Selanjutnya, Gil Young Ah/Jang Hye Ock asal Korea Selatan serta Matsumoto dan Nagahara tahun ini. Berpindahnya gelar juara dunia yang dalam 14 edisi secara beruntun sejak 1997 hingga 2017 dipegang China, apakah pertanda tampuk dominasi telah berpindah tangan? Apakah dominasi tersebut akan berlanjut di Asian Games?
Antiklimaks Wang dan Huang mengingatkan kita pada Xu Chen dan Ma Jin. Kedua pasangan itu tak ubahnya "tukang sapu" untuk memuluskan langkah pasangan China lainnya. Keduanya membuka jalan dengan menjungkalkan pasangan lain sebelum akhirnya kalah. Bila kini Wang/Huang menjadi "tukang bersih-bersih" Zheng/Huang Yaqiong, sebelumnya Xu dan Ma melakukan fungsi yang sama untuk Zhang Nan dan Zhao Yunlei.
China masih memiliki Zhang Nan/Li Yinhui yang langkahnya terhenti di semi final oleh unggulan teratas. Seperti Jepang di ganda putri, demikian juga China di ganda campuran. Namun dari semua pasangan China yang ada, prestasi Butet belum tertandingi. Semoga segala kematangan dan pencapaian itu kembali berujung manis di Asian Games.
Ketiga, Kento Momota baru saja menjadi pemain tunggal putra pertama Jepang yang menjadi juara dunia. Sepak terjang pemain tunggal Jepang ini setelah lepas dari masalah percudian sungguh mengagumkan.
Di mana posisi para pemain Indonesia? Dari segi usia, seharusnya Jonatan Christie dan Anthony Ginting berada di barisan para pemain di atas. Namun seakan berbeda jalur, perkembangan para pemain Indonesia justru bergerak ke arah berlawanan. Masih sulit mendapatkan pemain muda yang mampu menyaingi prestasi Taufik Hidayat, berkilau sejak usia muda.
Momota hanya tinggal menunggu waktu ke puncak rangking dunia. Medali emas Asian Games sepertinya bukan hal sulit! Tidak cukup modal tuan rumah untuk membawa para pemain Indonesia berjaya di Istora. Butuh persiapan fisik, mental dan skill, meski untuk itu waktu yang tersedia rasanya tidaklah cukup.
Keempat, satu-satunya nomor yang lepas dari Asia Timur di Kejuaraan Dunia kali ini adalah tunggal putri. Pertemuan Carolina Marin dan Sindhu PV menjadi partai ulangan final Olimpiade Rio 2016. Kemenangan kembali berpihak pada Marin. Kemenangan pemain Spanyol, 21-19 dan 21-10 itu sekaligus menahbiskannya sebagai pemain tunggal putri pertama yang mampu tiga kali menjadi juara dunia, setelah sebelumya pada 2014 dan 2015.
Tanpa Marin, siapa berpeluang di Asian Games 2018? Yang pasti bukan para pemain Indonesia. Sindhu, He Bingjiao, Nozomi Okuhara, dan Ratchanok Intanon berada dalam daftar utama.