Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Andre-Pierre Gignac dan Barisan Harimau Meksiko di Final Piala Dunia Antarklub FIFA

10 Februari 2021   06:02 Diperbarui: 10 Februari 2021   11:34 901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Andre-Pierre Gignac diusung oleh para pemain Tigres: www.fifa.com

Selama 17 edisi penyelenggaraan Piala Dunia Antarklub FIFA, jawara Liga Champions Eropa hampir selalu perkasa. Kontestan non-Eropa hanya mampu menguasai tiga edisi pertama sejak digelar perdana pada 2020, plus sekali pada edisi 2012. Selebihnya, gelar juara diboyong ke Eropa dengan Real Madrid sebagai pengoleksi terbanyak dengan empat gelar.

Apakah dominasi benua biru akan kembali terjadi tahun ini? Bayern Muenchen akan mengincar gelar kedua setelah terakhir kali naik podium juara pada 2013. Saat itu Die Roten mengalahkan klub Maroko, Raja Casablanca dua gol tanpa balas.

Berbeda dengan delapan tahun silam, lawan yang akan dihadapi kali ini adalah klub Meksiko. Club de Ftbol Tigres de la Universidad Autnoma de Nuevo Len, lengkapnya. Singkatnya, Tigres UANL atau Tigres.

Kita tentu tidak perlu meragukan kualitas FC Hollywood. Sepanjang musim lalu, klub Jerman ini tampil ciamik. Mereka mendominasi hampir semua kompetisi. Di pentas Eropa, misalnya, mereka menghajar Barcelona, pemilik tiga gelar Piala Dunia Antarklub, 2-8.

Rekam jejak, prestasi, hingga kualitas armada, Muenchen tentu lebih diunggulkan. Namun Tigres tidak serta merta menyerah, apalagi menyerahkan trofi juara begitu saja kepada Si Merah.

Peran Gignac

Bila Muenchen relatif mudah "menjinakkan" Al Ahli, wakil Afrika, di semi final, Selasa (9/2/2021) dini hari WIB, tidak demikian dengan Tigres. 

Berbeda dengan wakil UEFA dan Amerika Selatan yang lolos otomatis ke semi final, sebagai utusan CONCACAF (Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Karibia), Tigres harus bermain satu laga lebih banyak.

Undian mempertemukan Tigres dengan jawara Asia, Ulsan Hyundai, untuk berebut satu tiket semi final. Stadion Ahmad Bin Ali, Al Rayyan, Qatar, Kamis (4/2/2021) malam WIB menjadi panggung perjuangan Tigres. Tigres tertinggal lebih dulu saat sundulan Kim Keehee di menit 24 menit tak mampu digagalkan Nahuel Guzman.

Andre-Pierre Gignac menjadi pahlawan Tigres berkat sumbangan sepasang gol. Sepak pojok Diego Reyes berhasil diselesaikan dengan baik oleh pemain asal Prancis itu. Nama Gignac pun masuk dalam buku sejarah kompetisi tersebut. Itulah gol ke-400 sepanjang sejarah kompetisi elite antarjawara dari setiap benua.

Jelang jeda pertandingan, Gignac yang sudah berusia 35 tahun, kembali menunjukkan pengalamannya saat dengan tenang menaklukkan Jo Hyeon-woo dari titik penalti. Sumbangsih sepasang gol tersebut mengunci kemenangan Tigres.

Gignac usai memastikan timnya ke semi final: www.fifa.com
Gignac usai memastikan timnya ke semi final: www.fifa.com

Usai pertandingan, Gignac, yang menghabiskan seluruh karier di Prancis sebelum hijrah ke Meksiko, mengakui tidak mudah mengatasi tim Korea. Lawan bermain bagus dengan fisik yang kuat, tidak seperti yang ia bayangkan dan harapkan. Pada akhirnya mereka berhasil memanfaatkan kesempatan yang tidak banyak. Detail kecil akhirnya menjadi pembeda.

"Seperti itulah permainan ini - tidak ada lawan yang mudah. Kami ' kembali ke kejuaraan dunia, jadi yang terpenting adalah menang malam ini. Itu adalah tujuan kami, karena kami tahu kami mampu membuat sejarah dan ingin melakukannya," ungkap Gignac kepada www.fifa.com.

Lain Hyundai, lain pula Palmeiras, lawan mereka di semi final. Sebagai jawara Copa Libertadores, Palmeiras datang ke Timur Tengah dengan ambisi besar. 

Mereka belum lama lepas dari euforia kemenangan tipis atas Santos di final kompetisi bergengsi antarklub Amerika Selatan pada akhir Januari 2021. Kemenangan satu gol tanpa balas itu mengakhiri penantian juara sejak 1999.

Klub asal Sao Paulo ini pun menatap Piala Dunia Antarklub dengan semangat tinggi. Ini adalah kesempatan pertama, tidak seperti klub Brasil lainnya seperti Corinthians yang sudah dua kali tampi, atau Sao Paulo, Santos, Gremio, dan Flamengo yang lebih dulu berlaga di pentas tersebut.

Bagaimana duel Tigres kontra Palmeiras? Sebelum ini, tidak banyak klub Meksiko yang mampu mengatasi tantangan klub Amerika Selatan di semi final Piala Dunia Antarklub. Namun tren negatif itu kemudian diputus Tigres.

Tigres yang ditangani Ricardo Ferretti, mantan pemain timnas Meksiko namun berdarah Brasil, berhasil menerapkan strategi jitu untuk meredam dominasi para pemain Brasil. Meski unggul tipis dalam penguasaan bola (50%-49%), Tigres memanfaatkannya dengan baik.

