Keluar dari Jebakan
Kita tentu tidak ingin terperangkap dalam "sedentary lifestyle". Bekerja dan beraktivitas di rumah jangan sampai membuat kita mati gaya. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk keluar dari jebakan tersebut.
Pertama, membatasi waktu total duduk. Maksimal 6-8 jam per hari dengan pangkas waktu duduk setiap 30-90 menit. Saat itu bisa dimanfaatkan untuk berdiri, berjalan, atau stretching (perenggangan otot). Waktu lima menit sudah cukup bila panggilan untuk kembali bekerja tak bisa ditolak.
Kedua, menyelingi waktu kerja kantoran dengan kegiatan lain seperti menyapu, mencuci, atau akttivitas rumah tangga lainnya. Sebagai seorang kepala keluarga, hal semacam ini kerap saya lakukan, entah secara teratur atau sekadar variasi.
Ketiga, aktivitas fisik lainnya yang bisa dilakukan di era pandemi ini adalah menjalani hobi seperti berkebun, bermain dengan hewan peliharaan, atau hal-hal kreatif dan seni lainnya. Dengan tanpa harus keluar rumah kita bisa menjalani hobi kita, bukan?
Keempat, dr.Sofi menyarankan agar kita sejauh dapat meluangkan waktu untuk berolah raga seperti jogging, senam, dan sebagainya. Hal tersebut perlu dilakukan secara rutin dan teratur. Mengapa demikian?
Dokter lulusan Universitas Yarsi dan Universitas Indonesia itu berargumen melakukan aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur mampu memberikan banyak manfaat seperti meningkatkan keluaran kalori harian, meningkatkan kebugaran, meningkatkan imunitas, dan meningkatkan kebahagiaan.
Sementara itu aktivitas fisik yang tidak memiliki struktur baku tertentu (Non-Exercise Physical Activity/NEPA) hanya akan meningkatkan keluaran kalori harian. Jenis aktivitas seperti ini antara lain menyapu, mengepel atau menyetrika pakaian.