Tidak hanya BBM, Pertamina juga menyalurkan 164 ribu tabung LPG. Sebanyak 113 ribu tabung disalurkan untuk operasi pasar di Palu, Donggala, dan Sigi.
"Saat ini pasokan energi di sana alhamdulilah sudah aman sehingga kita bisa fokus ke urusan lainnya," tegas Arya.
Mereka sekaligus menjadi relawan untuk memberikan pertolongan kepada para korban. Membuka posko pelayanan hingga menyalurkan bantuan logistik hingga ke sudut-sudut tersulit. Bahkan mereka masih mengambil peran untuk memulihkan anak-anak dari trauma.
Beruntung armada Pertamina bernama Emergency Response Team (ERT) itu terdiri dari orang-orang terlatih. Relawan kesehatan yang terdiri dari dokter umum, dokter spesialis, perawat dan fisioterapi pun bahu membahu mempercepat pemulihan wilayah dan masyarakat yang terdampak.
"Kami sempat 24 jam tidak makan, padahal kami sehabis menarik-narik truk yang berisi BBM dan logistik agar dapat melintasi longsoran" tutur Arya.
Hingga kini setelah masa tanggap darurat usai Sulawesi Tengah masih terus berjuang bangkit. Tidak hanya memulihkan fisik, tetapi juga psikis masyarakatnya. Berbagai bantuan yang diberikan Pertamina telah ikut andil untuk proses pemulihan tersebut. Sulit dibayangkan bila Pertamina tak ambil bagian meretas putusnya rantai distribusi Meski demikian pemulihan paripurna masih membutuhkan waktu yang tidak singkat.
Apresiasi pun patut diberikan kepada pertamina. Dengan total bantuan Pertamina Peduli hingga 12 Oktober sebesar Rp 29,7 miliar, Pertamina tidak bermaksud membanggakan diri. Sebagaimana dikatakan Adytia, Pertamina hanya ingin agar Sulawesi Tengah segera bangkit.