Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Jari-jarimu Harimaumu, RIP @realdonaldtrump

9 Januari 2021   09:22 Diperbarui: 9 Januari 2021   13:34 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://twitter.com/realDonaldTrump

Pihak perusahaan asal California itu mengatakan tidak akan menangguhkan kedua akun, yang salah satunya sudah dipakai sejak era Presiden Barack Obama. Twitter bisa saja mengambil tindakan bila dianggap melanggar ketentuan dan menghindari bahaya yang bisa ditimbulkan. Tindakan itu bisa berupa pembatasan hingga pengalihan ke penguasa berikutnya.

Setelah akses ke twitter menyusul facebook personalnya ditutup, dengan cara apa ia akan bersuara di jagad maya?  Trump, saat diwawancarai Financial Times pada 2017 mengatakan, "Without the tweets, I wouldn’t be here."

Ia menegaskan peran penting sosial media itu. Twitter memainkan peran penting bagi perjalanan kariernya menuju Gedung Putih. Twitter yang telah menjadi andalannya kini mulai meninggalkannya. Setelah kehilangan kekuasaan, kepada media sosial mana ia akan bergantung?

Jarimu, harimaumu

Kita sudah sering mendengar ungkapan "mulutmu harimaumu." Dengan arti yang kurang lebih sama, "lidah lebih tajam daripada pedang." Apa yang keluar dari mulut dan diucap oleh lidah perlu dipertimbangkan masak-masak. Bila tidak akan mendatangkan petaka, tidak terkecuali bagi diri sendiri. Persis pepatah lama, "senjata makan tuan."

Banyak contoh sederhana yang bisa kita angkat. Bahwa perkataan yang kita keluarkan mendatangkan masalah. Kata-kata yang kita ucapkan justru kemudian balik menyerang kita. Maka, hati-hati saat berucap. Waspada saat berbicara.

Kini, kehati-hatian itu tidak hanya dianjurkan saat kita berbicara dengan mulut, tetapi juga saat menggunakan sosial media. Kemudahan yang ditawarkan membuat kita tak perlu lagi berkata-kata menggunakan mulut, tetapi perangkat teknologi.

Gagasan, pikiran, hingga ucapan bisa tersalurkan dengan cukup memainkan jari-jemari di atas papan ketik elektronik. Dalam hitungan detik pesan-pesan tersebut akan terkirim, menembus ruang dan waktu.

Dampaknya pun bisa langsung terasa. Beragam reaksi bisa langsung bermunculan. Entah  itu berupa respon berbalasan di dunia digital, atau aksi di dunia nyata. Seperti dalam dunia jurnalistik, berlaku pula teori jarum suntik (hypodermic needle theory) di sosial media. Apapun yang disajikan sosial media, langsung dikonsumsi publik dan mendatangkan reaksi dengan cepat. 

Seperti kata-kata umumnya, ia bisa memotivasi, menyemangati, dan menggerakan. Syukur kalau yang kita sampaikan itu positif, bisa dibayangkan bila sebaliknya? Ketukan yang lembut jari-jari di layar gadget atau papan keyboard computer bisa menjadi petaka.

Bila ucapaan melalui mulut akan terekam oleh ingatan, maka kata-kata mewujud tulisan akan disimpan sebagai jejak digital. Bila ingatan manusia kadang terbatas, maka kecanggihan teknologi mampu merawat dengan rapih setiap jejak langkah kita di dunia maya. Bila sosok pembicara bisa tersaput ingatan, personifikasi diri dalam rupa-rupa akun mudah dilacak dan dikenali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun