Langkah tim nasional Swedia di Piala Dunia 2018 terus berlanjut. Sejak menyingkirkan Italia di babak play-off, menyusul "come-back" di fase grup, tim ini terus dinaungi kemenangan. Terkini skuad besutan Janne Anderson menyegel tiket perempat final setelah menumbangkan Swiss, Rabu (03/07/2018). Gol semata wayang Emil Forsberg di menit 66 membuat Stadion Saint-Petersburg menjadi panggung kegembiraan para pendukung Swedia.
Langkah demi langkah tim dari Skandinavia ini hampir selalu dibayangi. Mereka bukan tim unggulan karena tidak memiliki sumber daya memadai. Setelah Zlatan Ibrahimovic pensiun, tidak ada pemain masyur di tim tersebut. Tak heran tim dari Eropa Utara ini  tak masuk dalam daftar unggulan.
Swedia boleh saja masuk kategori negara kaya dengan pendapatan per kapita yang tinggi dan standar hidup masyarakan di atas rata-rata. Namun tidak demikian dengan nilai jual para pemain. Tak ada satu pun pemain mereka yang memiliki harga fantastis di bursa transfer.
Hanya Emil Forsberg, pahlawan Swedia kali ini, dan Victor Lindelof yang memiliki nilai pasaran yang baik. Harga pemain RB Leipzig dan Manchester United itu sekitar 22.50 juta euro atau setara Rp 376 miliar.
![Nilai jual para pemain Swedia, tertinggi di angka 22,5 juta euro/transfermarkt.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/07/04/swediaaaa-jpg-5b3c8fb8f1334446aa40c0d2.jpg?t=o&v=770)
Bila ingin menyaingi Kroasia, Uruguay, Belgia, Brasil, Inggris dan Prancis, Swedia masih perlu beberapa tim lagi, itupun pemain dengan harga yang tak jauh berbeda dengan yang ada saat ini. Nilai pasaran Prancis misalnya, berada di kisaran 1,08 miliar euro atau setara Rp 18 triliun. Dan harga beberapa pemain mereka membuat kita geleng-geleng kepala. Osumane Dembele, pemain muda yang berseragam Barcelona memiliki harga 80 juta euro. Di atasnya ada Paul Poga (90 juta) dan Antoine Griezmann (100 juta euro). Sementara "wonderkid" yang tengah menjadi buah bibir, Kylian Mbappe memiliki nilai pasar di angka 120 juta euro.
![Nilai jual para pemain Prancis/transfermarkt.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/07/04/captureeee-prancis-jpg-5b3c8d2fab12ae6a43174244.jpg?t=o&v=770)
Secara keseluruhan, kedua tim, Swiss dan Swedia menampilkan pertandingan yang cukup menghibur. Setidaknya ada serangan dan tekanan serta upaya defensif walau Swiss sepenuhnya mendominasi pertandingan dengan penguasaan bola mencapai 63 persen. Kepanikan dan ketakterdugaan membungkus ketakpercayaan penonton yang kemudian turut menjadi bumbu penghibur tambahan.
Namun Swedia mengunci kemenangan bukan semata-mata karena keberuntungan. Mereka tidak sepenuhnya kalah. Senyum Andersson usai peluit panjang dibunyikan Damir Skomina mengguratkan rasa senang dan bangga. Ekpresi positif setelah melewati jalan panjang sejak babak kualifikasi, play-off, dan penyisihan grup. Swedia mengalahkan Korea Selatan di pertandingan pertama, lantas kalah memilukan di menit akhir menghadapi Jerman.
Kini mereka bisa sedikit berbangga atas pencapaian di tengah pesimisme dari berbagai sudut. Mereka menunjukkan bahwa kebersamaan dan kekompakkan bisa membuat mereka menjadi kuat. Selepas kepergian Zlatan, Andersson tidak lagi punya andalan utama. Namun mantan manajer IFK Norrkoping itu memiliki sederet pemain yang bekerja keras dan mendukung satu sama lain.
Hingga pertandingan keempat sulit menentukan satu atau beberapa pemain yang luar biasa. Individu yang mencolok di tim ini. Mereka berangkat ke Rusia dengan tak satu pun pemain bintang atau setidaknya mencolok di klub besar. Mereka hanya memiliki Victor Jrgen Nilsson Lindelf yang bermain untuk Manhester United, Forsberg yang bermain untuk RB Leipzig dan Marcus Berg, ujung tombak yang kini bermain untuk klub Uni Emirat Arab, Al Ain. Serta Ola Toivonen yang bermain di Prancis bersama Toulouse.
