Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Perolehan 100 Ribu Poin "The Minions" dan Sejarah Baru di All England

19 Maret 2018   02:09 Diperbarui: 19 Maret 2018   14:47 4044
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.tournamentsoftware.com

Di nomor ganda putri Greysia Polii dan Apriyani Rahayu masih harus berdamai dengan beban besar yang mereka pikul. Sejak Greysia dan Nitya "berpisah" pasangan baru ini menjadi tumpuan di ganda putri. 

Keduanya sempat membangkitkan optimisme dengan meraih gelar juara hingga menjadi finalis Indonesia Masters beberapa waktu lalu. Namun pasangan yang kini berada di lingkaran 10 besar dunia masih harus berjuang menjaga konsistensi untuk bersaing dengan pasangan-pasangan dari Jepang dan Denmark. 

Belum ada pasangan Indonesia yang naik podium tertinggi All England seperti Minarni Sudaryanto/Retno Koestijah pada 1968 dan Verawaty Fajrin/Imelda Wigoeno pada 1979. Ganda putri Indonesia terakhir yang lolos ke final adalah Eliza Nathanael/Zelin Resiana yang dikalahkan pasangan China, Ge Fei/Gu pada 1997.

Hal terakhir yang patut diangkat adalah nomor ganda campuran. Tahun ini Indonesia hanya mengirimkan wakilnya hingga babak delapan besar. Praveen Jordan dan Debby Susanto yang kembali berpasangan hanya mampu bertahan hingga perempat final, bersama Hafiz Faizal dan Gloria Emanuelle Widjaja. Menurut pelatih ganda campuran, Richard Mainaky tak menganggap hal ini sebagai kegagalan total.

"Tapi sekali lagi, All England hanya target antara dan tolak ukur buat pemain muda," ungkap Richard.

Ada dua hal yang patut dikritisi dari pernyataan sang pelatih. Pertama, siapa pemain muda yang dimaksud, pasalnya dua pasangan yang tampil cukup baik, agar tidak mengatakan gagal berprestasi, suda bukan terhitung pemain muda lagi. 

Selain Owi dan Butet, Praveen dan Debby serta Hafiz dan Gloria sudah tidak muda lagi. Sudah seharusnya usia seperti mereka sudah bisa bersaing di level atas.

Kedua, bila All England adalah target antara maka target utama adalah medali emas Asian Games 2018 di Jakarta. Sebelumnya baik Owi dan Butet juga Praveen dan Debby adalah peraih medali ajang multi event edisi sebelumnya pada 2014. Bahkan Richard mampu mempersembahkan emas Olimpiade dua tahun lalu. Namun untuk mencapai target tersebut tidak lantas mengabaikan turnamen lainnya. Bukankah turnamen-turnamen besar seperti All England juga menjadi stimulus sekaligus tolak ukur pencapaian di Asian Games nanti?

N.B

Hasil final #AllEngland 2018:

Sumber: www.tournamentsoftware.com
Sumber: www.tournamentsoftware.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun