Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Tenun Ikat Amarasi, Antara Kenyataan dan Harapan

31 Desember 2018   23:52 Diperbarui: 1 Januari 2019   00:54 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dampak kehadiran dua sumur bor bagi pertanian masyarakat setempat/Willy

Coba kita tengok beberapa contoh. Dalam ragam hias geometris ada motif Kaimanfafa, artinya bergandeng tangan. Motif ini sebelumnya hanya dipakai oleh raja Amarasi. Namun dalam perjalanan waktu siapa saja boleh mengenakannya.

Selain itu ada motif Noe Riu yang dipakai oleh masyarakat biasa. Motif ini bercerita tentang keperkasaan masyarakat Amarasi saat penjajahan yang sanggup mengalahkan musuh. Mayat para musuh dibuang ke sungai berkelok. Motif ini berarti sungai berkelok.

Selain tenun ikat juga dibuat cendera mata seperti kipas dan pernak-pernik lainnya/Willy
Selain tenun ikat juga dibuat cendera mata seperti kipas dan pernak-pernik lainnya/Willy
Dalam ragam bias fauna dikenal motif korkase. Motif ini muncul belakangan setelah zaman penjakahan. Motif ini menampilkan burung garuda yang menggambarkan lambang negara Indonesia. Selain itu ada motif yang cukup terkenal yakni motif Kaun Tub Hitu yang bergambar kepala ular. Motif ini berangkat dari legenda setempat tentang seekor ular besar bertumpuk tujuh yang pernah menghuni daerah di sekitar kerajaan Amarasi.

Selain itu ada motif burung hantu atau Bauneki. Pada zaman dulu, diceritakan, hutan-hutan di sekitar kerajaan Amarasi menjadi tempat diam burung hantu.

Meretas promosi

"Kalau misalnya yang sudah tua ini Tuhan 'ambil', saat saya mau menikah saya mau pesan kain di siapa," kelakar Willy sambil tertawa kepada para orang tua.

Ternyata advokasi yang dilakukan itu membuahkan hasil. Meski belum signifikan sejumlah remaja mulai bergabung dalam KBA. Astra memberikan fasiltias berupa alat-alat tenun yang lebih modern sehingga hasil tenunan pun lebih baik.

Tidak hanya itu kepada mereka diberikan benang dan alat pewarna gratis. Kini KBA Sonraen memiliki lima alat tenun lengkap mulai dari alat pemintal dan berbagai kebutuhan untuk menenun. Untuk melengkapi kebutuhan, secara swadaya mereka mendatangkan bahan dasar seperti seperti benang dan pewarna buatan.

Sudah ada dua kelompok yang terbentuk yang digerakan oleh beberapa orang tua. Di kelompok pertama terdiri dari delapan orang remaja. Sementara di kelompok kedua ada dua orang remaja. Meski terbilang sedikit, jumlah tersebut cukup signifikan.

Sudah ada 2 kelompok penenun di KBA Sonraen/Willy
Sudah ada 2 kelompok penenun di KBA Sonraen/Willy
"Jumlah tersebut adalah satu per empat dari total remaja di kampung ini."

Meski ruang partisipasi masih terbatas di tiga RW, Willy tidak ngoyo. Ia tidak mau cepat berekpansi sebelum melihat hasilnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun