Penampilan Fernandinho bertolak belakang dengan Kevin De Bruyne di timnas Belgia. Roberto Martinez tampaknya belajar banyak dari penampilan De Bruyne di laga-laga sebelumnya. Predikat sebagai salah satu playmaker terbaik di dunia yang dibuktikan bersama Manchester City sempat dipertanyakan sejak awal pertandingannya di Rusia. Tidak ada kontribusi signifikan adalah sebab. Selain itu minim aksi-aksi ciamik seperti yang diperagakan di level klub. Padahal De Bruyne adalah pemilik assist terbayak di lima liga top Eropa sejak pindah dari Wolfsburg
Martinez kemudian mengubah peran De Bruyne. Alih-alih memaksanya bermain lebih bertahan, pelatih asal Spanyol itu memberinya ruang lebih. Seperti yang dilakukan Pep Guardiola, De Bruyne tidak mendapat tanggung jawab defensif sepenuhnya. Kecepatan dan kecakapan akselerasi ke pertahanan lawan dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pelatih City.
Sempat ada kecemasan di awal, apakah formasi ini akan berhasil. Ternyata De Bruyne membuktikan bahwa kebebasan yang diberikan kepadanya adalah malapetaka bagi lawan. Salah satu pembuktian paling nyata adalah gol kedua yang ia ciptakan.
Bila mau jujur tidak hanya De Bruyne yang tampil menawan di laga ini. Gelar "man of the match" yang diterima masih bisa diperdebatkan dengan penampilan gemilang Thibaut Courtois di bawah mistar gawang. Juta tak ketinggalan sang kapten, Vincent Kompany yang menggawangi sektor pertahanan.
Terlena
Demikian alasan lain yang membuat Brasil bertekuk lutut kali ini. Sebelum ke Rusia hingga sebelum laga ini, Brasil seperti raksasa tak tersentuh. Mereka begitu superior. Para pemain Brasil adalah orang-orang kepercayaan Tite untuk membangun sebuah mesin raksasa yang diminyaki dengan baik. Putaran setiap unsur bekerja dengan baik dan serasa berjalan otomatis untuk menggilas lawan-lawannya.
Namun mesin itu kemudian rontok. Situasi berbanding terbalik dalam hitungan 90 menit pertandingan. Ketika mereka menang dan mampu mengatasi tantangan, seperti tak ada hal yang patut dikritik. Celah yang harus ditambal. Brasil terlena dalam kebesaran dan keunggulan.
Mengapa saya katakan demikian? Coba tengok performa Gabriel Jesus dan bagaimana nasib Douglas Costa di Piala Dunia kali ini? Jelas kita katakana, seperti Fernandinho, Jesus adalah pemain Brasil lain yang bermain buruk di pertandingan ini. Ironisnya tanda-tanda itu sudah terlihat di laga-laga sebelumnya. Minimnya kontribusi mestinya sudah menjadi bahan pertimbangan sang pelatih.