Stres yang tidak dikelola dengan baik bisa menyebabkan gangguan fisik, juga psikologis. Merasa panik, cemas, hingga bisa berujung depresi.
Siapa saja bisa mengalami stres. Selain pasien dan keluarga yang terkonfirmasi Covid-19, tenaga medis dan keluarga, kaum yang kehilangan pekerjaan, pelajar yang tak terbiasa dengan belajar dari rumah, juga pekerja yang tak nyaman dengan work from home, anak-anak juga adalah kelompok yang rentan mengalami hal tersebut.
Stres yang dialami pada anak, bila tidak disikapi dengan baik akan menurunkan banyak akibat. Tidak hanya psikologis orang tua yang terganggu, anak bakal kehilangan nafsu makan. Bila ini sampai terjadi maka asupan nutrisi anak tak akan terpenuhi. Masa depan mereka bisa menjadi taruhan.
Tegangan New Normal
“Are you eating nutrient or food?” Apakah kamu makan makanan yang bernutrisi atau sekadar mengenyangkan perut?
Demikian selentingan yang keluar dari mulut Arif Mujahidin, Corporate Communication Director Danone Indonesia, saat mengawali webinar “Bicara Gizi” pada Rabu, 30 September 2020 lalu.
Web seminar yang bertemakan “Biasakan Anak Terapkan Gizi Seimbang selama di Rumah Saja” menghadirkan sejumlah narasumber berkompeten yakni dr. Juwalita Surapsari, M.Gizi, Sp.GK, Spesialis Gizi Klinis; Putu Andini, M.Psi, Psikolog Anak dari Tiga Generasi dan Soraya Larasati, ibu dengan gaya hidup sehat.
Pernyataan Arif Mujahidin membuat kita bertanya diri. Apakah yang kita konsumsi sekadar makanan untuk mengakhiri rasa lapar atau asupan yang mengandung nutrisi yang dibutuhkan tubuh?
Tentu kebutuhan makanan masing-masing individu tidak sama. Umur, jenis kelamin, berat badan, aktivitas, iklim, hingga kondisi wanita hamil dan menyusui, menjadi unsur pembeda. Dari sisi peruntukan porsi nutrisi untuk seorang anak lebih diprioritaskan ketimbang orang tua.