Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Gagal Total di Toyota Thailand Open, Saatnya Indonesia "Move On" ke World Tour Finals!

23 Januari 2021   15:21 Diperbarui: 23 Januari 2021   21:23 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan: badmintonindonesia.org

Saat tak ada lagi wakil Indonesia yang diharapkan naik podium utama Toyota Thailand Open 2021, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan hadir memberi harapan. "Daddies" menjadi satu-satunya yang tersisa di turnamen level Super 1000 hingga beberapa piluh menit setelah Greysia Polii/Apriyani Rahayu dihentikan pasangan Korea Selatan, Lee So Hee/Shin Seung Chan, 16-21 18-21 di semi final.

Unggulan dua sekaligus pasangan rangking dua dunia ini diharapkan bisa menjinakkan Lee Yang/Wang Chi Lin. Pasangan Taiwan yang diunggulkan di urutan enam itu, belum juga menang dalam tiga pertemuan terakhir.  Daddies diharapkan bisa memperpanjang catatan kemenangan di pertemuan kesembilan.

Ternyata, Lee Yang/Wang Chi Lin bukan lawan yang mudah dikalahkan.  Apalagi keduanya baru saja juara pekan lalu, mengalahkan pasangan senior Malaysia, Goh V Shem/Tan Wee Kiong di laga pamungkas.

Pasangan nomor tujuh dunia ternyata benar-benar mampu meladeni kematangan Daddies. Di game pertama, Daddies tampil meyakinkan. Lee/Wang terlihat kesulitan untuk mengantisipasi penempatan-penempatan bola pasangan senior Indonesia.

"Pada game pertama kami berada di bawah tekanan; kami menjaga kok tinggi, memungkinkan mereka untuk menghancurkan atau memotong, dan kami selalu mengejar kok dan tidak memegang kendali. Jadi kami merasa tidak nyaman," aku Wang seperti dinukul dari bwfbadminton.com.

Lee/Wang coba mengatasi tekanan. Keduanya bermain lebih tenang dan taktis. Duel seru terjadi di game kedua. Skor sempat imbang di angka 20, sebelum Lee/Wang mengambil dua poin terakhir. Di game penentu, Lee/Wang terlihat semakin percaya diri.  Pasangan ini pun berhasil menyudahi perlawanan Daddies.

"Skill kami juga bagus sekarang, dan kami punya lebih banyak tenaga, lebih cepat, untuk mendorong ke depan. Kami terus mendorong, dan tidak hanya bertahan. Awalnya kami takut dengan tembakan datar mereka jadi kami terus mengangkat dan jatuh di pertahanan," timpal Lee Yang.

Lee Wang/Wang Che mencapai final dalam dua turnamen beruntun:bwfbadminton.com
Lee Wang/Wang Che mencapai final dalam dua turnamen beruntun:bwfbadminton.com

Kemenangan 14-21 22-20 21-12 dalam tempo 50 menit mengantar mereka ke partai final, sekaligus mendekatkan mereka ke tangga juara, menambah koleksi gelar di Impact Arena, Bangkok. 

Sementara itu, gugurnya harapan terakhir membuat Indonesia harus gigit jari. Apakah ini pertanda kegagalan total di turnamen kedua ini?

Awal Sulit

Tiga turnamen Leg Asia sebagai pembuka kalender BWF World Tour 2021 berlangsung dalam suasana kurang ideal. Pandemi yang masih merajalela membuat para pemain top dari China dan Jepang tak ambil bagian. Tidak hanya itu, ganda terbaik dunia, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo pun absen.

Selain itu, atmosfer pertandingan berlangsung dalam suasana penuh kehati-hatian dan kewaspadaaan. Penerapan protokol kesehatan ketat membuat para pemain tak bisa leluasa menikmati suasana baik di dalam maupun di luar pertandingan. Pertandingan berlangsung tertutup. Interaksi di lapangan baik di antara para pemain, maupun para pemain dengan petugas pertandingan dibatasi.

Meski begitu, situasi ini tidak mengurangi tingkat persaingan di antara para kontestan. Para pemain tetap berjuang maksimal. Menampilkan yang terbaik. Cucuran keringat, linangan air mata, hingga teriakan kesal dan ekspresi kekecewaan tak bisa dipalsukan. Drama dan tragedi tetap terlihat seperti biasa.

Bagi para pemain, turnamen ini tetap memiliki arti dan prestise tersendiri. Selain menjanjikan poin tak sedikit, ganjaran hadiah pun fantastis. Di balik perjuangan memperebutkan total hadiah 1 juta dolar AS, terselip berbagia misi mulai dari perbaikan peringkat di tabel rangking dunia hingga memperjuangkan tempat di BWF World Tour Finals pekan depan.

Ya, turnamen yang disebutkan terakhir itu memang elitis tapi sebenarnya meritokratis. Hanya delapan pemain atau pasangan terbaik dan masing-masing negara yang bisa ambil bagian. Tiap negara hanya boleh diwakili maksimal dua pemain atau pasangan dengan peringkat terbaik.

BWF World Toud Finals merupakan turnamen pamungkas saban tahun. Tahun lalu, dari 37 kompetisi, tak sampai separuh berhasil terlaksana. Serangan virus Covid-19, mengakibatkan hanya lima turnamen yang bisa digelar, sebelum kemudian vakum hingga lebih dari delapan bulan. 

Situasi ini membuat BWF melakukan sejumlah penyesuaian, termasuk tetap melaksanakan turnamen tahunan edisi 2020 itu pada 2021 dengan memasukan dua turnamen Thailand Open di awal tahun ini dalam perhitungan.

Tak heran, Thailand Open 1 dan 2, dengan Yonex dan Toyota berbagi sponsor, menjadi medan pertarungan bagi sejumlah pemain dan pasangan. Indonesia akhirnya berhasil menempatkan lima wakil yang akan bertarung memperebutkan total prize money 1,5 juta dolar AS (atau lebih dari Rp 21 miliar).

Anthony Sinisuka Ginting, yang tampil kurang meyakinkan di dua turnamen pembuka, menjadi satu-satunya wakil Indonesia di tunggal putra. Ia mendapat keberuntungan dari kemenangan Hans Kristian Vittinghus (Denmark) atas Lee Cheuk Yiu dari Hong Kong di perempat final beberapa jam lalu.  

Bila Hans gagal saat itu, maka Indonesia hanya bisa mengelus dada, tiket terakhir akan menjadi milik pemain Asia Timur itu. Tak heran, usai laga itu, Hans banjir apresiasi dari penggemar bulu tangkis Indonesia. Bahkan, Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk (Indofood), Axton Salim, bakal memenuhi permintaan Hans yang disampaikan jelang pertandingan krusial itu di salah satu akun Instagram badminton. Hans akan mendapat paket khusus dari bos Indomie itu. Apakah satu juta lusin seperti yang ia minta? Entahlah.

Ginting menjadi wakil Indonesia terakhir, menyusul dua pasangan ganda campuran Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja dan Praveen Jordan/Melati Daeva. Praveen/Melati tampil baik di Thailand Open 1 meski gagal mencapai klimaks. Keduanya kalah di partai puncak dari wakil tuan rumah.

Sementara itu, sektor ganda putra akan diwakili Daddies. Di turnamen Thailand Open 2021 jilid satu, Hendra/Ahsan berhasil mencapai babak perempatfinal sebelum kalah straight set 16-21 19-21 dari Choi SolGyu/Seo Seung Jae asal Korea Selatan.

Saatnya "Move On"

Patut diakui pencapaian Indonesia di turnamen kedua pekan ini tidak menggembirakan. Setidaknya gagal mengulangi pencapain di pekan sebelumnya. Di Yonex Thailand Open, Indonesia berhasil meraih satu gelar yang dipersembahkan Greysia Polii/Apriani Rahayu.

Kemenangan mudah pasangan senior junior dari wakil tuan rumah, Jongkolphan Kititharakul/Rawinda Prajongjai, 21-15, 21-12, membuat distribusi gelar dibagi merata kepada empat negara berbeda.

Indonesia sebenarnya bisa mendapat tambahan gelar bila Praveen/Melati mampu mengatasi pasangan tuan rumah, Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai. Meski berjuang nyaris satu jam, kekalahan 21-3 20-22 21-18 itu jelas memperlihatkan performa yang tak maksimal, laiknya saat menumbangkan Dechapol/Sapsiree di final All England 2020.

Di balik nirgelar Toyota Thailand Open, terselip sejumlah pekerjaan rumah yang harus dibenahi PBSI. Sasarannya tentu tidak hanya semata-mata untuk bisa menebus kegagalan dengan tampil maksimal World Tour Finals pekan depan, tetapi lebih dari itu untuk turnamen-turnamen selanjutnya.

Pertama dan utama adalah sektor tunggal. Pekan ini menjadi pekan yang buruk bagi sektor ini, baik putra maupun putri. Kedua lini ini hanya mampu menempatkan wakilnya hingga babak kedua.

Ginting tak bisa berbicara banyak saat berduel dengan Lee Cheuk Yiu. Sejawat seumuran itu menang rubber game 19-21, 21-13, 12-21.  Lee tampaknya bisa cepat beradaptasi setelah Ginting mencuri kemenangan di game kedua. Bermain lebih menyerang dan sigap mengantisipasi bola-bola Ginting menjadi kunci kemenangannya.

Ginting menyerah dari pemain Hong Kong di babak kedua/https://twitter.com/INABadminton
Ginting menyerah dari pemain Hong Kong di babak kedua/https://twitter.com/INABadminton

Ginting boleh dibilang menjadi satu-satunya pemain tunggal putra dengan penampilan lebih baik dari para pemain lain. Kompatriotnya, Jonatan Christie belum juga mendapat performa terbaik. Jojo justru lebih dulu angkat koper di babak pertama. Ia kalah dari Prannoy H. S. asal India, 21-18, 16-21, 21-23.

Nasib Shesar Hiren Rhustavito pun setali tiga uang. Vito tak kuasa membendung pemain Denmark, Hans Kristian Solberg Vittinghus. Vito sempat merebut set pertama, namun kemudian kehilangan dua game berikutnya. Vito menyerah, 21-11, 15-21, 17-21.

Sektor putri? Gregoria Mariska Tunjung masih belum bisa melewati hadangan para pemain unggulan. Menang mudah atas Sirada Roongpiboonsopit dari Thailand, 21-9, 21-8, tak cukup menjadi modal untuk meladeni Tai Tzu Ying di babak kedua.

Unggulan pertama dari Taiwan itu ternyata masih terlalu tangguh bagi Jorji. Sempat bersaing di game pertama, Jorji tak kuasa menahan laju Tai. Kemenangan 20-22, 16-21 dalam tempo 33 menit itu sekaligus menjaga rekor sempurnanya dalam tujuh pertemuan mereka. Tragisnya, Indonesia, seperti tahun-tahun sebelumnya, kembali absen mengirim wakil tunggal putri di World Tour Finals. 

Sebagai satu-satunya wakil sektor tunggal di BWF World Tour Finals, Ginting harus bisa bersiap diri lebih baik. Kekalahan dini di turnamen kedua ini, sekiranya memberikan waktu istirahat dan pemulihan yang cukup baginya. Serentak meningkatkan ketenangan dan mempertebal kepercayaan diri.

Ginting bermain baik di Thailand Open I, hanya saja ia cepat kehilangan fokus. Andaisaja ia bisa menjaga konsentrasi dan konsistensi permainan maka akhir cerita akan menjadi berbeda. Bukan tidak mungkin ia akan keluar sebagai juara, bukan?

Viktor Axelsen dan Chou Tien Chen masih menjadi lawan berat baginya. Namun melihat kualitas Ginting, sekiranya yang menjadi lawan terberat adalah dirinya sendiri. Kegagalan meraih poin bukan semata-mata datang dari smes atau penempatan kok lawan yang begitu akurat, tetapi lahir dari kesalahan pribadi.

Daftar kontestan tunggal putra World Tour Finals 2020/https://twitter.com/BadmintonTalk
Daftar kontestan tunggal putra World Tour Finals 2020/https://twitter.com/BadmintonTalk

Soal konsistensi masih menjadi PR yang sama bagi sektor ganda. Praveen Jordan dan Melati Daeva tidak terkecuali. Kesalahan demi kesalahan yang mereka lakukan akhirnya memberikan poin gratis bagi lawan. 

Selain pasangan Thailand, Malaysia dan Korea Selatan, tiga pasangan Eropa akan menguji sejauh mana Praveen/Debby mampu belajar dari kesalahan di dua laga sebelumnya. Bila tidak maka salah satu atau lebih dari wakil benua biru ini, Marcus Ellis/Lauren Smith (Inggris), Mark Lamsfuss/Isabel Hertrich (Jerman) dan Thom Gicquel/Delphine Delrue (Prancis) akan membuat mereka menderita.

Sementara itu, Greysia Polii/Apriyani Rahayi serta Mohamad Ahsan/Hendra Setiawan harus memanfaatkan waktu jelang pertandingan pekan depan untuk menimba kembali energi dan menyembuhkan cedera.

Ahsan sempat mengalami masalah saat menghadapi pasangan Inggris, Marcus Ellis/Chris Langridge di babak pertama. Bagian tubuh Ahsan harus dibebat saat bertarung memenangkan pertandingan 23-21, 21-15.

Sementara itu, Greysia juga memilih riwayat masalah pada bahunya. Hal-hal seperti ini memang tak terhindarkan dari seorang pemain senior. Karena itu, mereka harus bermain taktis dan tidak bisa mengandalkan tenaga semata. Lee So Hee/Shin Seung Chan dan Kim So Yeong/Kong Hee Yong dari Korea akan kembali menjadi lawan berat mereka pekan depan. 

Greysia/Apri masih berada di posisi teratas menuju World Tour Finals pekan depan/https://twitter.com/BadmintonTalk
Greysia/Apri masih berada di posisi teratas menuju World Tour Finals pekan depan/https://twitter.com/BadmintonTalk

Bila mereka mampu berbenah sembari menimba kembali energi dan berdamai dengan diri sendiri, maka bukan tidak mungkin kegagalan di Thailand Open I dan II bisa dibayar lunas pekan depan. Saatnya "move on" kawan-kawan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun