Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Gelar Juara Fajar/Rian di Tengah Anomali Malaysia Masters 2018

21 Januari 2018   18:15 Diperbarui: 21 Januari 2018   19:10 3614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fajar dan Rian berjaya di Malaysia Masters 2018/@zahraquinsha

Tang dan Tse yang menempati unggulan kedua menjinakkan laju Siwei dan Yaqiong yang tak pernah apes di partai final sejak Macao Grand Prix Gold, China Super Series Premier dan Hong Kong Super Series 2017. Kemenangan 19-21 22-20 21-18 sekaligus mengulangi pencapaian Chen/Jia di final Denmark Super Series Finals tahun lalu.

China harus pulang dengan tangan kosong. Setelah mundurnya trio Wang Yihan, Li Xuerui dan Wang Shixian, negara Asia Timur itu tak lagi memiliki penerus. Kini peta persaingan tunggal putri berpindah ke Taiwan, Jepang, Thailand, Spanyol dan Korea Selatan. Tidak ada pemain China di enam besar rangking BWF saat ini.

Malaysia Masters kali ini kembali menunjukkan bahwa China bukan lagi jagoan di tunggal putri. Nama-nama seperti Ratchanok Intanon, Tai Tzu Ying, Carolina Marin dan Akane Yamaguchi adalah segelintir pemain yang menguasai tunggal putri saat ini. Tai Tzu Ying boleh berada di puncak rangking dunia. Namun di partai final Malaysia Masters kali ini ia harus mengakui keunggulan Intanon yang memenangkan pertandingan dengan skor 21-16 14-21 dan 24-22.

Seperti biasa pertemuan antara para pemain putri itu selalu menghadirkan duel sengit. Pertandingan berkelas dengan atraksi skill dan daya juang yang patut diacungi jempol. Tai yang sempat tertinggal 15-19 atas Marin di babak semi final berhasil membalikkan keadaan sekaligus mengunci tiket final dengan skor 12-21 21-15 dan 23-21. Begitu juga partai final.

Kemenangan Intanon menunjukkan sengitnya persaingan di sektor ini. Meski Tai berkali-kali ke partai puncak, lawan yang dihadapi selalu berubah. Gelar juara pun lintas negara karena satu sama lain saling mengalahkan. Tidak ada yang bisa memastikan siapa pemain paling dominan saat ini. Kekuatan sektor ini merata, meski harus diakui babak semi final hampir selalu diisi Tai, Intanon, Marin, Shindu, Nozomi dan Akane.

Persaingan antara Intanon dan Tai sudah berlangsung jauh sebelum mereka menginjak level senior. Di arena BWF mereka sudah bertemu 19 kali dengan 10 kemenangan disegel Intanon. Keduanya, begitu juga Sindhu, Marin, Nozomi Okuhara dan Akane telah saling sikut sejak level junior. Mereka adalah jebolan Kejuaraan Dunia Junior yang mampu menjaga performa hingga berada di lingkaran 10 besar dunia dengan bekal gelar super series.

Ratchanok Intanon juara tunggal putri Malaysia Masters 2018/@BadmintonTalk
Ratchanok Intanon juara tunggal putri Malaysia Masters 2018/@BadmintonTalk
Bila melihat ke belakang, para pemain itu berada satu generasi dengan para pemain Indonesia seperti Millicent Wiranto, Yulia Yosephine, Rusydina Antardayu, Elyzabeth dan Hanna Ramadini. Mereka sudah saling bertemu di level junior. Namun nasib mereka kemudian berbeda saat menginjak level senior. Prestasi para pemain Indonesia seperti berjalan di tempat tak seirama usia yang terus bertumbuh. Bertolak belakang dengan Intanon dan Tai yang kini masuk jajaran elite dunia.

Itulah salah satu keanehan yang paling menonjol di jagad bulu tangkis dunia saat ini. Di samping itu dominasi China yang perlahan tetapi pasti mulai berkurang. China menurunkan kekuatan terbaik di Malaysia Masters kali ini namun hanya sanggup meloloskan dua wakil ke partai final dan kemudian pulang tanpa gelar. Sektor tunggal putra, tunggal putrid an ganda putra, China sama sekali tak memiliki wakil di empat besar.

Lebih aneh lagi Korea Selatan. Tampil "full team", Negeri Ginseng hanya mampu berbicara hingga babak semi final. Itu pun dengan wakil semata wayang dari ganda putra, Le So Hee dan Shin Seung Chan yang hanya menjadi semi finalis. Son Wan Ho, Sung Ji Hyun, Jung/Chang, Seo/Kim dan Choi/Chae seperti tak bertaji.

Melihat peta persaingan saat ini, keanehan demi keanehan tersebut perlahan mulai dianggap wajar. Persaingan semakin merata karena negara-negara yang semua inferior mulai unjuk gigi. Namun sulit diterima dengan mudah bila Indonesia tak juga ambil bagian dalam persaingan terutama di nomor tunggal putri. Para pemain Indonesia sama-sama melangkah dari level junior namun mengapa nasib mereka kemudian berbeda kini. Ada pekerjaan rumah yang belum tuntas dikerjakan.

Akhirnya selamat kepada para pemenang. Sampai bertemu pekan depan di Istora Senayan Jakarta, tempat berlangsungnya Indonesia Masters Super 500.

N.B

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun