Dalam situasi seperti ini tetap penting untuk bersaksi tentang cinta. Ucapan Bahagia Yesus (Bdk Mat. 5:2-12) tetap aktual dan menjadi pedoman yang masih relevan untuk dipegang dan dihayati.
Petikan nas Kitab Suci tentang Sabda Bahagia mengatakan bahwa setiap orang yang miskin, berdukacita, lemah lembut, serta lapar dan haus akan kebenaran adalah yang empunya Kerajaan Sorga, akan dihibur, dan akan dipuaskan.
Mereka yang murah hati akan beroleh kemurahan. Yang suci hati akan melihat Allah. Sementara itu yang membawa damai akan disebut anak-anak Allah. Yang dianiaya karena kebenaran akan mendapatkan Kerajaan Surga.
Kedua, di hari ketiga, Paus Fransiskus mengunjungi beberapa bagian Irak Utara yang pernah dikuasai militan ISIS. Sejak serbuan ISIS pada 2014, gereja-gereja bersejarah di tempat itu dihancurkan. Terjadi pula penjarahan atas sejumlah aset penting. Hidup umat Kristen di sana pun terjepit.
Mereka baru bisa kembali ke sana dan mulai menata kembali hidupnya sejak ISIS dikalahkan pada 2017. Di tempat itu, Paus merayakan misa di sebuah stadion sepal bola di Kota Irbil. Sekitar 10 ribu orang diperkirakan ambil bagian.
Paus juga mengunjungi Mosul yang pernah menjadi benteng ISIS selama tiga tahun. Ia berdoa di Church Square untuk para korban perang. Gereja terbesar di Irak yang sebagian dihancurkan ISIS di dekat Qaraqosh juga tak luput dari lawatannya.
Kunjungan Paus Fransiskus ke sejumlah tempat itu menunjukkan keteladannya untuk mewujudkan inti dari Sabda Bahagia. Seperti dikatakannya di Baghdad, saripati dari Sabda Bahagia itu adalah kasih.
Cinta terbukti lebih kuat dari dosa. Cinta mampu mengatasi segalanya. Cinta ini tidak akan pernah berakhir meski terus menerus didera oleh berbagai penderitaan.
"Kasih tidak pernah berakhir. Sementara kekuatan, kemuliaan dan kesombongan dunia akan lenyap," ungkap Paus sambil meminta umat setempat untuk tetap menjadi saksi dengan hidup lemah lembut dan menunjukkan belas kasih.
Pertemuan Bersejarah