Coba kita tengok beberapa contoh. Dalam ragam hias geometris ada motif Kaimanfafa, artinya bergandeng tangan. Motif ini sebelumnya hanya dipakai oleh raja Amarasi. Namun dalam perjalanan waktu siapa saja boleh mengenakannya.
Selain itu ada motif Noe Riu yang dipakai oleh masyarakat biasa. Motif ini bercerita tentang keperkasaan masyarakat Amarasi saat penjajahan yang sanggup mengalahkan musuh. Mayat para musuh dibuang ke sungai berkelok. Motif ini berarti sungai berkelok.
Selain itu ada motif burung hantu atau Bauneki. Pada zaman dulu, diceritakan, hutan-hutan di sekitar kerajaan Amarasi menjadi tempat diam burung hantu.
Meretas promosi
"Kalau misalnya yang sudah tua ini Tuhan 'ambil', saat saya mau menikah saya mau pesan kain di siapa," kelakar Willy sambil tertawa kepada para orang tua.
Ternyata advokasi yang dilakukan itu membuahkan hasil. Meski belum signifikan sejumlah remaja mulai bergabung dalam KBA. Astra memberikan fasiltias berupa alat-alat tenun yang lebih modern sehingga hasil tenunan pun lebih baik.
Tidak hanya itu kepada mereka diberikan benang dan alat pewarna gratis. Kini KBA Sonraen memiliki lima alat tenun lengkap mulai dari alat pemintal dan berbagai kebutuhan untuk menenun. Untuk melengkapi kebutuhan, secara swadaya mereka mendatangkan bahan dasar seperti seperti benang dan pewarna buatan.
Sudah ada dua kelompok yang terbentuk yang digerakan oleh beberapa orang tua. Di kelompok pertama terdiri dari delapan orang remaja. Sementara di kelompok kedua ada dua orang remaja. Meski terbilang sedikit, jumlah tersebut cukup signifikan.
Meski ruang partisipasi masih terbatas di tiga RW, Willy tidak ngoyo. Ia tidak mau cepat berekpansi sebelum melihat hasilnya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!