Jauh sebelum itu, tim China sudah memberikan berita buruk. Mereka tak bisa ambil bagian. Alasannya, mereka tak mendapat izin untuk melakukan perjalanan ke luar negeri.
Siapa saja pemain China dan Jepang yang tak akan muncul di arena permainan? Apa dampak absennya para pemain itu? Banyak.
Tak ada duel menarik "Minions" versus "The Twin Towers" China, Li Jun Hui/Liu Yu Chen. Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie tak bisa mengukur sejauh mana perkembangan mereka menghadapi Momota.
Tak ada laga epik Chen Yufei kontra Tai Tzu Ying, dua teratas tunggal putri saat ini. Kita akan merindukan aksi Chen Qing Chen/Jia Yi Fan menghadapi gempuran sederet pasangan top Jepang.
Begitu juga di sektor ganda campuran. Tanpa kehadiran Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong dan Cheng Qing Chen/Jia Yi Fan yang sedemikian digdaya selama ini membuat pasangan-pasangan lainnya harus menahan diri untuk balas dendam. Masih banyak lagi.
Kedua, absennya sejumlah pemain itu tentu berpengaruh pada tingkat persaingan. Lebih dari itu, menunjukkan bahwa situasi belum aman. Penyelenggaraan seri Thailand ini sudah dipastikan tanpa penonton.
Selain berlangsung tertutup, para peserta dan pihak terkait berada dalam pengawasan ketat. Kewajiban menaati protokol kesehatan tak bisa ditawar. Thailand sedang siaga tinggi. Negara itu tengah berjuang menghadapi terjangan gelombang kedua Covid-19.
Komitmen pihak penyelenggara begitu tinggi. Sejak kedatangan tiap kontingen sudah dihadapkan dengan protokol yang ketat.
Pelatih tunggal putra Indonesia, Herry Iman Pierngadi, memberi contoh menarik. Para petugas bandara kompak mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap. Sebelum dimasukan ke dalam bus, setiap koper dibersihkan. Bisa jadi, mereka ingin memastikan tiap bawaan itu steril.
"Tuh, kopernya dilapin, biar mengkilat. Kapan lagi coba koper satu-satu digosokin," kelakar Herry IP sebagaimana diunggah di akun Instagram pribadi.