Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Kekalahan The Minions dan Aturan Servis yang Kembali Jadi Sorotan

23 Mei 2018   12:13 Diperbarui: 23 Mei 2018   15:00 3217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun demikian aturan tersebut tidak bisa selalu dijadikan alasan. Setiap pemain dituntut untuk beradaptasi dengan aturan tersebut. Buktinya, para pemain jangkung bisa menerapkan aturan tersebut dengan baik. 

Malah kesalahan juga terjadi pada pemain berpostur "ideal"-untuk mengatakan tidak terlalu jangkung atau sebaliknya. Pengalaman Sinyo, yang bertinggi 1,68 kemarin adalah contoh.

Bila demikian, setiap pemain harus terus melatih dan membiasakan diri dengan aturan baru ini. Pemain sekelas Sinyo pun masih memiliki "PR" mendasar ini. Namun begitu ada hal lain yang harus dicermati oleh penyelenggara dalam hal ini BWF.

Aturan ini tidak lepas dari kekurangan. Menyertai aturan baru ini, setiap pertandingan, seorang hakim servis ditemani alat manual untuk memastikan tinggi servis seorang pemain. Di sini tidak hanya kejelian mata seorang hakim yang ditutut, tetapi juga akurasi penilaian. 

Alasannya, seperti pernah dikemukakan Kabid Binpres PBSI, Susy Susanti, sudut pandang serta jarak alat dengan hakim servis bisa mempengaruhi penilaian benar tidaknya servis seorang pemain.

Alat bantu bagi para pemain untuk berlatih dengan posisi servis yang baru/@INABadminton
Alat bantu bagi para pemain untuk berlatih dengan posisi servis yang baru/@INABadminton
Subjektivitas itu pernah terjadi di German Open beberapa waktu lalu. Seperti penilaian pelatih ganda putra, Herry Iman Pierngadi terhadap Fajar Alfian. Menurut Herry IP, sejak babak pertama hingga semifinal, pemain ganda putra itu tak mengalami masalah dengan servis. Namun hal yang ditakutkan itu akhirnya terjadi di partai puncak.

"Namun kemudian di final terkena service fault sebanyak lima kali. Saya lihat posisi servisnya sama, tingginya sama, semuanya sama, hanya beda hakim servis yang bertugas," ungkap sosok yang dijuluki pelatih Naga Api tersebut.

Lantas apa solusi terbaik? Setiap pemain dan pelatih harus terus membiasakan diri dengan aturan baru tersebut. Dalam pertandingan, tidak ada yang bisa memastikan benar atau salah selain hakim servis yang telah dilengkapi alat bantu. 

Tekanan yang dialami bisa jadi membuat seorang pemain kehilangan kendali termasuk atas apa yang benar dan salah. Lebih dari itu, mereka tetaplah pemain dengan kodrat kemanusiawian yang tak bisa disangkal.

Segera berbenah The Minions!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun