Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Tekad Swedia, Tim Termurah tapi Bukan Murahan

4 Juli 2018   16:11 Diperbarui: 4 Juli 2018   20:36 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Emil Forsberg mencetak gol semata wayang ke gawang Swiss untuk meloloskan timnya ke perempat final/Dailymail.co.uk

Namun seperti disinggung sebelumnya, soliditas itulah yang menjadi kunci mengatasi berbagai tekanan. Lindelof yang baru berusia 23 tahun bisa bekerja sama baik dengan pemain senior Carl Mikael Lustig di lini belakang. Robin Olsen yang melakukan beberapa penyelamatan gemilang membuat Swedia mampu menciptakan "clean-sheet" kedua secara beruntun atau yang ketika sepanjang turnamen.

Kekuatan Swedia sebagai satu unit inilah yang kemudian membuat Swiss frustrasi. Unggulan yang unggul dalam penguasaan bola. Sebelum ke Rusia, Swiss menempati peringkat enam FIFA sehingga mereka lebih dijagokan di pertandingan ini. Apalagi merek apunya "Messi dari Alpen", Xherdan Shaqiri dan gelandang Arsenal, Granit Xhaka.

Xherdan Shaqiri gagal mencetak gol di laga kontra Swedia/Dailymail.co.uk
Xherdan Shaqiri gagal mencetak gol di laga kontra Swedia/Dailymail.co.uk
Aksi individu dan kecepatan Shaqiri yang diandalkan di pertandingan ini ternyata tidak berakhir manis. Gol yang diharapkan tak juga terwujud. Pemain Stoke City ini berusaha beroperasi di beberapa posisi, namun selalu berakhir sebagai peluang. Segenap kekuatan yang dikerahkan armada Vladimir Petkovic hanya berujung rasa frustrasi.

Penyelesaian akhir yang buruk berpadu dengan kekompakan para pemain Swedia membuat Swiss akhirnya harus angkat kaki. Gol yang berawal dari umpan terobosan sebelum jatuh ke kaki Forsberg yang berlanjut dengan sepakan yang mengenai kaki Manuel Akanji menjadi penentu. Yann Sommer yang memukau, terutama penyelamatan gemilang di dua kesempatan di babak pertama, tak bisa berbuat apa-apa melihat bola berbelok arah. Swedia pun kembali merasakan atmosfer delapan besar Piala Dunia setelah terakhir kali pada Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat.

Bukan murahan

Swedia yang inferior ternyata memiliki peluang mencetak gol lebih banyak. Penguasaan bola kurang dari 35 persen tidak menjadi halangan untuk berburu kemenangan.  Mereka hanya memiliki semangat, kerja sama dan kedisiplinan untuk membuat lawan frustrasi dan akhirnya buntu. Modal inilah yang akan digunakan saat menghadapi Inggris, yang mengalahkan Kolombia beberapa jam sebelumnya, di babak perempat final. Kedua tim akan beradu pada Sabtu, 7 Juli pukul 21.00 WIB.

Tidak ada yang benar-benar istimewa dari Inggris sejauh ini selain sepak terjang sang kapten, Harry Kane. Kane yang telah mencetak enam gol dan menempatkannya di posisi paling depan untuk membawa pulang "golden ball" di akhir turnamen. Selain itu Kane yang menjadi pemain dengan nilai pasar tertinggi, mencapai 150 juta euro.

Selain Kane, masih ada pemain mahal lainnya seperti Dele Alli. Attacking Midfield seharga 100 juta euro. Dan beberapa pemain dengan nilai jual di atas para pemain termahal Swedia seperti Jordan Pickford (30 juta euro), Danny Rose (30 juta euro), Jesse Lingard (35 juta euro), Eric Dier (40 juta euro), Kyle Walker (50 juta euro), John Stones (50 juta euro), Marcus Rashford (65 juta euro), dan Raheem Sterling (90 juta euro).

Sederet pemain Inggris dengan harga selangit/Transfermarkt.com
Sederet pemain Inggris dengan harga selangit/Transfermarkt.com
Dengan harga pasaran seperti itu nilai total skuad Inggris berkali-kali lipat lebih mahal dari Swedia. Bila diakumulasi angka 874 juta euro menempatkan Inggris sebagai tim termahal kedua setelah Prancis.

Apakah dengan demikian akan membuat Inggris bakal melenggang mudah ke semi final? Tentu tidak. Beberapa tim mahal lainnya sudah lebih dulu pulang kampung. Swedia akan terus mempertahankan tren positif, menggunakan segala sumber daya dan daya upaya, untuk mengulangi catatan terbaik pada Piala Dunia 1958. Menjadi finalis seperti 60 tahun silam tentu bukan pekerjaan enteng. Masih ada tim-tim kuat yang siap menghadang. Namun tim yang paling murah di antara kontestan perempatfinal akan terus mencoba peruntungan dan giat berjuang membuktikan mereka bukan tim murahan!

Selamat berjuang Swedia! Pastikan, jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun