Tak heran banyak postingan bertahun-tahun silam dengan mudah diungkap kembali. Akun-akun anonim yang disamarkan dan dimanipulasi sedemikian rupa, tetap gampang terdeteksi. Banyak contoh, silahkan cari sendiri.
Mengingat dampak besar penggunakan teknologi komunikasi itu, maka tiap perangkat selalu dilengkapi kebijakan dan rambu-rambu tertentu. Ini penting agar para pengguna tidak berlaku sesuka hati. Umumnya terkait konten-konten yang berpotensi mengganggu ketertiban dan keamanan bersama.
Twitter misalnya sudah menggariskan aturan. Di antaranya, melarang tindakan kebencian dan kekerasan disebarkan melaluinya. Tidak hanya itu, twitter juga meng-update kebijakan untuk menyesuaikan dengan tren dan kecendrungan pengguna. Tautan-tautan yang disematkan pun tetap harus diseleksi. Bila dinilai melanggar, maka tiap tautan tidak akan bisa dibagikan. URL akan terblokir sehingga tidak bsia dikonsumsi khalayak.
Kita bisa berbicara panjang lebar soal aturan-aturan yang sudah dan mesti ditambahkan di tiap perangkat sosial media. Bisa juga soal penegakan aturan-aturan itu. Tentu masing-masing pengguna aktif sosial media umumnya atau twitter khususnya sudah mengalami berbagai pengalaman bagaimana sedih dan geramnya saat membaca postingan-postingan yang tak sesuai. Begitu juga merasa jengkel atas pemberitahun dari perangkat bahwa postingan atau tautan yang kita bagikan dianggap tidak sesuai ketentuan.
Sebagai pengguna kita tak bisa berbuat banyak untuk setiap keanehan dan ketidakpuasan yang ditimbulkan. Meski sudah tersedia saluran untuk menyampaikan keluh kesah, tidak semuanya bisa dijawab tuntas dan memuaskan.
Namun demikian, sebagai pengguna yang bertanggungjawab selayaknya tetap mengedepankan etika. Menempatkan kebaikan dan kedamaian sebagai nilai utama, alih-alih keinginan pribadi dan kepentingan primordial yang sempit. Katakan tidak pada informasi palsu, Â menyesatkan dan bohong (hoax). Utamakan pesan-pesan yang menyejukan, membahagiakan, dan mendatangkan manfaat, bukan mudarat.
Di tengah perkembangan teknologi yang gilang gemilang dan kebebasan membagikan dan mendapatkan informasi yang sulit dibendung, kita tetap perlu bersikap bijak, kritis, juga skeptis. Baik sebelum berbagi, maupun saat mengkonsumsinya. Â Jangan sampai kita sekadar menjadi pengguna buta, target tak berdaya dan korban yang mudah dimanipulasi. Mau?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H