Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Apa yang Dinanti dari Laga Perancis versus Uruguay?

5 Juli 2018   16:59 Diperbarui: 5 Juli 2018   17:51 1190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Luis Suarez dan Cavani menjadi andalan di lini depan Uruguay/Dailymail.co.uk

Piala Dunia 2018 sudah memasuki babak delepan besar. Parade gol, kontroversi, kejutan hingga drama baik di dalam maupun di luar lapangan menghiasi ruang tontonan. Tak terkecuali akumulasi kartu. Situasi ini sedikit banyak akan mewarnai pertarungan antara Prancis dan Uruguay merebut satu tiket semi final. Pertandinga ini akan digelar di Stadion Nizhny Novgorod, Nizhny Novgorod, Jumat (06/07/2018) malam WIB.

Kita mulai dari hal terakhir. Sejak tahun 2010, Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) mengubah aturan terkait pemutihan kartu kuning. Sebelum itu semua hukuman kartu kuning akan dihapus setelah babak penyisihan grup. 

Dalam aturan baru, pemutihan itu dimundurkan hingga babak delapan besar. FIFA punya tujuan baik. Mencegah para pemain bintang mendapat hukuman secara gampang yang membuat mereka bisa absen di pertandingan paling penting, final. Selain itu, mencegah tim menggunakan taktik busuk untuk memenangkan pertandingan.

Aturan sebelumnya pernah memakan korban sejumlah pemain penting. Michael Ballack harus absen di final Piala Dunia 2002 menghadapi Brasil. Gelandang Jerman itu mendapat kartu kuning di semi final yang membuatnya hanya bisa melihat dari luar lapangan timnya dibekuk Selecao.

Empat tahun sebelum itu situasi serupa pernah menimpa Laurent Blanc. Bedanya, Blanc langsung mendapat kartu merah setelah menanduk pemain Kroasia, Slaven Bilic. Selain itu, dari bangku pemain sang bek masih bisa tersenyum melihat timnya membungkam sang juara bertahan, Brasil, tiga gol tanpa balas untuk merengkuh trofi Piala Dunia pertama mereka.

Beberapa pemain Prancis kali ini berada dalam bayang-bayang akumulasi kartu. Tambahan satu kartu di babak perempat final membuat mereka hanya menjadi penonton di semi final. Sedikitnya empat pemain Les Blues menghadapi risiko suspensi di semi final. Mereka adalah Olivier Giroud, Tolisso, Benjamin Pavard dan Paul Pogba. Mereka terancam bernasib serupa Blaise Matuidi yang absen di pertandingan ini.

Tentu setiap pemain ini memiliki tingkat probabilitas berbeda-beda. Posisi dan tanggung jawab dalam pertandingan adalah beberapa faktor penentu. Giroud misalnya. Ia memiliki kemungkinan kecil karena posisinya sebagai striker dan perannya di lini depan. Berbeda misalnya dengan Pavard yang harus menghadapi Luis Suarez. Terlepas dari kesalahan taktis, Pavard kadang harus mengambil tindakan berisiko untuk menghentikan laju striker Uruguay itu. Meski hal buruk akhirnya terjadi pada Pavard, Prancis masih memiliki pengganti yang cukup mumpuni yakni Djibril Sidibe.

Beda bila nasib buruk itu akhirnya menimpa Pogba. Sulit mendapatkan pengganti sepadan bagi gelandang kreatif Manchester United ini. Karena itu Pogba akan bermain hati-hati dalam menjaga lini tengah. Atau bisa jadi ia membebankan semua pekerjaan berat dan "kotor" kepada Kante sementara ia mengambil peran sebagai pemilik nomor 10.

Situasi berbeda terjadi pada Uruguay. Meski mendapat reputasi sebagai tim paling defensif, hanya satu pemain mereka yang terancam kehilangan pertandingan semi final. Pemain itu adalah Rodrigo Bentancur yang mendapat kartu kuning di laga terakhir penyisihan grup kontra Rusia. Itu pun bila Bentancur mendapat kartu di perempat final dan Uruguay memenangkan pertandingan. Demikian halnya bagi Prancis.

Kontras

Seperti Brasil menghadapi Belgia, pertandingan ini juga merepresentasikan pertarungan antara dua benua sepak bola dengan gaya yang sedikit banyak berbeda. Representasi Eropa dan non-Eropa. Gaya Eropa dan gaya Eropa yang telah diadaptasi negara Amerika Selatan. Pertandingan antara peringkat tujuh dunia menghadapi peringkat 14. Laga antara dua tim dengan gaya bermain yang kontras. Menyerang di satu tim dan defensif di tim berbeda.

Diakui atau tidak, Prancis saat ini menampilkan gaya sepak bola yang menarik. Dihuni generasi menjanjikan yang sedang semangat meningkatkan diri. Kekuatan paling menonjol Prancis terletak di lini tengan dan depan. Dengan demikian tidak berlebihan bila dalam setiap pertandingan mereka mampu menguasai jalannya pertandingan.

Hal ini sudah terlihat sebelum putaran final Piala Dunia. Selama babak kualifikasi zona Eropa, Prancis rata-rata memiliki penguasaan bola sebesar 60 persen. Selain itu mereka mampu menuntaskan 5167 operan dalam 13 pertandingan dengan akurasi mendekati 90 persen. Hal ini memungkinkan mereka mencetak 18 gol dan memenangkan tujuh dari 10 pertandingan. Dengan raihan total 23 poin, Prancis akhirnya keluar sebagai juara grup. Prancis unggul empat angka dari Swedia, yang memiliki selisih gol lebih baik dari salah satu unggulan yang menjadi penonton, Belanda.

Sepanjang Piala Dunia, penguasaa bola Prancis rata-rata berada di angka 55 persen. Situasi ini sedikit berbeda saat Prancis bertemu Argentina di babak 16 besar. Di laga hidup mati itu, penguasaan bola mereka hanya 39 persen karena lebih mengandalkan serangan balik. Prancis, entah sengaja atau tidak, lebih mengekploitasi kerapuhan lini belakang La Albiceleste yang dihuni para pemain senior. Kecepatan Mbappe benar-benar mengekploitasi kelambanan dan fisik Javier Mascherano dan kolega yang telah termakan usia.

Lantas strategi apa yang akan dipakai Prancis saat menghadapi Uruguay? Prancis tentu tidak ingin menyia-nyiakan sumber daya handal di lini tengah dan depan. Griezmann, Giroud, Mbappe yang didukung para jenderal lapangan tengah yakni Pogba dan N'Golo Kante. Mereka akan menyerang sejauh dapat dan berusaha tidak kehilangan kendali di lini tengah. Sambil pada waktu bersamaan menerapkan zona marking yang ketat terhadap beberapa pemain kunci sama seperti yang dilakukan secara efektif terhadap Lionel Messi.

Kylian Mbappe menjadi momok yang memulangkan Argentina dari Piala Dunia 2018/Dailymail.co.uk
Kylian Mbappe menjadi momok yang memulangkan Argentina dari Piala Dunia 2018/Dailymail.co.uk
Bagaimana Uruguay?

Uruguay berangkat ke Rusia sebagai runner-up zona CONMEBOL di belakang Brasil dan di depan Argentina, Kolombia dan Peru. Dalam 18 pertandingan mereka mampu membukukan 32 gol. Menariknya, separuh dari antaranya dicetak oleh duet Edinson Cavani dan Luis Suarez. Bila dibedah lebih jauh, Cavani paling banyak berkontribusi dengan 10 gol, separuh lebih banyak dari tandemnya.

Dengan torehan banyak gol tersebut membuat kita bisa menarik konklusi seperti apa strategi mereka saat itu. Situasi saat itu tentu berbeda dengan apa yang mereka peragaan sejak laga pertama di Rusia. Mereka memainkan strategi bertahan dengan sangat efektif. Efektivitas ini paling nyata dalam pertandingan kontra Portugal. Meski hanya memiliki 33 persen penguasaan bola, mereka mampu menciptakan dua gol.

Lebih hebatnya lagi, dua gol tersebut dicetak melalui proses yang singkat. Serangan balik cepat dengan satu dua sentuhan kelas dunia. Dwigol yang diborong Cavani berawal dari kiriman bola panjang, dan akurasi umpan yang nyaris sempurna dari Suarez. Gol pertama ke gawang Rui Patricio terjadi hanya dalam tiga sentuhan. Dari umpan terukur Suarez yang diselesaikan dengan gol kelas dunia Cavani. Jelas, kekuatan utama Uruguay terletak pada pertahanan dan serangan balik mereka.