Kembali sihir Gignac bekerja. Stadion Education City, Al Rayyan, Qatar, Senin (9/2/2021) dini hari WIB, menjadi panggung pertunjukan pemain senior itu. Mantan pemain timnas Prancis ini berhasil mengkonversi peluang emas dari titik penalti.

Bermula dari pelanggaran Luan terhadap Carlos Gonzalez di area terlarang. Gignac maju dengan tenang. Sepakannya terarah ke pojok gawang Weverton Pareira da Silva. Pemilik caps timnas Brasil itu tak bisa

Selain kepada Gignac, kredit juga patut diberikan kepada segenap skuad Tigres. Tidak terkecuali, Carlos Gonzalez.  Ia belum lama bergabung. Pemain Paraguay itu baru mendarat di Stadion Universitario pada Desember 2020.

Kehadirannya tentu untuk menjalin kemitraan dengan Gignac di lini depan. Meski begitu, Carlos hampir saja kehilangan kesempatan bermain di Piala Dunia Antarklub bila cedera otot yang didapat di Liga Meksiko seminggu sebelum terbang ke Qatar tak diantisipasi dengan baik.

Gignac dan Carlos Gonzalez menjadi tumpuan Tigres di lini depan: www.fifa.com
Gignac dan Carlos Gonzalez menjadi tumpuan Tigres di lini depan: www.fifa.com

Kejelian dan kehati-hatian Ricardo Ferretti akhirnya berbuah hasil. Sang pelatih tidak mau ambil risiko memainkan Carlos sejak menit awal, kala timnya membungkam Hyundai. Ferretti hanya memberinya kesempatan di paruh kedua.

Kesempatan besar dan ekspektasi tinggi di semi final akhirnya bisa ditunaikan Carlos dengan sebaik-baiknya. Di babak pertama, Carlos, 28 tahun, melakukan sejumlah ancaman. Salah satu kesempatan emas datang saat ia mendapat bola di mulut gawang. Sayangnya, sundulan mantan pemain Pumas, itu bisa digagalkan Weverton.

Pelatih Ricardo Ferretti sengaja memasang Carlos sebagai target man. Tujuannya, Gignac bisa turun lebih dalam dan bisa lebih berkreasi membangun serangan. Kejutan-kejutan dari lini kedua bisa lebih mungkin terjadi.

Skenario ini menunjukkan hasilnya saat menyingkirkan Palmeiras. Bola yang menyasar Carlos memaksa pemain Palmeras harus mengambil keputusan untuk menjegalnya di kotak terlarang. Tugas Carlos membuka peluang, sementara Gignac menuntasnya. Sebuah kombinasi apik yang sebenarnya bisa berbuah lebih banyak gol bila Weverton tak tampil ciamik.

"Inilah kami, dengan bintang-bintang di langit menyinari kami. Kami sangat bangga dengan apa yang telah kami lakukan, dan saya membayangkan ada sedikit air mata di antara para penggemar kami. Kemenangan ini untuk mereka," Charly, sapaan Carlos Gonzalez, berbicara setelah pertandingan.

Siap mengaum

Kemenangan atas Palmeras itu menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah klub tersebut khususnya dan sepak bola Meksiko umumnya. Itulah kemenangan pertama tim Meksiko di semi final Piala Dunia Antarklub dalam sepuluh kesempatan.

Lolos ke final jelas sebuah kebanggaan. Final yang didambakan oleh masyarakat Meksiko. Apakah Tigres akan mampu mengukir sejarah lebih spektakuler?

Sebagai target, jelas, Tigres ingin menjadi juara. Kesempatan yang sudah di depan mata tidak ingin disia-siakan. Namun final yang akan digelar di Education City Stadium, Al Rayyan, Jumat (12/2/2021) dini hari nanti akan menjadi medan pertarungan antara dua kekuatan berbeda.

Kedigdayaan sepak bola Eropa yang terjelma dalam diri Muenchen di satu pihak, dan semangat Amerika Utara di sisi lain. Ambisi Muenchen untuk menjadi penguasa dunia versus hasrat Tigres untuk mengukir sejarah. Dominasi pemain bintang di kubu Die Bayern kontra kolektvitas Tigres dengan bertumpu pada pemain senior seperti Gignac dan Gonzalez. Serta taktik high pressing ala Hansi Flick menghadapi kesabaran dan counter attack yang akan ditekankan Ferretti.

Skuad Bayern Muenchen akan menjadi lawan terberat Tigres di final: www.fifa.com
Skuad Bayern Muenchen akan menjadi lawan terberat Tigres di final: www.fifa.com

"Tidak ada tim Meksiko lain yang sejauh ini, tetapi sekarang kami menginginkan lebih. Kami datang ke sini berharap untuk mengangkat trofi dan sekarang kami sudah dekat, kami terdorong dan termotivasi bahwa kami dapat mencapai tujuan kami."

Seruan Carlos Gonzalez itu bisa kita pandang sebagai tekad yang wajar. Sekaligus harapan yang lumrah dari sebuah tim pendatang baru yang namanya dan nama para pemainnya nyaris tenggelam di balik gegap gempita dan popularitas klub-klub Eropa yang menjadi magnet bagi para pemain terbaik dari seantero jagad.

Sebelum hasil akhir ditentukan di medan laga, mereka tetap perlu menebar ancaman. Bahwa Tigres siap menunjukkan diri seperti nama yang disandang, tigers: kawanan harimau yang akan lebih dulu mengaum dan menerkam, sebelum dibantai oleh pasukan merah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun