Situasi inilah yang membuat insan bulu tangkis Indonesia berat melepaskan Butet. Ditambah lagi, Debby juga memutuskan mundur untuk menikmati suasana yang lebih intens dengan keluarga. Kehilangan ganda pada waktu bersamaan.
Saat para pemain senior mundur, idealnya kita sudah mendapatkan penerus yang sepadan. Dengan kata lain, pada waktu yang sama kita sudah memiliki pelapis dengan kualitas yang tak jauh berbeda. Namun asa itu seperti jauh panggang dari api.
Tengok saja performa para penerus Owi/Butet saat ini. Lihat saja bagaimana rangking pasangan Indonesia lainnya. Kecuali Owi/Butet, tak ada satu pun yang bercokol di peringkat 10 besar. Pasangan dengan rangking terbaik adalah Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjadja dan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti yang berturut-turut di posisi 14 dan 15 BWF.
Kita masih memiliki Rinov Rivaldy/Pita Haningtyas Mentari. Juga Alfian Eko Prasetya/Marsheilla Gischa Islami. Namun mereka masih tercecer di peringkat 26 dan 29. Tiga tingkat di belakang kedua pasangan itu ada Akbar Bintang Cahyono/Winny Oktavina Kandow dan Ronald Ronald/Annisa Saufika.
Bisa asal Konsisten
Di satu sisi kita patut menyesali mundurnya Butet dan Debby terjadi tidak pada waktu yang tepat. Mereka meninggalkan arena di saat para penerus belum benar-benar siap menerima tongkat estafet. Namun sedalam-dalamnya kita menyesal dan sebesar-besarnya kita berharap, mereka telah mengambil pilihan.
Bagi Butet, sudah saatnya ia mengambil jeda. Apalagi ia sudah lama mengirim signal pensiun. Kita sempat memintanya tetap bertanding di Olimpiade 2016. Ia pun patuh. Usai merebut emas di Rio de Janeiro, kita masih merayunya untuk terus bertahan hingga Asian Games 2018. Lagi-lagi, ia tak menampik.
Di sisi lain, ini menjadi lecutan bagi para suksesor untuk bekerja lebih keras. Sudah saatnya mereka mengambil tanggung jawab lebih, dan membuang jauh-jauh harapan bahwa Indonesia masih memiliki Owi dan Butet sebagai ujung tombak.
Sebelumnya kita masih memiliki Owi/Butet serta Praveen/Debby. Sebelum itu ada Riky Widianto dan Richi Puspita. Keduanya masih bisa bersaing setidaknya dengan gelar super series dan runner up super series yang mereka raih. Namun saat berpasangan mereka pun kerap inkonsisten. Performa mereka terkadang naik dan turun.
Situasi tak jauh berbeda terjadi pada Hafiz/Gloria. Begitu juga Praveen/Melati, serta Alfian dan Gischa. Mereka masih sering kalah di babak awal. Atau sekalipun mampu meladeni pasangan-pasangan lain, namun tren positif itu masih sukar dijaga lebih lama.