Luis Suarez dan Cavani menjadi andalan di lini depan Uruguay/Dailymail.co.uk
Luis Suarez dan Cavani menjadi andalan di lini depan Uruguay/Dailymail.co.uk
Ujian menarik

Laga ini akan menjadi ujian yang menarik bagi keunggulan kedua tim. Lini serang Prancis yang berbahaya akan beradu dengan rapatnya barisan pertahanan Uruguay. Begitu juga sebaliknya. Daya ledak serangan balik La Celeste akan diuji dengan ketangguhan lini tengah Prancis.

Kita tentu mengharapkan skenario ini berjalan mulus demi menghadirkan tontonan menarik. Namun ambisi dan situasi jelang pertandingan bisa jadi mengubah jalannya pertandingan. Baik Didier Deschamps dan Oscar Tabarez akan memutar otak untuk menyiapkan strategi berbeda atau "plan B" bila skenario awal berpeluang menghadirkan "sad ending."

Uruguay terancam tanpa Cavani. Pemain Paris Saint-Germain (PSG) ini mendapat cedera hamstring di laga sebelumnya. Sekalipun Cavani dipaksa bermain, apakah kondisinya akan 100 persen fit? Apa yang bisa diperbuat Uruguay tanpa Cavani? Tanpa Cavani jelas sebuah kerugian besar bagi tim. Amunisi serangan balik berkurang. Suarez kehilangan tandem terbaik untuk menggedor pertahanan Les Blues. Bisa jadi Suarez akan kehilangan daya. Sebagai satu-satunya senjata tersisa, mudah bagi Prancis untuk mengamankannya, sama seperti mereka membuat Messi tak berkutik.

Bila Cavani absen, satu-satunya cara Uruguay melawan adalah dengan bertahan. Uruguay akan bermain ultradefensif dan mecoba memperpanjang pertandingan hingga adu penalti. Tidak cukup dengan membangun tembok tinggi di lini pertahanan. Uruguay tentu berusaha menghentikan laju permainan Prancis dari lini tengah. Zona pertahanan itu akan dibuat lebih tebal untuk menjangkau Pogba, Kante, dan Thomas Lemar. Mematikan pergerakan pemain tengah agar tidak leluasa bergerak dan memberi umpan kepada para pemain depan.

Prediksi line-up Uruguay tanpa Cavani yang posisinya digantikan Cristhian Stuani/ www.footballexpert.com
Prediksi line-up Uruguay tanpa Cavani yang posisinya digantikan Cristhian Stuani/ www.footballexpert.com
Sebaliknya, Prancis tidak mau membuang peluang untuk mengakhiri pertandingan di waktu normal. Kecepatan para pemain depan dan gempuran dari Mbappe, Giroud dan Griezmann akan dikerahkan secara maksimal. Mbappe yang cepat, Griezmann yang cerdik serta Giroud dengan fisik yang kuat dan postur tubuh yang tinggi akan benar-benar diandalkan.

Selain itu dengan formasi andalan 4-2-3-1 dengan Pogba dan Kante sebagai dua gelandang, menyusul Mbappe, Griezmann dan pengganti Matuidi, serta Giroud di lini depan, Prancis akan tetap mewaspadai Cavani (?) dan Suarez. Dengan "mematikan" keduanya maka Prancis akan leluasa mengendalikan permainan.

Apakah dengan demikian peluang Prancis memenangkan pertandingan lebih besar? Secara statistik dan merunut sumber daya pemain, hemat saya, Prancis unggul di atas kertas. Namun Uruguay yang kemungkinan besar akan memainkan formasi 4-4-2 atau 4-3-1-2 akan memberikan perlawanan terbaik sambil mencuri celah dan memanfaatkan kealpaan Prancis.

Uruguay akan mengerahkan segenap kemampuan untuk bertahan dan bekerja lebih keras memperluas zona pertahanan itu. Bisa jadi mereka akan menggunakan segala cara untuk beradu dengan para pemain Prancis. Selain mengharapkan duel yang menarik, jangan pernah terkejut bila akhirnya akan ada kartu merah di pertandingan ini.

Perkiraan formasi Prancis tanpa Blaise Matuidi/www.footballexpert.com
Perkiraan formasi Prancis tanpa Blaise Matuidi/www.footballexpert.com
Apakah akan ada kejutan berbeda? Biarlah nanti terjawab saat pertandingan, yang bakal lebih nikmat dinikmati dengan Kacang Garuda. Jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun