“Memang tinggal sedikit lagi, kita tadi bisa menang hanya fokusnya aja. Mungkin ini faktor kelelahan, karena minggu lalu ikut di Indonesia Open dan persiapan hanya seminggu kurang.”beber Butet usai pertandingan.
Kekalahan ini memberi pelajaran tersendiri bagi Owi dan Butet. Keduanya tentu sudah tahu apa yang harus diperbuat selama masa persiapan menuju Asian Games. Secara teknik dan kualitas, Owi dan Butet sudah mumpuni. Sepak terjang selama setahun terakhir semakin mempertebal harapan. Hanya saja mereka perlu segera bangkit sehingga bisa mencapai puncak performa di Istora nanti.
Bukan maksud mempercayai mitos. Ini sekadar pelecut dan penyemangat bahwa api harapan pada Owi dan Butet tidak boleh padam. Apa yang terjadi kali ini tidak jauh berbeda dengan tiga tahun silam. Tahun 2015, keduanya tiga kali menjadi runner up di turnamen super series dan hanya satu gelar juara yang bisa diraih yakni di Kejuaraan Asia. Tiga kegagalan di partai final itu akhirnya dibayar lunas setahun berselang. Keduanya sukses menyaput segala keraguan ketika merebut medali emas Olimpiade Rio.
Pesona Akbar dan Winny
Selain memberikan alarm bagi Owi dan Butet, Singapore Open juga memberikan angin segar bagi regenerasi ganda campuran Indonesia. Harapan itu ditunjukkan Akbar Bintang dan Winny Oktavina. Pasangan muda ini sukses melejit ke babak semi final.
Keduanya sempat beradu dengan Owi dan Butet dalam perebutan tiket final. Meski kalah, keduanya mendapat banyak pelajaran dari kekalahan 26-24 dan 21-17 itu. Winny misalnya, memiliki permainan depan yang bagus. Ia tak ubahnya Butet sebagai seorang playmaker murni.
Sejak masih bermain di ganda putri bersama Marissa Vania, Winny memiliki skill yang terpuji. Netting, blocking dan placing bagus. Sederet prestasi telah diperoleh pemain bernama lengkap Winny Oktavina Kandow ini. ia merupakan Juara Nasional ganda campuran di kelas Taruna 2016 bersama Yeremia Erich Yotje Yacob Rambitan. Selain itu, ia juga tampil sebagai jawara nasional kelas dewasa 2017 bersama Akbar Bintang Cahyono.
Pada gilirannya pertemuan Akbar/Winny dan Owi/Butet tidak hanya terjadi sekali ini. Kita berharap bisa melihat pasangan Indonesia saling beradu di babak-babak krusial di berbagai turnamen bergengsi. Seperti di masa-masa ketika sektor ganda campuran Indonesia memiliki lebih dari satu pasangan mumpuni. Ketika itu Nova Widianto dan Butet bersaing ketat dengan Flandy Limpele dan Vita Marissa. Lantas berlanjut dengan Muhammad Rijal/Vita Marissa serta Hendra Aprida Gunawan dan Vita Marissa.
Klimaks "Daddies"
Berbeda dengan Owi dan Butet, Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan sukses menginjak podium tertinggi. "Daddies" mencapai klimaks setelah menjungkalkan pasangan muda China, Ren Xiangyu/Ou Xuanyi. Kemenangan 21-13 dan 21-19 mengulang sukses 2013 silam.