Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Makna di Balik Perjalanan Berisiko Paus Fransiskus ke Irak

7 Maret 2021   18:48 Diperbarui: 7 Maret 2021   20:21 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tempat itu, Paus berkata, "Kami umat beriman tidak bisa diam ketika terorisme menyalahgunakan agama ... jangan biarkan cahaya surga dibayangi oleh awan kebencian."

Apa yang dikatakan Paus Fransiskus dari tempat suci itu seperti gaung yang menembus ke berbagai penjuru mata angin, merangsek ke setiap sudut bumi di mana ketiga agama besar itu dihayati.

Ur, tempat kelahiran Nabi Ibrahim yang dihormati agama Samawi: www.bbc.com
Ur, tempat kelahiran Nabi Ibrahim yang dihormati agama Samawi: www.bbc.com

Seruan itu tidak hanya bermakna dalam tubuh Irak yang penuh bilur luka kekerasan agama dan sektarian. Dunia pun sedang merasakan perih yang sama dengan berbagai macam konflik yang salah satunya ikut menyeret agama yang suci.

Kelima, kunjungan Paus ke Irak tentu memantik banyak interpretasi, melahirkan banyak pesan dan kesan dan memicu berbagai dampak. Baik yang terlihat saat ini, maupun kelak saat lawatan Paus pertama dalam sejarah agama Katolik tersisa dalam buku sejarah.

Bagi Irak, kunjungan Paus itu mendorong semangat dialog dan toleransi di negara tersebut. Pemerintah setempat mendeklarasikan 6 Maret sebagai Hari Toleransi dan Hidup Berdampingan Nasional.

Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi mewartakan kabar gembira itu dalam salah satu tweet tak lama setelah Paus Fransiskus bertemu Ayatollah Agung Ali Al-Sistani pada pagi hari, sekaligus menandai kunjungan Paus Fransiskus ke kota kuno Ur.

Semoga ikhtiar pemerintah Irak memberi angin segar bagi perdamaian di wilayah bersejarah yang masih akrab dengan konflik. Kehadiran Paus bisa sedikit menyembuhkan luka setelah dikoyak perang bertahun-tahun. Ia pun bisa menjelma "musafir perdamaian" di Timur Tengah yang masih berkarib dengan perang.

Lebih dari itu, empat hari kunjungan Paus sekiranya kembali menghidupkan kesadaran bahwa tempat dari mana agama-agama besar dan peradaban dunia berasal masih menjadi mata air suci yang perlu dirawat karena menjadi sumber damai dunia yang senantiasa dipasok melalui aliran Sungai Eufrat dan Tigris yang masyur itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun