Keduanya berpeluang menghadapi Praveen Jordan dan Melati Daeva di babak ketiga. Pertandingan ini akan menarik. Praveen dan Melati yang merupakan finalis India Open akan berusaha menghentikan pasangan kidal ini untuk menghadapi pasangan senior Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying di perempat final.
Pertarungan sengit bakal terjadi di pul bawah. Di sana bergabung para juara. Mulai dari Yuta Watanabe/Arisa Higashino yang merupakan juara All England, Wang Yilyu/Huang Dongping yang adalah juara Asia, serta juara Eropa, pasangan suami istri asal Inggris, Chris dan Gabrielle Adcock. Persaingan para juara ini semakin ketat dengan kehadiran pasangan muda tuan rumah, Dia Jiting/Du Yue.
Absennya Owi/Butet membuat Zheng Siwei dan Huang Yaqiong serta Wang Yilyu dan Huang Dongping sedikit bernapas lega. Wang dan Huang memenangkan gelar Asia mengalahkan Owi dan Buet. Meski bermain di hadapan pendukung sendiri, para pemain China tidak bisa menepikan Watanabe dan Higashino. Bila pasangan ini mampu mengulangi performa menakjubkan di Birmingham Arena tahun lalu maka bukan tidak mungkin mereka akan menorehkan sejarah di Nanjing.
Bagaimana sektor tunggal?
Tai Tzu Ying masih menjadi unggulan untuk meraih gelar tunggal putri. Pemain asal Taiwan ini telah mengoleksi lima dari enam turnamen yang diikuti. Meski Tai nyaris menjadi penguasai tunggal, Ratchanok Intanon dari Thailand, Nozomi Okuhara yang merupakan juara bertahan dari Jepang, Carolina Marin dari Spanyol serta andalan India, Pusarla V Sindhu, tetap menjadi ancaman. Namun Tai yang sudah meraih hampir semua gelar utama tur dunia, termotivasi untuk menambah koleksi gelar Kejuaraan Dunia dan Olimpiade yang belum mengisi lemari prestasinya.
Ia juga sukses membantu Jepang ke final Piala Thomas dengan mengalahkan Chen Long. Tak heran Momota menjadi salah satu pesaing untuk menjadi juara dunia. Absennya Chong Wei membuat Momota kini mengincar Axelsen, Chen Long, Lin Dan, Chou Tien Chen, Son Wan Ho (Korea) menuju tangga juara.
Bagaimana dengan para pemain Indonesia? Bersama pemain seperti Kenta Nishimoto (Jepang) dan Anders Antonsen (Denmark), Jonatan dan Anthony Ginting berpotensi menjadi kuda hitam. Namun performa yang kurang meyakinkan membuat keduanya harus bekerja eksta keras untuk bersaing dengan para jagoan. Apalagi ketika menghadapi Momota yang selalu berakhir dengan hasil minus.
Semoga semangat yang sama pun membakar para pemain muda Indonesia. Harus diakui Momota berada di jalur terdepan, tidak hanya untuk mengukir sejarah baru bagi Jepang di Kejuaraan Dunia tetapi juga dalam perebutan medali emas Asian Games. Mampukah pemain Indonesia membelokkan prediksi ini?