Namun seperti disinggung sebelumnya, soliditas itulah yang menjadi kunci mengatasi berbagai tekanan. Lindelof yang baru berusia 23 tahun bisa bekerja sama baik dengan pemain senior Carl Mikael Lustig di lini belakang. Robin Olsen yang melakukan beberapa penyelamatan gemilang membuat Swedia mampu menciptakan "clean-sheet" kedua secara beruntun atau yang ketika sepanjang turnamen.
Kekuatan Swedia sebagai satu unit inilah yang kemudian membuat Swiss frustrasi. Unggulan yang unggul dalam penguasaan bola. Sebelum ke Rusia, Swiss menempati peringkat enam FIFA sehingga mereka lebih dijagokan di pertandingan ini. Apalagi merek apunya "Messi dari Alpen", Xherdan Shaqiri dan gelandang Arsenal, Granit Xhaka.
![Xherdan Shaqiri gagal mencetak gol di laga kontra Swedia/Dailymail.co.uk](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/07/04/shaqiri-5b3c911f5e1373236a7758f2.jpg?t=o&v=770)
Penyelesaian akhir yang buruk berpadu dengan kekompakan para pemain Swedia membuat Swiss akhirnya harus angkat kaki. Gol yang berawal dari umpan terobosan sebelum jatuh ke kaki Forsberg yang berlanjut dengan sepakan yang mengenai kaki Manuel Akanji menjadi penentu. Yann Sommer yang memukau, terutama penyelamatan gemilang di dua kesempatan di babak pertama, tak bisa berbuat apa-apa melihat bola berbelok arah. Swedia pun kembali merasakan atmosfer delapan besar Piala Dunia setelah terakhir kali pada Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat.
Bukan murahan
Swedia yang inferior ternyata memiliki peluang mencetak gol lebih banyak. Penguasaan bola kurang dari 35 persen tidak menjadi halangan untuk berburu kemenangan. Â Mereka hanya memiliki semangat, kerja sama dan kedisiplinan untuk membuat lawan frustrasi dan akhirnya buntu. Modal inilah yang akan digunakan saat menghadapi Inggris, yang mengalahkan Kolombia beberapa jam sebelumnya, di babak perempat final. Kedua tim akan beradu pada Sabtu, 7 Juli pukul 21.00 WIB.
Tidak ada yang benar-benar istimewa dari Inggris sejauh ini selain sepak terjang sang kapten, Harry Kane. Kane yang telah mencetak enam gol dan menempatkannya di posisi paling depan untuk membawa pulang "golden ball" di akhir turnamen. Selain itu Kane yang menjadi pemain dengan nilai pasar tertinggi, mencapai 150 juta euro.
Selain Kane, masih ada pemain mahal lainnya seperti Dele Alli. Attacking Midfield seharga 100 juta euro. Dan beberapa pemain dengan nilai jual di atas para pemain termahal Swedia seperti Jordan Pickford (30 juta euro), Danny Rose (30 juta euro), Jesse Lingard (35 juta euro), Eric Dier (40 juta euro), Kyle Walker (50 juta euro), John Stones (50 juta euro), Marcus Rashford (65 juta euro), dan Raheem Sterling (90 juta euro).
![Sederet pemain Inggris dengan harga selangit/Transfermarkt.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/07/04/englandddd-jpg-5b3c9176caf7db4a4264f662.jpg?t=o&v=770)
Apakah dengan demikian akan membuat Inggris bakal melenggang mudah ke semi final? Tentu tidak. Beberapa tim mahal lainnya sudah lebih dulu pulang kampung. Swedia akan terus mempertahankan tren positif, menggunakan segala sumber daya dan daya upaya, untuk mengulangi catatan terbaik pada Piala Dunia 1958. Menjadi finalis seperti 60 tahun silam tentu bukan pekerjaan enteng. Masih ada tim-tim kuat yang siap menghadang. Namun tim yang paling murah di antara kontestan perempatfinal akan terus mencoba peruntungan dan giat berjuang membuktikan mereka bukan tim murahan!
Selamat berjuang Swedia! Pastikan, jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI