain yang disebutkan terakhir adalah bagian dari kekuatan Pelatnas PBSI saat ini.

Menebar Ancaman

Toma Popov sudah mempertahankan tradisi bulutangkis kepada ketiga anaknya. Dua dari antaranya sudah mulai menampakkan hasil. Setelah cukup meyakinkan di kelas junior, kini mereka mulai bersaing di kelas utama.

Saat ini peringkat Toma Junior di tunggal putra ada di urutan 47. Di posisi yang sama namanya dan adiknya, Christo berada di daftar ganda putra. Sementara itu, ranking tunggal putra Christo tertinggal dari sang kakak. Christo masih berada di posisi ke-70.

Ranking dunia Toma Popov di tunggal dan ganda putra: bwfbadminton.com
Ranking dunia Toma Popov di tunggal dan ganda putra: bwfbadminton.com
Walau begitu, dengan usia yang masih muda, mereka masih memiliki kesempatan luas untuk mematangkan diri. Hal ini mulai terlihat di turnamen Orleans Masters 2021.

Toma berhasil melangkah ke partai final, sekaligus menunjukkan bahwa apa yang tidak mungkin menjadi mungkin. Christo boleh saja gagal berjaya di Kejuaraan Dunia Junior dua tahun silam, namun kini sang kakak sudah bisa mengalahkan sang penakluk untuk mendekatkan diri dengan gelar juara di kelas utama.

Nasib Christo di kandang sendiri kali ini tak sebagus kakaknya. Di sektor tunggal putra, langkahnya dihentikan Joran Kweekel asal Belanda. 

Sementara itu, di nomor ganda, kakak beradik ini hanya sanggup berkiprah hingga perempat final.

Christo Popov terus mengejar ranking tunggal putra sang kakak, Toma: bwfbadminton.com
Christo Popov terus mengejar ranking tunggal putra sang kakak, Toma: bwfbadminton.com
Asa mereka ke babak semi final pupus di hadapan pasangan India, Krishna Prasad Garaga/ Vishnu Vardhan Goud Panjala. Namun begitu, mereka mampu memaksa pertandingan berlangsung tiga game, 21-17 10-21 22-2. Christo kemudian tidak langsung kehilangan panggung, lantaran kehadirannya sebagai komentator untuk memandu sejumlah pertandingan sangat diperlukan.

Hasil yang ditorehkan dinasti Popov di turnamen ini tidak buruk untuk ukuran negara yang tidak memiliki jejak bulutangkis yang kuat. 

Dengan mengirim salah satu wakil ke partai final setelah melewati ujian para pemain senior yang sudah berprestasi lebih tinggi, nama Popov tidak bisa tidak menuai perhatian.

Usia Toma 22 tahun dan sang adik 18 tahun masih memungkinkan mereka untuk menjadi lebih baik. Seiring tempaan di arena latihan dari sang ayah dan di gelanggang pertandingan di berbagai level turnamen, memetik hasil hanya soal waktu dan kesabaran.

Lebih penting lagi, mereka menjadi ancaman bagi para generasi muda bulutangkis dari negara-negara kuat lainnya, termasuk Indonesia. 

Bila sampai Popov menjadi juara di Orleans Masters ini, maka sungguh kita tak bisa tinggal diam. Dinasti Popov sudah mulai menebarkan ancaman!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun